Kerusuhuan Mei 1998 menjadi puncaknya. Salah satu asumsi tentang pemicu kerusuhan Mei 1998 yang paling menonjol adalah akibat terjadiya peristiwa penembakan 4 mahasiswa Trisakti pada tanggal 12 Mei 1998, yaitu sehari sebelum terjadinya puncak kerusuhan.
Tuntutan akan reformasi semakin meningkat ketika krisis ekonomi semakin memuncak. Dilihat semakin jelas bahwa rezim Soehaerto tidak mampu untuk mereformasikan diri(Ricklefs 2007). Tuntutan reformasi yang disuarakan secara terorganisir oleh komponen mahasiswa yang didukung kalangan akademisi dan komponen lainnya tidak hanya dilakukan di jalanan, namun secara resmi juga mengutus perwakilannya ke gedung DPR/MPR(Syam 2010).Â
Kerusuhan 13 Mei di Jakarta dan Solo merupakan puncak dari rangkaian konflik terpendam di antara berbagai komponen masyarakat. Dipicu oleh karena tertembaknya empat mahasiswa universitas Trisakti ang sedng melakukan aksi(Sirot and Atmaja 2020). Kondisi tersebut semakin memperkuat tekanan dari dalam dan luar negeri terhadap pemerintahan Soeharto.
Pada tanggal 21 Mei 1998 euphoria massa meledak ketika Presiden Soeharto menyatakan pengunduran dirinya. Sesaat setelah pengunduran diri tersebut Wakil Presiden BJ Habibie dilantik menjadi presiden baru Indonesia. Proses transisi kekuasaan dari Presiden Soeharto kepada Wakil Presiden BJ Habibie waktu itu sempat menimbulkan perdebatan.
Daftar Referensi
Ricklefs, M. C. 2007. "A History of Modern Indonesia Since 1200-2004." 786.
Sirot, Ikhsan, and Tri Hamdan Atmaja. 2020. "Reformasi Tahun 1998: Peranan Dan Dampaknya Bagi Kota Solo." Journal of Indonesian History 9(2):100--107.
Suparno, Basuki Agus. 2012. Reformasi Dan Jatuhnya Soeharto. Vol. 1.
Syam, Nur. 2010. "Jejak Reformasi Dalam Lintasan Sosio-Historis." 4.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H