Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ransel di Tepi Jurang

18 Mei 2022   16:29 Diperbarui: 15 Oktober 2022   22:22 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung Lawu, sumber illustrasi: celebrities.id


"Mas, Mbak, boleh saya ikut kalian? Saya tertinggal rombongan, nih," ucap gadis itu.  


Hardi dan keempat temannya saling pandang. Akhirnya, mereka membolehkan si gadis untuk bersama mereka. Dari perbincangan, diketahui gadis itu bernama Vita dan kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang.  


Para gadis bisa langsung beristirahat, sedangkan para pemuda bergantian berjaga di sekitar tenda. Hardi yang merasa kelelahan akibat beban ranselnya yang tiba-tiba berat, dipersilakan beristirahat terlebih dahulu. Dani mendapat giliran pertama, ia berjaga hingga pukul 22.00 WIB.  


Hardi melanjutkan tugas berjaga dengan kondisi cukup baik setelah dua jam beristirahat. Ia memang tidak keluar tenda, tetapi mengamati setiap pergerakan yang bisa dipantau melalui bunyi di sekeliling tenda.  


Tiba-tiba Hardi mendengar langkah kaki dari tenda sebelah. Ia melihat jam di pergelangan kirinya, pukul 22. 50 WIB. Pemuda itu sedikit membuka tenda untuk mengintip keadaan di luar. Ia melihat Vita, gadis yang menumpang istirahat tadi, berjalan menjauhi tenda. Merasa bertanggung jawab atas keselamatan rombongan, Hardi keluar dari tenda.  


"Vit! Mau ke mana?" tanya Hardi sedikit kencang karena si gadis terpaut jarak sekitar 15 meter dengannya.  


Vita tidak mendengar panggilan Hardi. Gadis dengan ransel di punggungnya itu semakin jauh melangkah. Hardi setengah berlari mengikuti langkah Vita, tetapi pemuda itu tetap tidak bisa menyejajarkan langkahnya.


Dari arah belakang Hardi mendengar suara derap kaki kuda yang makin lama terasa begitu dekat. Sontak sang pemuda berlari mencari persembunyian di antara ilalang dan merebahkan tubuhnya.

Dari balik ilalang Hardi bisa melihat rombongan prajurit yang melintas. Jika dilihat dari cara berpakaian prajurit itu tampak seperti berasal dari dunia lampau. 

Waktu seakan-akan berjalan lambat ketika dua orang prajurit beserta seekor macam berbulu pekat berhenti tepat 5 meter dari tempat Hardi bersembunyi. Di bawah sinar bulan, Hardi dapat melihat wajah pucat kedua prajurit itu. Macan kumbang itu beberapa kali menggeram, menambah seramnya suasana malam.


Dalam diam, Hardi terus melafalkan doa dan surat-surat pendek yang dihafalnya. Dia berharap dengan membaca ayat suci Al-Qur'an ia akan mendapatkan ketenangan. Namun, rasa kantuk tiba-tiba menyerang Hardi. Tanpa bisa dicegah, ia pun tertidur.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun