Akibatnya, Ahmadi sebagai Direktur Utama, dan beberapa orang yang terlibat dalam korupsi dijebloskan dalam tahanan.
Sungguh, musibah itu menjadi pukulan yang sangat berat bagi Ahmadi. Ia tidak hanya kehilangan jabatan, tetapi permata dalam hidupnya juga ikut terenggut.
 Ahmadi dijebloskan dalam tahanan dan mendapat hukuman lima tahun penjara. Hari-harinya dalam tahanan diisi dengan derai air mata penyesalan.
Kini, Ahmadi mulai bangkit. Ia menjalankan bisnis dengan memanfaatkan sumber daya alam yang dimiliki desanya, yaitu rotan.
Ahmadi membayar rasa bersalahnya dengan berkarya dan menjadi kaya agar bisa membangun desanya menjadi desa yang mandiri dan maju.
Namun, kesuksesan yang diraihnya kini, tidak mampu menutup rongga hatinya yang terkoyak. Kehilangan sang kekasih dan buah hati, terus menyuburkan rasa bersalahnya.Â
Hanya satu harap yang tersisa, yaitu kemurahan dari Tuhannya. Setiap penghujung malam, Ahmadi tersungkur dalam sujud panjangnya untuk merendahkan diri.
Ia rela melakukan itu sampai kapan pun agar rahmat Tuhan turun kepadanya dan memenuhi apa yang ia pinta; ampunan dan kasih sayang-Nya.
~ Selesai ~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H