Pengemis Sukarela
Malam masih pekat. Sepi terasa menyayat. Suara binatang malam, semakin membuat suasana malam di Desa Rotan Timur terasa syahdu.Â
Ketika manusia lebih memilih tidur di kasur empuk dan menarik selimut, tidak demikian halnya dengan Ahmadi. Masjid adalah pilihan untuk menghabiskan sisa malamnya. Di sana, ia akan melakukan sujud-sujud panjang dengan wajah dibanjiri air mata.
Ahmadi, seorang lelaki berusia 45 tahun, adalah pengusaha kerajinan rotan yang sudah merambah ke mancanegara. Hasil kerajinan rotannya terkenal unik dan tidak pasaran karena dibuat sesuai dengan permintaan konsumen.
Nama Ahmadi mulai dikenal sebagai orang terkaya di Desa Rotan Timur. Kedermawanan semakin membuat namanya harum.
Sepuluh tahun lalu, Ahmadi adalah seorang pejabat di BUMD Desa Rotan Timur. Kecerdasan Ahmadi mengantarkannya pada jabatan Direktur Utama BUMD. Namun, jabatan bergengsi itu membuat Ahmadi lupa.Â
Ia telah menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi. Kehidupan Ahmadi bergelimang kemewahan dengan istri cantik dan anak-anak yang membuatnya bangga.
Hingga suatu ketika, hujan lebat mengguyur Desa Rotan Timur. Debit air yang meninggi menyentuh jembatan yang dibangun BUMD, kemudian menghanyutkannya. Ironisnya, jembatan yang hanyut, membawa serta mobil yang dikendarai istri dan anak-anak Ahmadi.Â
Ketika itu, istri dan anak-anaknya sedang dalam perjalanan pulang setelah mengunjungi orang tua Ahmadi di Desa Rotan Barat. Selain itu, tidak sedikit pula korban akibat bencana alam itu.
Musibah itu terindikasi karena adanya eksploitasi terhadap sumber daya alam yang membuat tanah kehilangan daya serapnya. Jembatan yang hanyut, kemudian diketahui karena dibangun dengan bahan-bahan yang tidak sesuai dengan standar.Â