Sebulan setelah wafatnya Wisnu, Vino mendaftar kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual. Selain itu, di antara waktu senggangnya, ia mengikuti pelatihan-pelatihan bisnis.Â
Berkat ketekunannya, Vino berhasil menyelesaikan kuliah tepat waktu dengan berbagai ilmu bisnis dari pelatihan-pelatihan yang diikutinya.
Setelah lulus kuliah, Vino memimpin perusahaan milik keluarga. Dengan ilmu yang dimiliki, Vino berhasil mengembangkan perusahaan dan menaikkan omzetnya.Â
Hasil kerajinan rotan yang diproduksi perusahaan Vino lebih inovatif dan unik dengan strategi pemasaran yang kreatif.
Kini, setelah tujuh berlalu, Vino berada di rumah yang ditinggalkan selepas kepergian sang papa. Ia ingin merenovasi rumah yang penuh kenangan ini menjadi sebuah studio foto.Â
Vino akan menyulap rumah penuh kenangan itu menjadi tempat bisnis tanpa harus mengesampingkan hobinya.
Vino menyapu pandangannya pada kamar kusam yang menyimpan banyak kisah kelam. Biarlah sejarah mencatat, seorang anak manusia pernah terpuruk karena merasa diabaikan.Â
Kematian papa juga menjadi titik balik kesadaran Vino bahwa hidup sangatlah berharga jika harus diisi dengan perbuatan yang justru menjerumuskan.
Brendi yang dulu menjadi teman setia, akan ia kubur bersama kenangan pahitnya. Dengan rasa optimis dalam genggaman, ia menyongsong masa depan yang menyambut gemilang.
Baca juga:
"Janji Hadi" https://www.kompasiana.com/tatiek94998/61b50f2b62a70467de6e56e2/janji-hadi