Ada yang mengatakan, manusia lahir bersamaan dengan lahirnya masalah. Artinya, manusia dalam situasi dan kondisi apapun akan selalu disertai dengan masalah. Dalam masa pandemi atau kondisi ekonomi global yang sulit, masalah yang dihadapi orang lain secara tidak langsung memberikan dampak juga pada diri kita. Ketahanan kita menghadapi masalah, tidak dapat dihadapi dengan kekuatan fisik semata. Kekuatan ruh atau psikis justru memiliki andil lebih besar dalam ketahanan menghadapi masalah.
Sebagai muslim, kita wajib berikhtiar dengan upaya-upaya yang terukur dan jelas targetnya. Â Namun, sebagai mukmin, kita memiliki senjata terkuat yaitu doa. Sebagaimana sabda Rasulullah dalam.sebuah hadits:
"Doa adalah senjata seorang Mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi." (HR Abu Ya'la).
Lalu apa saja sih, keutamaan doa sehingga ia menjadi penguat bagi seorang mukmin? Inilah beberapa keutamaan doa sehingga seorang dianjurkan untuk memperbanyaknya:
1. Doa adalah otaknya ibadah
"Doa itu adalah otak ibadah". (Hadits diriwayatkan oleh  Turmudzi dari Anas ra).
Mengapa doa disebut sebagai otak ibadah? Ada dua hal penting yang menjadi sebabnya. Pertama, berdoa berarti menjalankan perintah Allah SWT sebagai bukti ketaatan seorang hamba, sebagaimana firman-Nya: "Berdoalah kepada-Ku!". Ini merupakan hujjah terkait doa sebagai otak ibadah. Kedua, doa merupakan wujud dari ketundukan seorang hamba yang hanya menjadikan Allah sebagai sandaran. Al Hakim berkata:
 "Sesungguhnya doa menjadi otak ibadah, karena doa adalah berbuat kebaikan dari daya upaya dan kekuatan serta mengetahui bahwa segala sesuatu semuanya dari Allah dan penyerahan kepada-Nya".
Dari Nu'man bin Basyir bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
"Doa adalah ibadah", kemudian beliau membaca ayat : "Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu". [Ghafir : 60].
Imam Hafizh Ibnu Hajar menuturkan bahwa Imam At-Thaibi berkata : Sebaiknya hadits Nu'man di atas difahami secara arti bahasa, artinya berdoa adalah memperlihatkan sikap (berserah diri dan membutuhkan Allah, karena tidak dianjurkan ibadah melainkan untuk berserah diri dan tunduk kepada Pencipta serta merasa butuh kepada Allah.Â
Oleh karena itu Allah mengakhiri ayat tersebut dengan firman-Nya : "Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu". Dalam ayat ini orang yang tidak mau tunduk dan berserah diri kepada Allah disebut orang-orang yang sombong.