Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengukir Asa

10 Desember 2021   12:15 Diperbarui: 15 Oktober 2022   18:32 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu setelah itu, Ranti menemui sang putra di kamarnya. Danu yang melihat kehadirannya hanya memandang sesaat kemudian asyik kembali dengan kameranya. Ranti memosisikan dirinya di sebelah Danu yang sedang duduk menghadap jendela. Jemari pemuda itu sibuk menggeser-geser layar kamera. 

"Danu, Mama sudah daftarkan kamu di perguruan tinggi swasta di Jakarta. Kamu persiapkan diri, ya."

"Tapi, Ma, kuliah di sana kan, mahal. Danu juga harus indekos," ucap pemuda beralis tebal itu meragu. Itu artinya, ia akan memberi beban yang lebih besar lagi pada mamanya. Ia juga harus meninggalkan Kota Kembang, tempat ia lahir dan dibesarkan.

"Ma, biarkan Danu istirahat dulu setahun ini untuk mempersiapkan kuliah tahun depan. Danu janji akan belajar sungguh-sungguh agar bisa kuliah di negeri," pintanya.

"Enggak, pokoknya kamu harus jadi arsitek. Ini perguruan tinggi swasta dengan jurusan arsitektur terbaik, kamu bisa mewujudkan cita-citamu di sana!" titah mamanya. 

"Tapi, Ma ...."

"Mama sudah siapkan biayanya dan Mama sudah menyewa apartemen dekat kampus." Wanita cantik itu segera berlalu tanpa mau mendengar ucapan sang anak.

***

Hari berganti, Danu kini telah berstatus mahasiswa. Danu yang sangat ingin kuliah di Fakultas Seni, terpaksa mengalah untuk memenuhi permintaan mamanya. Pemuda berpostur tinggi itu melewati semester satu dan dua tanpa kesulitan yang berarti. Memasuki semester tiga, mata kuliah sudah lebih spesifik, Danu mulai merasa bosan. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap nilai akademisnya.

Danu selalu cemas di akhir semester ketika nilai IP keluar. Nilai B saja sudah membuat jantungnya berdetak lebih cepat, mengingat bagaimana reaksi mama begitu melihat nilai-nilainya. Ia tidak pernah pulang di kala liburan semester. Ketika sang mama menanyakan, ia selalu mengatakan sedang disibukkan oleh agenda-agenda kampus. Padahal sesungguhnya ia sedang sakit. Ya, setiap liburan semester dia selalu sakit. Kepala terasa berat, jantungnya lebih cepat berpacu, pencernaannya terganggu. Beberapa dokter yang memeriksanya mengatakan ia terkena GERD.

Puncaknya di semester lima, ketika nilai A tidak satu pun tercantum dalam IP, Danu merasakan tubuhnya demam, makanan yang masuk ke dalam lambungnya selalu ia muntahkan kembali dan dadanya terasa sesak.. Beberapa kali telepon dari sang mama tidak ia angkat. Hingga kemudian Ranti bergegas menyusul Danu ketika mendapat kabar dari teman Danu bahwa putranya sakit dan menolak dibawa ke dokter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun