Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Senja di Hati Andini

9 Desember 2021   15:18 Diperbarui: 27 April 2022   01:09 1481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya, saya Andini," sambutnya dengan wajah semringah. Akhirnya, ia bisa menarik perhatian Arya.

"Oh ..," jawabnya pendek. "Selamat ya, sudah menutup aurat." Pemuda beralis tebal itu berlalu.

Tanggapan Arya yang datar, tidak menggoyahkan Andini. Dia tetap rajin bertandang ke masjid, bahkan kini rutin mengikuti kajian yang diadakan anak-anak Rohis.

Seiring berjalannya waktu, Andini mulai memahami Islam, agama samawi yang sangat menjaga kehormatan wanita. 

Aturan-aturan Islam dalam pergaulan yang semula dianggap mengekang, kini dipahami Andini sebagai bentuk kasih sayang Allah dalam menjaga perhiasaan wanita. Andini rajin ke masjid bukan lagi karena Arya, tetapi karena ia sudah menemukan ketenangan dalam keyakinannya.

Waktu terus berlalu hingga Andini naik kelas III dan Arya melanjutkan kuliah. Waktu juga yang mengubur cinta monyetnya kepada Arya.

Selepas SMA, Andini melanjutkan kuliah di sebuah PTN terbaik di daerah Jawa. Meski berat meninggalkan orang tua dan kampung halamannya, Sukabumi,  tekad yang kuat untuk menggapai cita, menguatkan langkahnya. Bersama tiga orang teman dari berbagai daerah, Andini mengontrak sebuah rumah yang letaknya tidak jauh dari kampusnya.

Hingga bertahun kemudian, Allah pertemukan kembali Andini dan Arya dalam acara seminar keagamaan yang diadakan kampus mereka. Ya, tanpa mereka ketahui, selama ini mereka kuliah di tempat yang sama namun beda jurusan.

Arya tampak dewasa dengan tubuh lebih berisi, kumis dan janggut tipis menambah kharisma yang terpancar dari dirinya. Senyum tipis terlukis di bibir Arya, ketika netranya tanpa sengaja bersirobok dengan netra cokelat Andini. Arya menganggukkan kepala dan berlalu dari hadapan Andini. Hanya sekali itu saja mereka bertemu.

Waktu cepat sekali berlalu. Setelah empat tahun bergelut dengan buku-buku tebal, gelar sarjana ekonomi kini disandang Andini. Di hari wisudanya, gadis bertinggi 155 cm itu mendapat pesan dari nomor yang tidak dikenalnya.

[Assalamu'alaykum, Andini. Selamat ya, atas kelulusannya. Kamu siap, kan, kalau minggu depan saya datang melamarmu? Tertanda, Arya Bimantara]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun