Lamunan hangat dari seseorang yang kurang semangat
Melamun tentang bahagia dimasa nanti
Bahagia dengan diri sendiri yang dahulu pernah dianggap "Tak Tahu Diri"
Perihal tentang orang yang mengalami kesedihan...
Dia mencoba menghapus jejak lukanya didepan cermin    Â
Dalam kegelapan dia menjelma sebagai lilin
Terang, hangat, menyala, namun perlahan mencair sebagai keputusasaan...
Kadangkala, malam adalah hal paling indah untuk mengenang kenangmu.
Dalam gelap, ku berlindung sambil mengingat masa dimana aku menatap ketikan pahitmu dilaman chattingku
Aku merindu seperti umumnnya rasa candu
Karena, denganmu..
Memiliki adalah keikhlasan terpenjara walau kepadaku kau sajikan rasa duka lara
         Â
Perihal senja dan lembayung yang kau lihat kemarin sore
Ada tersirat makna bahwa kenapa langit bermuram kelam
Dari eloknya langit sore
Kau seharusnya belajar betapa sopannya sang semesta berpamitan lewat indahnya kepergian langit senja
Tidak seperti dirimu, wahai saudari
Yang mengangkat kaki tanapa ada kata "DAMAI"
             Â
Cukup sudah cerita panjang yang pernah terucap.
Cukup sudah secuil harapan tentang makna memiliki yang dahulu diingini.
Pada kesempatan terburuk ini, aku terhanyut dalam fase mengerikan
Yaitu, merasakan sepi ditengah keramaian
Sembari aku manatap luka, apa salahnya jika tawa juga seharusnya ku nikmati dengan amat bahagia
Dengan penuh bahagia, wajah merona menutupi katup luka
Aku mengharap ada duka menghampirimu juga.
Bukan dari segi dendam yang meredam, tapi dari sisi kemanusiaan.
Kau juga pasti tau, bahwa rasa gundah gulana bisa menghilangkan tawa
           Â
Predrikus Rama, penghuni Kota Intan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H