Mohon tunggu...
Tatiana Dayana
Tatiana Dayana Mohon Tunggu... Buruh - Makhluk Neverland

Aku bukan penikmat rindu, kopi, senja. Aku penikmat Kamu

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Romansa Kelabu

22 Juni 2019   19:40 Diperbarui: 22 Juni 2019   19:41 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku yang merasa tidak ada harapan juga turut berhenti mencari tahu lagi tentang dirinya di 2016. Meskipun masih ku ingat jelas tulisan nama seseorang di tangannya dan cerita haru seseorang lainnya yang menangis saat menghantar dia di pelabuhan. 

Aku yang bukan apa-apa ini juga tidak mau terjebak pada sosoknya. 

Namun, 2017 ia kembali memposting lukisan wajah wanita berkacamata. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, ya karena aku memang bukan siapa-siapa.

Perasaanku untuknya perlahan menghilang. Apalagi banyak sosok-sosok lainnya yang menggantikan dia.

Psikometri

Aku asing dengan kata itu. Jangankan memahami, tahu kata-kata itu juga baru tadi. Dari mana ? Percaya atau tidaklah kalian, wahai para pembaca. Dia menyapaku! Tepatnya 17 April 2019. Tidak usah ku ungkap percakapan basa-basi kami, yang jelas dia yang dulu memulai. Awalnya ku urungkan niatku untuk membalas pesannya. Namun, otakku memberi arahan "balas, balas, balas".

Berdasarkan arahan otakku. Aku menceritakan bagaimana kehidupanku kini.  Dia juga berbagi cerita kenapa menyapa. Katanya, aku ini langka dan perlu dilestarikan. 

Selang beberapa waktu, aku benar-benar tidak percaya. Ia meminta temu. Aku yang semula menutup rindu malah sesak menahan rayu. 

Hari itu, pertengkaran pikiran adalah kenikmatan. Isi otakku, temu hanya asap yang mengepul dan lekas menghilang. Terlanjur hidup di tanah yang punya kultur eksklusif. Terlanjur hidup diantara kepala-kepala yang menganggap aneh dua insan yang tiba-tiba bertegur sapa padahal belum kenal. 

Tiga malam adalah awal pejumpaan kami, bertukar pikiran dan menikmati malam.

Lalu ia mengajak temu lagi, sepekan bersamanya di titik nol equator.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun