Agri, karibku itu kerap kali menjadi peneduh ku saat kasmaran begini. Kata-kata yang selalu ku ingat "Jangan memendam, jangan juga mendalam" Baik lah Gri, selalu ku ikuti bagaimana saranmu.
Dua jam sudah menunggu jemputan Agri yang mengajakku menonton acara musik yang sedang hits di jaman SMAku dulu. Saat datang, alasan yang membosankan "aku tadi nunggu uang jajan". Aihhh, tidak berubah juga ternyata si kutu kupret ini. Setelah sampai, ya acara ini seperti acara-acara sebelumnya. Aku tidak begitu euforia, tidak juga merasa ini biasa. Sebagai hiburan saja.
Agri menghampiriku dengan penuh keringat setelah lelah berjingkrak-jingkrak dengan kumpulan orang-orang di depan panggung.Â
"Ikut aku" dengan menarik tangankuÂ
"kemana sih, aku capek"Â
"Lihat tuh, idolamu" ia menunjuk ke arah laki-laki yang ku kagumi itu
Bedebah, ia terlihat sibuk dengan teman-temannya. Ingin sekali rasanya aku menyapa "Hai, aku suka kamu". Tapi itu tidak mungkin. Kenapa ? Aku tidak suka melihat wanita di sebelahnya. Menurut hasil stlakingku, wanita itu pacarnya.Â
Baru ku tahu dari Agri, ia juga manggung diacara ini. Ku tunggu di pinggiran panggung dengan tangan yang dingin dan hati yang bergejolak. Ia lewat di depanku dan aku memberikan senyum. Tapi ia sedingin tanganku. Aku benar-benar hanya dianggap pajangan. Pupuslah, benakku. Â Melihat aku yang diam dan tertunduk malu, Agri mengelus pundakku.
"Aku gak tega liat kamu nunda terus nyapa dia. Aku gak tega liat kamu cuma mandangin dia pas manggung. Aku gak tega liat kamu cuma mimpi, bangun sih kejar dia"
Kata-kata Agri itu kembali melintas diotakku sampai saat ini.
Setelah sekian lama, dia yang terus ku kagumi menghilang. Baru ku tahu juga ia sudah jauh di seberang Kalimantan. Bukan dari hasil stalking beranda facebooknya atau cerita dari Agri. Tapi dari salah seorang yang begitu dekat dengannya.Â