Saat berjalan kami harus berhati-hati karena banyak kotoran kuda yang masih baru jatuh di pasir. Gunung Batok yang tadi pagi hanya terlihat bagian atasnya saja, sekarang terlewati.
Hampir Menyerah Tetapi Akhirnya Sampai ke Puncak
Saat berjalan saya memandang ke depan, kawah Gunung Bromo sudah terlihat tetapi masih jauh.
Setelah melewati pura, Teh Nur dan anaknya serta Teh Nia berjalan lebih lambat sehingga saya berjalan bersama keponakan. Setelah berjalan cukup jauh, saya tengok ke belakang ternyata mereka sudah tidak ada.
Saat berjalan saya merasakan sesak, sehingga harus sering berhenti untuk mengambil nafas panjang. Saya memakai masker dan kaca mata hitam, karena pasirnya ngebul alias banyak debu beterbangan saat dilewati oleh kuda.
Pengunjung banyak yang naik kuda, terutama wanita dan anak-anak. Bau kotoran kuda yang sudah bercampur dengan pasir tercium cukup menyengat, sehingga cukup menganggu.
Kami berjalan di sebelah kanan yang lebih tinggi, saya sudah merasa cape dan tidak kuat untuk meneruskan perjalanan. Tetapi ananda terus memberikan motivasi dan mengatakan sayang sudah jauh-jauh ke sini bila tidak sampai ke puncaknya.
Saya menjadi semangat kembali, dan berjalan pelan-pelan. Ananda dan anaknya Teh Nia sudah berjalan di depan. Mas Fadhil setia menemani saya dan keponakan sehingga akhirnya kami sampai di dekat tangga. Kami berhenti untuk istirahat dulu.