Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pendakian ke Kawah Gunung Bromo, Hampir Menyerah tetapi Akhirnya Bisa Sampai ke Puncak

9 Juli 2024   06:30 Diperbarui: 9 Juli 2024   06:55 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemandangan yang terlihat dari dalam jeep (dokpri)

Saat berjalan kami harus berhati-hati karena banyak kotoran kuda yang masih baru jatuh di pasir. Gunung Batok yang tadi pagi hanya terlihat bagian atasnya saja, sekarang terlewati.

Gunung Batok (dokpri)
Gunung Batok (dokpri)
Hanya sayang Gunung Batok seminggu yang lalu baru kebakaran sehingga terlihat kering. Kami juga melewati Pura Luhur Poten, yaitu tempat ibadah bagi suku Tengger yang menghuni kawasan ini.

Bangunan pura yang terlewati (dokpri)
Bangunan pura yang terlewati (dokpri)
Pada tanggal 21 sampai 24 Juni 2024 tempat wisata Gunung Bromo ditutup karena dilakukan upacara adat Yadnya Kasada oleh suku Tengger, yaitu upacara persembahan yang dilakukan dengan melempar sesaji ke kawah. Sehingga wajar saja setelah 4 hari ini ditutup, pengunjung ke Gunung Bromo membludak.  

Hampir Menyerah Tetapi Akhirnya Sampai ke Puncak

Saat berjalan saya memandang ke depan, kawah Gunung Bromo sudah terlihat tetapi masih jauh.

Kawah Gunung Bromo terlihat dari jauh (dokpri)
Kawah Gunung Bromo terlihat dari jauh (dokpri)
Kami yang di belakang berjalan dengan pelan, sedangkan empat orang yang di depan jalannya cepat dan terlihat sudah jauh. Tetapi mereka akan berhenti dulu menunggu kami, dan saat kami sampai mereka akan berjalan kembali.

Setelah melewati pura, Teh Nur dan anaknya serta Teh Nia berjalan lebih lambat sehingga saya berjalan bersama keponakan. Setelah berjalan cukup jauh, saya tengok ke belakang ternyata mereka sudah tidak ada.

Saat berjalan saya merasakan sesak, sehingga harus sering berhenti untuk mengambil nafas panjang. Saya memakai masker dan kaca mata hitam, karena pasirnya ngebul alias banyak debu beterbangan saat dilewati oleh kuda.

Pengunjung banyak yang naik kuda, terutama wanita dan anak-anak. Bau kotoran kuda yang sudah bercampur dengan pasir tercium cukup menyengat, sehingga cukup menganggu.

Kami berjalan di sebelah kanan yang lebih tinggi, saya sudah merasa cape dan tidak kuat untuk meneruskan perjalanan. Tetapi ananda terus memberikan motivasi dan mengatakan sayang sudah jauh-jauh ke sini bila tidak sampai ke puncaknya.

Saya menjadi semangat kembali, dan berjalan pelan-pelan. Ananda dan anaknya Teh Nia sudah berjalan di depan. Mas Fadhil setia menemani saya dan keponakan sehingga akhirnya kami sampai di dekat tangga. Kami berhenti untuk istirahat dulu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun