Sudah lama kami sekeluarga ingin berkunjung ke Gunung Bromo, tetapi belum bisa diwujudkan karena saya dan suami memiliki kesibukan yang berbeda sehingga waktu liburnya jarang bersamaan.
Pada saat Idulftri yang lalu, kami berunjung ke rumah kakak ipar dan kebetulan adiknya yang tinggal di Gresik sedang berkumpul di sana. Adiknya kakak ipar bernama Teh Nia, kami pernah berkunjung ke rumahnya beberapa tahun yang lalu. Ananda juga sudah akrab dengan anaknya.
Saya menyampaikan keinginan kami untuk berkunjung ke Gunung Bromo, Teh Nia menyambut baik dan bersedia menghubungkan dengan travel yang sudah menjadi langganan dari kantor tempat suaminya bekerja.
Setelah ananda diterima di SMA negeri, saya menghubungi Teh Nia dan sepakat untuk berkunjung ke Gunung Bromo pada tanggal 26 Juni 2024.
Banyak pilihan yang ditawarkan oleh pihak travel, paket termurah seharga Rp 335.000,00 per orang tetapi digabung dengan lainnya. Kami memilih paket privat trip untuk 7 orang dengan harga Rp 510.000,00 per orangnya dan sudah termasuk makan siang.
Kelebihan dari privat trip yaitu pihak travel akan menjemput dan mengantarkan kami kembali ke rumah. Untuk paket 7 orang atau lebih, kendaraan yang digunakan jenis Hiace yang memiliki kapasitas 16 tempat duduk sehinga lebih nyaman dan leluasa.
Keberangkatan Menuju Gunung Bromo
Dari Jakarta kami berangkat berlima (baca di sini) pada tanggal 25 Juni 2024 dan sampai di Gresik pada malam harinya. Teh Nia hanya berdua di rumahnya bersama dengan anaknya yang laki-laki, karena anaknya yang pertama kuliah di Jogja dan suaminya bekerja di Jakarta.
Besoknya yaitu hari Rabu, tanggal 26 Juni 2024 kami beristirahat dari pagi sampai siang untuk mempersiapkan tenaga supaya fit selama pendakian.
Sorenya saya dan kakak ipar membantu Teh Nia masak untuk bekal selama di perjalanan. Kami juga mempersiapkan tikar untuk dibawa dan perlengkapan pribadi lainnya.
Pukul 21.30 kami sudah siap-siap dengan memakai kaos yang tebal dan jaket, bawahannya menggunakan celana panjang dan sepatu olahraga.
Mobil travel berangkat dari Surabaya pukul 22.00 dan sampai di rumah pukul 22.30, yang menjemput kami yaitu sopir dan tour leader yang akan menemani kami selama perjalanan yaitu Mas Fadhil.
Mas Fadhil duduk di depan bersama sopir, kami duduk di bagian belakang. Tempat duduk yang tersedia ada 14, sehingga kami bisa memilih tempat duduk sesukanya.
Pemberhentian pertama yaitu di rest area yang terdapat di Pasuruan, di sini kami beristirahat selama 30 menit untuk ke toilet dan membeli minuman hangat. Ada mini market di sekitarnya, tetapi sudah tutup.
Perjalanan dilanjutkan kembali, jalan yang dilalui berbelok-belok dan menanjak. Volume kendaraan cukup padat, bukan hanya kendaraan kecil tetapi ada juga bus tiga perempat.
Udara sudah mulai terasa dingin, selama menunggu saya dua kali buang air kecil. Di warung Bu Joko ini hanya ada 1 toilet sehingga harus antri dengan pengunjung lainnya, dan bayarnya sebesar Rp 3.000,00.
Lumayan lama kami menunggu di sini, Mas Fadhil mengambil dokumentasi kami baik berupa foto ataupun video. Pukul 02.00 kami baru mendapatkan jeep, pasukan dibagi menjadi dua.Â
Kami yang perempuan masuk ke jeep berwarna biru, sedangkan Mas Fadhil dan anak laki-laki masuk ke jeep berwarna merah. Sebelum naik, kami foto dulu plat mobilnya supaya tidak salah naik nantinya.
Bekal makanan dan tikar dibawa ke dalam jeep, saya duduk di depan di samping sopir yang bernama Mas Fanni dan yang lainnya duduk di belakang.Â
Ternyata Mas Fanni senang diajak ngobrol, sehingga kami bisa banyak bertanya kepadanya. Sedangkan di jeep satunya lagi, hanya ananda yang sesekali mengajak sopir mengobrol karena kedua sepupunya pendiam.
Jeep awalnya melaju dengan cepat, tetapi mendekati spot sunrise mulai melambat menunggu jeep di depannya berjalan. Jeep yang kami tumpangi bisa parkir di pinggir jalan sebelum area spot sunrise, sehingga kami tidak akan terlalu jauh melakukan penanjakan.Â
Waktu menunjukkan pukul 04.00, kami mampir ke warung yang menyediakan toilet dan tempat untuk melaksanakan salat. Saat berwudhu airnya terasa dingin, dan untuk ke toilet di sini dikenakan tarif Rp 5.000,00 per orangnya.
Sebenarnya di tempat ini tidak ada mushola khusus yang disediakan, hanya rumah penduduk sekitar yang menyediakan ruang untuk tempat salat. Ukurannya juga tidak luas, sehingga kami melaksanakan salat shubuh secara bergantian.
Berburu Sunrise di Gunung Bromo Bersama Keluarga
Selesai melaksanakan salat subuh kami diajak oleh Mas Fadhil berjalan menuju ke area spot sunrise. Awalnya akan menuju ke Bukit Cinta, tetapi pengunjung sudah padat sehingga kami dibawa ke Bukit Dingklik yang lebih dekat.Â
Kami segera duduk mencari posisi terbaik, tikar yang dibawa dari rumah tertinggal di dalam jeep sehingga kami menyewa 2 buah tikar berukuran kecil seharga Rp20.000,00 per buah.
Langit di sekitarnya masih gelap sehingga kami belum bisa melihat apa-apa. Pukul 04.50 dari balik bukit mulai terlihat cahaya berwarna jingga sedikit demi sedikit.
Subhanalloh, sajian alam yang begitu indah dan memesona. Saya merasa takjub, dalam hati tak henti-henti mengucapkan dzikir dan memuji keindahan semesta. Negeri di atas awan bukan hanya dongeng saja, tetapi nyata ada di depan mata.
Kami mulai difoto oleh Mas Fadhil baik perorangan ataupun bersama-sama. Pengambilan foto dilakukan berkali-kali karena terkadang ada orang lain yang terbawa.
Untuk sesi foto ini kami harus bergantian dengan pengunjung lainnya yang sama-sama ingin mendapatkan foto terbaik tepat di saat matahari terbit.
Setelah puas berada di sana, kami berpindah ke bukit bagian atas untuk difoto kembali. Kami belum bisa turun dari bukit, karena jeep belum bisa bergerak menunggu yang di depan maju.
Pukul 07.30 barulah jeep melaju, untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Kawah Bromo, Gunung Batok, dan Bukit Teletubbies. Perjalanan ke tempat ini akan saya tulis di artikel selanjutnya.
Wasana Kata
Itulah pengalaman menarik yang saya alami saat berburu sunrise di Gunung Bromo bersama keluarga. Rasa kantuk dan lelah saat perjalanan di malam hari, hilang seketika saat melihat matahari terbit yang indah.
Rasa syukur terucap dalam hati karena bisa berkunjung ke destinasi wisata yang menyajikan keindahan alam yang begitu memesona. Sehingga wisatawan yang datang ke Gunung Bromo ini bukan hanya dari dalam negeri, tetapi banyak juga yang datang dari mancanegara.
Terima kasih telah membaca tulisan ini, salam hangat dan bahagia selalu.
Cibadak, 7 Juli 2024
#Tulisan ke-59 di tahun 2024
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI