"Karoket, goreng ulen, papais, gegetuk", lengkingan suara wanita menawarkan dagangannya dalam bahasa sunda.Â
Setiap pagi lewat di gang dekat rumah, menjajakan dagangannya menggunakan sepeda motor.
Penjualnya bertubuh kecil, tetapi suaranya melengking memecah sepinya pagi.Â
Terkadang saat ditengok orangnya sudah pergi, hanya suaranya masih terdengar dari kejauhan.
Menjual gorengan dan bermacam-macam kue tradisional, seperti getuk, ketimus, naga sari, kue dadar dan onde.Â
Saat berhenti, langsung dikelilingi ibu-ibu yang akan membeli dagangannya.
"Suara saya terdengar sampai ke rumah ya Bu". Katanya saat aku datang di ujung gang tempatnya berhenti.
"Iya, suaramu berisik tapi banyak yang menanti". Jawabku bercanda dan menunjuk kue-kue yang akan dibeli.
Diambilnya kue menggunakan penjepit, dan dimasukan ke dalam plastik.
"Terima kasih Bu". Ucapnya dengan ramah, sambil memberikan uang kembalian.
"Sama-sama Teh", semoga dagangannya laris manis".
Dia pun berlalu, menjajakan dagangannya kembali. Keliling masuk gang dari kampung ke kampung.
Lengkingan suara pedagang wanita di pagi hari, itulah ciri khas yang kau lakukan untuk menarik perhatian para pelanggan.
Mencari nafkah setiap hari demi menghidupi keluarga, semoga selalu diberi keberkahan dalam setiap langkahmu.
#Puisi solo ke-53
Cibadak, 15 Juni 2023
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H