Nasi kuning hanya ditaburi bawang goreng saja dan dimakan dengan gorengan dan sambal kacang. Makan satu bungkus tidak akan kenyang, jadi minimalnya harus membeli 2 bungkus.
Tetangga saja menjualnya tidak banyak, setiap hari hanya memasak 2 liter beras untuk dibuat nasi uduk karena harus bersaing dengan dua pedagang nasi kuning yang lainnya. Â
Saat saya membeli, yang tersisa hanya 2 bungkus lagi. Ketika saya mau membayar, kata pedagangnya tidak usah dibayar karena hari ini nasi kuning dan gorengannya gratis. Pedagang ini belum satu tahun berjualannya, dan baru membagikan nasi kuning gratisnya sekarang.
Saya mengucapkan terima kasih, dan dalam hati berdoa semoga berkah rezekinya dan jualannya semakin maju.
Ketiga melakukan ziarah ke kuburan orang tua yang sudah meninggal. Tradisi ini dilakukan oleh sebagian besar umat islam di seluruh tanah air.
Saya dan suami sudah melakukan ziarah ke makam orang tua saya minggu kemarin. Hari ini suami bersama dengan anak pergi ke Cianjur untuk berziarah ke makam mertua dan berkunjung ke rumah kakak ipar yang ada di sana. Saya tidak ikut, karena akan memasak untuk sahur pertama nanti.
Keempat silaturahmi ke rumah saudara. Kebiasaan saya menjelang bulan Ramadan yaitu mengunjungi saudara-saudara dari ayah yang berada di Kecamatan Cisaat. Kisahnya pernah saya tulis setahun yang lalu (baca di sini)
Untuk tahun ini ada yang berbeda, yaitu kami semua berkumpul di rumah sepupu yang memiliki sebuah pesantren di kampung Cipancur Cisaat.
Sudah lama ada rencana untuk mengumpulkan saudara-saudara keturunan kakek dari pihak ayah dan baru bisa dilaksanakan pada hari Minggu kemarin.
Semua yang berkumpul adalah cucu dan cicit dari kakek, sebenarnya masih ada 2 orang adiknya ayah yang masih ada tetapi keduanya sudah sakit-sakitan sehingga tidak kuat untuk bepergian.
Sebelum berkumpul di tempat ini, saya dan suami mengunjungi rumah kedua bibi yang berada di kampung lain sekaligus ziarah ke makam kakek dan nenek.