Proses pembelajaran yang dilakukan saat ini harus lebih berpusat pada siswa, yaitu menempatkan siswa sebagai subjek yang memiliki kemampuan atau kompetensi untuk mencari, mengolah, membangun dan menggunakan pengetahuan.
Agar bisa memiliki kompetensi tersebut, pada saat pembelajaran dilaksanakan guru harus memilih model pembelajaran yang dapat mendorong siswa untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya sendiri dan berupaya keras mewujudkan ide-ide atau gagasan yang dimilikinya. Â
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah atau lebih dikenal dengan Problem-Based Learning (PBL).
Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Mata Pelajaran IPA
Pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menggunakan masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari yang bersifat terbuka untuk diselesaikan oleh siswa.
Tujuannya yaitu untuk mengembangkan beberapa kompetensi siswa, antara lain:Â berpikir kritis, menyelesaikan masalah, belajar mandiri, membangun atau memperoleh pengetahuan baru.
Pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan pembelajaran konvensional yang menggunakan masalah di tahap akhir pembelajaran sebagai penerapan dari pengetahuan yang sudah dipelajari.
Ketika pembelajaran ini akan dilaksanakan, maka guru harus memilih masalah yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dengan mempertimbangkan kesesuaian dengan pencapaian kompetensi dasar yang diharapkan.
Model pembelajaran berbasis masalah bisa diterapkan dalam semua mata pelajaran termasuk dalam IPA. Salah satu materi IPA di kelas 7 yang dapat menggunakan model pembelajaran ini adalah Pencemaran Lingkungan yang ada semester genap.
Kompetensi dasar dari materi pencemaran lingkungan yaitu menganalisis terjadinya pencemaran lingkungan dan dampaknya bagi ekosistem.
Pencemaran lingkungan merupakan masalah nyata yang sering dihadapi oleh masyarakat saat ini dan menimbulkan dampak bagi kehidupan, sehingga materi ini tepat apabila menggunakan model pembelajaran berbasis masalah.
Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah
Seperti yang sudah saya tulis di artikel sebelumnya (baca di sini), sebelum melakukan pembelajaran maka guru harus menyusun terlebih dahulu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sesuai dengan model pembelajaran ini.
RPP yang dibuat minimal memuat 3 komponen yaitu adanya tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dan penilaian.
Untuk tujuan dan sistem penilaian yang akan dilakukan bisa diinformasikan kepada siswa di awal pembelajaran pada saat melakukan apersepsi.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah yaitu:
Pertama adalah melakukan orientasi pada masalah. Sebelum pembelajaran dimulai guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa.
Pada tahap ini guru memberikan gambar yang berbeda kepada setiap kelompok tentang pencemaran lingkungan, yaitu pencemaran air sungai, pencemaran air laut, pencemaran tanah dan pencemaran udara.
Pada gambar tersebut dituliskan masalah yang harus dipecahkan oleh setiap kelompok.
Contoh masalah tentang pencemaran air: air sungai yang membelah suatu kota sangat keruh sehingga tidak aman digunakan untuk keperluan sehari-hari. Sementara itu warga tidak memiliki pilihan lain selain menggunakan air sungai tersebut. Bagaimanakah menyelesaikan masalah tersebut?
Kedua adalah melakukan organisasi belajar. Pada tahap ini guru memfasilitasi agar siswa memahami masalah nyata yang disajikan yaitu tentang pencemaran lingkungan.
Guru memberikan penjelasan apa yang harus dilakukan oleh siswa bersama dengan kelompoknya, yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab pencemaran lingkungan, dampaknya bagi ekosistem dan upaya untuk mengatasi masalah pencemaran tersebut.
Ketiga yaitu melakukan penyelidikan kelompok. Guru membimbing siswa dalam melakukan pengumpulan data atau informasi (pengetahuan, konsep, materi) untuk menemukan berbagai alternatif penyelesaian masalah.
Siswa mengumpulkan informasi tentang pencemaran lingkungan dari buku paket ataupun buku lain yang menunjang, bisa juga mencari informasi menggunakan internet misalnya dari google.
Proses bimbingan yang dilakukan oleh guru dilakukan dengan cara berkeliling ke setiap kelompok, dan menanyakan sampai sejauh mana diskusi yang telah dilakukan.
Guru juga bisa mengingatkan siswa agar mereka bisa menyelesaikan tugasnya sesuai waktu yang telah ditentukan. Ketika berkeliling, guru bisa melakukan penilaian terhadap kerja sama yang dilakukan oleh anggota kelompok.
Keempat yaitu melakukan pengembangan dan penyajian hasil penyelesaian masalah.
Guru membimbing siswa untuk menentukan penyelesaian masalah yang paling tepat dari berbagai alternatif pemecahan masalah tentang pencemaran lingkungan yang sudah ditemukan oleh siswa.
Informasi yang telah didapatkan oleh siswa disusun dalam bentuk laporan hasil penyelesaian masalah, misalnya dalam bentuk gagasan, peta konsep, bagan atau power point slide.
Setelah selesai membuat laporan, setiap kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas. Siswa dari kelompok yang lain diberi kesempatan untuk menanggapi ataupun memberi pertanyaan kepada kelompok tersebut.
Kelima yaitu melakukan analisis dan evaluasi proses penyelesaian masalah. Pada tahap ini guru memfasilitasi siswa dengan melakukan refleksi terhadap pemecahan masalah yang telah didiskusikan dan dipresentasikan oleh setiap kelompok.
Apabila dari hasil diskusi kelompok masih ada kekurangannya, maka guru dapat menambahkan ataupun memberi penguatan terhadap hasil pemecahan masalah dari setiap kelompok.
Guru dapat memberikan apresiasi ataupun reward kepada kelompok yang bisa menyelesaikan masalah dengan baik dan tepat waktu, dan memberikan motivasi kepada kelompok yang belum bisa menyelesaikan masalah sesuai waktu yang telah ditetapkan.
Siswa kelas 7 karena masih beradaptasi terhadap pembelajaran di SMP, biasanya pada saat melakukan diskusi ada anggota kelompok yang pasif ataupun masih malu-malu pada saat melakukan presentasi.
Dengan melakukan refleksi di akhir pembelajaran, siswa diharapkan bisa lebih baik lagi pada saat mengikuti pembelajaran selanjutnya.
Wasana Kata
Ketika pembelajaran berbasis masalah ini akan dilaksanakan, maka sebaiknya guru memilih masalah yang sesuai dengan kompetensi dasar yang ada pada mata pelajaran dan sering ditemukan dalam lingkungan sekitar.
Dengan melakukan pembelajaran berbasis masalah maka siswa akan lebih aktif dan diharapkan bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah dan menemukan solusinya.
Kemampuan berpikir kritis ini diharapkan akan mempengaruhi pola pikirnya sehingga akan membantu siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah yang ditemuinya dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini akan membentuk kepribadian siswa yang memiliki daya juang tinggi dan tidak mudah menyerah ketika menemui masalah ataupun hambatan dalam kehidupan.
Terima kasih telah membaca artikel ini, semoga bermanfaat. Salam edukasi
Cibadak, 22 Maret 2022
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana
Referensi:
- Buku Paket IPA Kelas 7 Semester 2 edisi revisi 2018. Penerbit: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
- Materi Umum dan Materi Pokok Diklat Kurikulum 2013 IPA Sekolah Menengah Pertama. LPMP Jawa Barat Tahun 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H