Itulah beberapa manfaat bagi anak yang memiliki teman khayalan, yang saya rangkum dari beberapa sumber.
Cara Orang Tua Menyikapi Anak yang Memiliki Teman KhayalanÂ
Awalnya saya dan suami merasa khawatir dengan perkembangan ananda. Tetapi setelah mengetahui bahwa memiliki teman khayalan merupakan hal yang normal bagi anak, maka kami berdua menjadi tenang.
Ketika ananda bercerita tentang teman khayalannya, kami akan mendengarkan dengan baik dan menunjukkan sikap yang tertarik. Hal tersebut kami lakukan sebagai bentuk perhatian terhadap persahabatan yang dilakukan oleh ananda dengan teman khayalannya.
Sambil mendengarkan ananda bercerita, kami berusaha mengetahui hal-hal yang menjadi minat ananda bersama dengan teman khayalannya. Justru ketika bercerita tentang teman khayalannya, kami bisa menghabiskan waktu bersama lebih banyak dengan ananda. Â
Ada beberapa hal yang harus dikhawatirkan oleh orang tua, apabila menemukan hal-hal berikut ini:
Pertama anak menjadi pendiam dan tidak mau bergaul dengan teman di dunia nyata serta sering mengobrol dengan teman khayalannya. Anak menjadi takut dengan teman khayalannya, atau mengeluhkan bahwa temannya tersebut tidak mau pergi dan selalu ingin bersamanya.
Kedua anak sering mengatakan disuruh melakukan sesuatu yang berbahaya atau tidak aman oleh teman khayalannya. Anak selalu menyalahkan teman khayalannya ketika melakukan sesuatu, misalnya pada saat memecahkan gelas.
Ketiga anak mengalami perubahan kebiasaan pada saat makan dan tidur ataupun menjadi bersikap kasar dan menjadi anak yang sukar diatur. Â
Keempat anak masih memiliki teman khayalan setelah usia 12 tahun. Memiliki teman khayalan bagi seorang anak yang berumur 2,5 tahun merupakan hal yang normal, dan bisa bertahan sampai anak berusia 7 tahun.
Ananda pun berhenti menceritakan tentang teman khayalannya yaitu pada saat sudah masuk sekolah di TK pada usia 5 tahun. Mungkin karena sudah memiliki aktivitas yang lain, sehingga bisa melupakan teman khayalannya.