Memiliki anak adalah dambaan dari setiap orang tua, dan biasanya orang tua menginginkan memiliki anak lebih dari satu bahkan ada yang menginginkan anak dengan jumlah yang banyak. Bagaimana bila anak yang dinanti-nanti ternyata belum hadir juga?
Kami ingin berbagi pengalaman tentang usaha yang dilakukan sampai berhasil memiliki seorang buah hati, yang hadir setelah 4 tahun menikah. Bermacam-macam usaha kami lakukan dan saran apapun yang diberikan oleh orang lain kami coba walaupun terkadang tidak masuk akal, karena begitu kuatnya keinginan kami untuk memiliki seorang buah hati.
Cara pertama yang kami lakukan adalah konsultasi dan berobat ke dokter kandungan setelah enam bulan menikah. Dari hasil USG saya dinyatakan sehat saluran reproduksinya dan oleh dokter diberikan obat penyubur.
Selama 6 bulan kami konsultasi dan berobat ke dokter yang sama, tapi belum membuahkan hasil dan hanya berat badan saya yang bertambah  beberapa kilogram karena mengkonsumsi obat penyubur.
Cara kedua yaitu dengan melakukan pijit kepada dukun beranak untuk menaikkan posisi rahimnya, istilah bahasan sundanya yaitu "disangsurkeun". Saya lakukan sampai 3 bulan berturut-turut walaupun rasanya sakit ketika dipijit, bahkan saya pernah mencoba lagi dipijit oleh orang yang berbeda tetapi cara ini belum berhasil juga.
Baru baru ini saya membaca tentang pijit rahim sebenarnya tidak boleh dilakukan karena bisa menimbulkan gangguan saluran pencernaan, memar serta gangguan otot dan ligamen bila pijat dilakukan oleh orang yang tidak professional.
Cara ketiga adalah dengan meminum madu dan minum obat herbal. Saya meminum madu sampai habis beberapa botol, sedangkan obat herbal saya dapatkan dari seorang teman kuliah sewaktu di lampung. Beliau mengirim obat yang namanya "Thibun Nabawiyyah" yang terbuat dari jintan hitam.
Cara keempat yaitu kami kembali berobat ke dokter yang berbeda. Selain di beri obat penyubur sayapun disarankan untuk melakukan Histerosalpingografi (HSG) yaitu pemeriksaan dengan sinar rontgen (sinar-X) untuk melihat kondisi rahim, dan suami juga harus diperiksa spermanya di laboratorium.
HSG dilakukan oleh dokter radiologis dengan cara memasukan suatu alat ke dalam rahim dan saluran telur kemudian hasilnya di rontgen. Hasil foto rontgen menunjukkan bahwa saya tidak mengalami penyempitan pada saluran telur, begitupun hasil laboratorium menunjukkan bahwa suami saya  sehat dan tidak mengalami gangguan apapun.
Pada saat menunggu sebelum di HSG saya mengobrol dengan istrinya dokter, beliau mengatakan kepada kami ada pengobatan alternatif yang dilakukan oleh seorang Ajengan di sebuah pesantren yang terletak di daerah Cibeureum Sukabumi dan sudah banyak yang berhasil memiliki anak setelah berobat ke situ, bahkan ada seorang perempuan yang usianya di atas 40 tahun akhirnya bisa memiliki seorang anak setelah menunggu lama.
Saya mencari informasi tentang pengobatan alternatif tersebut, dan berhasil mendapatkan nomor telepon rumahnya dari seorang teman. Pendaftaran harus dilakukan lewat telepon rumah dan dimulai setelah sholat shubuh sampai pukul 06.00.