LELAKI DI NEGERI AWAN
   Lelaki itu tiba menjelang matahari terbit.Â
   Orang-orang belum banyak yang datang di puncak bukit itu. Ia mendekat ke tepi, bersandar di pagar. Dengan cahaya alam seadanya, ia melihat lautan awan putih. Pucuk-pucuk gunung nun di kejauhan.Â
   Ketika matahari mulai mengintip dari balik gunung, semburatnya berkilauan memancarkan gradasi jingga yang memesona di langit. Terdengar gempita sorak teriak yang riuh. Mereka mulai sibuk memotret dengan ponsel.
   Ia hanya menghela napas panjang.Â
   Memanglah indah gambaran panorama alam sunrise dari ketinggian puncak bukit 2045 dari permukaan laut. Namun, itu malah membuatnya semakin gundah.
   Maka ia berpindah, mencari tepi lain yang sepi, menyendiri.
   Udara yang semula menggigit-gigit kulit mulai menghangat. Langit sudah sepenuhnya terang. Orang-orang sudah berangsur turun untuk pulang.
   Rerumputan masih basah bermahkota embun. Angin berhembus semilir.Â
   "Apa yang sedang kamu pikirkan?"