Mohon tunggu...
Tateng Gunadi
Tateng Gunadi Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Pecinta buku, suka menulis, dan senang fotografi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

{Cerpen Terjemahan} Bunglon, Anton Chekov

14 Februari 2021   09:39 Diperbarui: 1 Mei 2021   11:13 1821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Nandhu Kumar from Pixabay

Sersan polisi Achumyelof yang mengenakan mantel baru sambil tangannya menggenggam sesuatu, berjalan melewati pasar. Ia diikuti seorang polisi berambut merah yang membawa benda-benda hasil sitaan. Suasana sepi tampak dimana-mana. Tidak ada seorang manusia pun di pasar. Pintu-pintu terbuka dan jendela-jendela toko menatap sedih ke bumi Tuhan seperti mulut-mulut lapar yang terbuka.

     Tiba-tiba Achumyelof mendengar seseorang menjerit: “Kau mau menggigit, kau binatang keparat! Anjing sekarang tidak boleh menggigit. Hentikan! Oh, oh!”

     Terdengar suara anjing menggonggong. Achumyelof melihat ke arah datangnya suara dan tampaklah seekor anjing, melangkah pincang dengan tiga kakinya, diusir seseorang dengan sepotong kayu. Lelaki berkemeja putih itu yang mengusirnya. Lelaki itu mendekati anjing: tiba-tiba ia menjatuhkan diri ke tanah lalu menangkap kaki belakang anjing. Anjing itu terdengar menggonggong lagi, lalu melolong kesakitan. Wajah-wajah mengantuk bermunculan dekat jendela-jendela toko, sebuah kerumunan manusia dengan cepat terbentuk seolah-olah mereka bermunculan keluar dari dalam tanah.

     “Apa menurut Tuan itu bisa menjadi biang keributan?” tanya polisi.

     Achumyelof melangkah mendekati kerumunan itu. Dekat pagar halaman ia melihat orang yang berkemeja putih sedang mengangkat tangan kanannya dan memperlihatkan jarinya yang berdarah pada kerumunan orang-orang. Dengan wajah yang setengah mabuk tersirat seolah-olah ia mengatakan, “Awas, aku akan membalas karena ini, keparat kau!” Achumyelof mengenal lelaki yang bernama Khriukin itu, seorang pandai emas. Ia berada di tengah kerumunan melebarkan kakinya sementara seluruh tubuhnya gemetar, duduk merencanakan hukuman untuk anjing itu, seekor anjing putih kecil dengan bintik-bintik kuning di punggungnya. Mata anjing yang berair merupakan ungkapan dari ketakutannya.

     “Ada apa ini?” tanya Achumyelof, menerobos kerumunan.

     “Mengapa kau ada di sini? Ada apa dengan jarimu? Siapa yang menjerit?”

     “Saya sedang berjalan di sini, Tuan, tidak menemui siapapun.” Kata Khriukin, “ketika melihat-lihat kayu untuk Dimitri Dimitriyevitch tiba-tiba anjing keparat ini menggigit jariku. Kau mengenal aku. Aku adalah seorang pekerja: aku mempunyai pekerjaan yang sangat khusus untuk dikerjakan dan seseorang akan mengupahku, sementara aku jadi tidak bisa menggunakan jari ini, mungkin seminggu lamanya! Di sini tidak ada hukum, Tuan, hukum mengenai penahanan binatang! Jika semua binatang hidup untuk menggigit, akan menjadi lebih baik untuk tidak ada di dunia ini.”

     “Sekarang,” kata Achumyelof dengan keras, alis matanya bergerak naik turun, “sekarang, siapa pemilik anjing itu? Aku tidak akan membiarkan masalah ini. Aku akan mengajarkan pada kalian agar tidak membiarkan anjing kalian bebas berkeliaran! Inilah saatnya untuk melakukan sesuatu kepada orang-orang yang tidak mematuhi peraturan. Aku sendiri yang akan menghukum. Aku akan menunjukkan padanya siapa saya! Yeldyrin,” melirik pada polisi, “selidiki anjing siapa ini dan buat laporannya. Anjing ini akan dibunuh. Lakukanlah dengan segera. Itu mungkin anjing gila, itu sebabnya. Anjing siapakah ini?”

     “Anjing itu seperti anjing milik Jenderal Yigalof,” kata seseorang di antara kerumunan.

     “Jenderal Yigalof? Hm! Yeldyrin, tolong buka mantelku, sangat panas! Mungkin akan turun hujan. Dalam hal ini ada satu hal yang tidak kupahami: bagaimana bisa anjing itu sampai menggigitmu?” tanya Achumyelof, memandang pada Khriukin. “Anjing itu tidak datang untuk menggigit jarimu. Anjing itu sungguh anjing kecil sedangkan kau lelaki bertubuh begitu besar. Barangkali kau merobek jarimu dengan paku, setelah timbul ide padamu, dan kau sedang mencoba untuk mendapat banyak uang. Aku tahu kau siapa. Kau brengsek!”

     “Ia mendekatkan rokok ke muka anjing, tetapi anjing itu tidak gila lalu menggigitnya, Tuan.”

     “Kau bohong! Ia tidak melihatnya, Tuan. Namun, biarlah hakim yang memutuskan. Hukum mengatakan bahwa kita semua sederajat. Aku mempunyai saudara di kantor polisi, jika kau ...”

     “Diam!”

     “Bukan, itu bukan anjing Jenderal,” kata polisi dengan bijaksana. “Jenderal tidak mempunyai anjing seperti itu. Anjingnya berbeda.”

     “Apakah kau yakin begitu?”

     “Ya, Tuan, sangat yakin.”

     “Aku sendiri juga tahu. Anjing Jenderal bernilai tinggi, tetapi ini ...? Bulunya juga tidak begitu. Mengapa orang-orang memelihara anjing seperti itu? Jika anjing seperti itu berada di Petersburg atau Moscow, kau tahu apa yang akan terjadi? Anjing-anjing akan tidak berhenti untuk mencari keadilan tetapi hanya... dan itu benar! Khriukin, kau kesakitan, dan aku akan tidak membiarkan masalah ini. Aku harus memberi pelajaran pada anjing semacam itu!”

     “Tetapi bagaimanapun juga barangkali itu anjing Jenderal.” Polisi berpikir keras. “Suatu hari aku melihat anjing seperti itu di halaman rumah Jenderal.”

     “Memang itu anjing Jenderal,” kata sebuah suara di antara kerumunan.

     “Yeldyrin, bantu aku mengenakan mantel; udara terasa dingin. Bawalah anjing itu kepada Jenderal dan selidiki di sana. Katakan bahwa aku yang menemukan dan menyuruh membawanya. Dan katakan padanya agar tidak membiarkan anjing berkeliaran ke jalan. Boleh jadi itu seekor anjing mahal, dan jika setiap lelaki menyakiti hidung anjing itu dengan rokok, anjing itu akan segera menjadi cacat. Anjing itu binatang yang lembut. Dan kau, lelaki bodoh, perlihatkan tanganmu! Tidak perlu ia menunjukkan bahwa jari tangannya sial. Itu kesalahan dirinya sendiri.”

     “Di sana ada koki Jenderal. Biar kita bertanya padanya. Hai, Prokhor, datanglah ke sini sebentar! Lihat, apakah itu anjing milikmu?”

     “Anjing itu? Kami tidak pernah mempunyai anjing seperti itu dalam hidup kami!”

     “Ia tidak pantas dimintai pertanyaan-pertanyaan semacam itu,” kata Achumyelof. “Itu anjing liar. Di sini tidak ada yang berkata selain itu. Kalau aku katakan itu anjing liar, itu adalah anjing liar! Anjing itu akan kita bunuh.”

     “Anjing itu bukan milik kami,” kata Prokhor selanjutnya, “anjing itu milik saudara Jenderal yang baru saja tiba. Majikanku tidak mempunyai anjing sejenis itu, anjing itu milik saudaranya.”

     “Jadi saudara Jenderal, Vladimir Ivanovitch, telah datang?” tanya Achumyelof dengan sangat gembira, senyum lebar tampak di wajahnya. “Baiklah, baiklah, aku tidak tahu bahwa ia telah datang! Ia datang ke sini untuk bertamu?”

     “Ya, Tuan, bertamu.”

     “Baiklah, baiklah. Jadi, itu anjing miliknya, bukan? Aku sangat senang. Bawalah anjing itu. Anjing kecil yang lucu. Anjing kecil yang gesit; dengan cepat menangkap jari tangan lelaki itu! Ha..ha..ha... Mengapa menggigil, apa takut? Lelaki itu seorang penjahat.”

     Prokhor memanggil anjing itu dan berjalan seiring dengannya. Orang yang berkerumun menertawakan Kriukhin. “Suatu saat aku akan menahanmu!” Achumyelof mengancam Kriukhin sambil mengenakan sendiri mantelnya, ia melanjutkan langkahnya melewati pasar.***

Diterjemahkan oleh Tateng Gunadi.

Sumber: Stories from Manylands, G.C. Thornley. England: Longman Group Ltd.

Dimuat Bandung Pos, Rabu 23 Oktober 1996.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun