Saat di bangku sekolah dulu, saya acap kali main tebak-tebakan ringan dengan kawan-kawan. Bermula dengan pertanyaan serius, apa ibukota negara tertentu di dunia, apa bentuk negaranya, siapa presidennya, dan seterusnya. Hingga ke pertanyaan remeh, seperti hasil perusahaan apa yang pasti ada di rumah? Hmm..
Kalau anak kecil tentu jawabannya masih pragmatis, semacam merk sabun mandi dan kebutuhan kamar mandi lainnya, atau kebutuhan pokok seperti garam dan gula. Seiring berjalannya waktu, saya menemukan jawaban yang beragam. Salah satunya adalah listrik.
Listrik, walaupun tak mungkin digenggam, secara harfiah tetap saja merupakan hasil olah dari sebuah perusahaan, yang di Indonesia kita kenal dengan Perusahaan Listrik Negara alias PLN.
Sebuah perusahaan yang dikenal luas oleh masyarakat dan hadir di hampir seluruh rumah di Indonesia. Listrik menjadi kebutuhan dasar setiap penduduk untuk menunjang kegiatan sehari-hari.
Kemarin sore, saat santai saya buka Youtube. Di timeline, saya lihat Harian Kompas sedang live Kompas Talks bertajuk peluncuran buku 75 tahun PLN. Saya langsung bergumam, ternyata perusahaan BUMN ini sudah tua sekali. Seumuran dengan kemerdekaan Indonesia.
Namun setelah saya coba googling, PLN ditengarai lahir pada 1 Januari 1965. Artinya baru 56 tahun. Gap ini membuat saya bertanya-tanya, hingga akhirnya rasa penasaran saya terjawab di Kompas Talks kemarin.
PLN punya sejarah panjang, yang selama ini belum banyak diulas. Seakan menjawab itu, pada momentum dies natalis 75 tahun ini, PLN meluncurkan 2 buku, dengan judul "Menerangi Negeri PLN 75 Tahun" dan "Menerangi Indonesia Memajukan Bangsa".
Buku 75 Tahun PLN Menerangi Negeri
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah." --Pramoedya Ananta Tour
Saya mengamini ungkapan 'buku adalah jendela ilmu'. Entah itu buku berupa lembaran-lembaran kertas, maupun digital book yang kini sudah merajai pasar.
Buku menjadi warisan sekaligus wadah berbagai ilmu yang sebelumnya mungkin tak pernah kita tahu. Membaca buku menambah wawasan dan memengaruhi karakter kita. Bahkan ada ungkapan, "aku adalah buku yang aku baca".