Mohon tunggu...
Eta Rahayu
Eta Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Urban Planner | Pemerhati Kota | Content Writer | www.etarahayu.com

Hidup tidak membiarkan satu orangpun lolos untuk cuma jadi penonton. #dee #petir etha_tata@yahoo.com | IG: @etaaray

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Berkantor di Rumah Segera Usai, Tetap Jatuh Cinta pada Tri Indonesia

15 Juli 2020   23:16 Diperbarui: 15 Juli 2020   23:17 399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suatu hari saya ikut membahas isi kajian via Google Meet bersama seluruh anggota tim. Jaringan yang stabil sangat dibutuhkan saat diskusi seperti ini. | Tangkapan layar Google Meet Milik Pribadi, diolah.

 "Pagi, Eta. Besok ada undangan lanjutan untuk melanjutkan uji titik. Karena kita tidak bisa ke Jakarta, minta tolong untuk standby di Zoom ya. Terima kasih."

Pukul 10 lebih beberapa menit, pesan singkat itu saya terima melalui Whatsapp. Saya lantas membuka lampiran undangan berformat pdf yang juga dikirim kala itu. Setelah mengerti maksud undangan resminya, saya mengiyakan dengan membalas pesan itu.

Teknologi Menjadi Jawaban Saat Corona Mewabah

Selama masa pengendalian wabah virus corona ini, di rumah saja membuat saya sering menerima undangan senada. Undangan untuk rapat online. Entah itu hanya untuk diskusi atau untuk menetapkan putusan mendesak.

Diskusi dan menyepakati hasil pekerjaan biasanya dilakukan dengan proses temu langsung atau biasa disebut rapat. | Dokpri
Diskusi dan menyepakati hasil pekerjaan biasanya dilakukan dengan proses temu langsung atau biasa disebut rapat. | Dokpri
Kini, demi kesehatan bersama, bertemu secara daring memang lebih bijak. Selama ini, pekerjaan saya dan tim perlu dibahas bersama. Kami tetap bertatap muka, walau hanya sebulan sekali. Baik itu di kantor pemerintahan, di kampus maupun di ruang pertemuan hotel.

Misal, minggu lalu, konsinyasi sebuah kebijakan tata ruang seharusnya saya lakoni di Jakarta. Sebelum pandemi covid-19 mewabah seperti sekarang, konsinyasi dilakukan di ruang meeting hotel, karena pesertanya banyak, dari berbagai daerah.

Rapat daring dari berbagai tempat di Indonesia, dengan peserta dari Sulawesi Tengah, Jawa Timur dan Jakarta | Dokpri
Rapat daring dari berbagai tempat di Indonesia, dengan peserta dari Sulawesi Tengah, Jawa Timur dan Jakarta | Dokpri
Namun karena pandemi Covid-19, Google Meet atau Zoom menjadi ruang pertemuan digital yang biasanya dipilih untuk mendiskusikan materi pekerjaan. Minggu lalu, kami menggunakan Zoom.

Ada 'ruang' yang sudah dipesan oleh pihak panitia, dengan 'alamat' agar mudah dicari dan lengkap beserta 'kuncinya'. Berkat itu, saya dan peserta lainnya bisa tetap bertatap muka dan menuntaskan bahasan kami.

Saya yakin bukan hanya saya yang bertransformasi seperti ini. Hampir jutaan penduduk juga sama, memanfaatkan teknologi saat pandemi.

Fakta ini membawa kita pada kenyataan bahwa teknologi menjadi jawaban saat Covid-19 mewabah. Teknologi menjadi jembatan produktivitas saat harus bekerja dari rumah. Dan kita bisa #KalahkanJarak dengan bantuan teknologi.

Temu Daring: Ketika Produktivitas Diuji

Bulan Februari, saat Covid-19 belum 'menginvasi', saya (menggunakan masker) cukup produktif mengikuti diskusi pekerjaan di luar rumah. | Dokpri
Bulan Februari, saat Covid-19 belum 'menginvasi', saya (menggunakan masker) cukup produktif mengikuti diskusi pekerjaan di luar rumah. | Dokpri
Ya, pandemi Covid-19 bukan alasan untuk menghambat produktivitas. Walau di rumah saja, kita harus tetap semangat berkarya.

Awal ramadan lalu, saya menulis catatan event di Google Kalender. Pada tanggal 22 Juni 2020 : project X kembali berjalan. Dengan harapan, pagi hari itu Google Assistant akan mengingatkan, dan saya kembali pada rutinitas ke coworking space.

Namun memang manusia hanya bisa berencana, sedang Tuhan tetap yang menentukan.

Hari itu, saya mengantisipasi akan ada rapat untuk kembali membahas kelanjutan pekerjaan secara langsung. Bertatap muka dalam satu ruangan.

Tapi hingga hari ini, catatan itu tinggal catatan. Kami harus melanjutkan kegiatan berdiskusi secara virtual.

Selama ini, saya tak pernah memasang wifi. Wifi di rumah sudah diputus sejak saya masih kuliah. Dan sejak bekerja, saya lebih sering berlama-lama di coworking space. Selain karena kondisi yang lebih kondusif untuk berfikir, coworking menawarkan kualitas jaringan internet yang baik.

Walau bukan bekerja di bidang IT, pekerjaan saya bergantung penuh dengan kestabilan jaringan internet. Bahkan jauh sebelum masa pandemi, saya selalu memerlukan internet untuk bertukar materi atau data pekerjaan lintas daerah.

Berbagai macam data harus kami unggah dan download setiap saat. | Tangkapan layar Google Drive milik pribadi
Berbagai macam data harus kami unggah dan download setiap saat. | Tangkapan layar Google Drive milik pribadi
Saya termasuk orang yang cukup mementingkan kualitas. Tapi tetap menimbang kuantitas. Nah dulu, saat saya memutuskan untuk memakai Tri Indonesia, saya juga melakukan analisa kecil-kecilan, yang akhirnya membuat saya mantap menggunakannya.

Kualitas Jaringan Tri Indonesia Stabil dan Cepat

Saya yakin, semua pengguna internet pasti ingin jaringan internet yang stabil dan cepat. Download file selesai dalam satu kali kedip. Mengunggah materi rapat tanpa cacat. Cacat dalam artian file corrupt karena internet tidak stabil.

Saya pernah mengalami hal demikian. Sangat merepotkan. Terlebih saat sedang buru-buru menjelang tenggat. Kondisi ini menantang saya untuk mencari jaringan internet yang cepat.

Suatu hari saya ikut membahas isi kajian via Google Meet bersama seluruh anggota tim. Jaringan yang stabil sangat dibutuhkan saat diskusi seperti ini. | Tangkapan layar Google Meet Milik Pribadi, diolah.
Suatu hari saya ikut membahas isi kajian via Google Meet bersama seluruh anggota tim. Jaringan yang stabil sangat dibutuhkan saat diskusi seperti ini. | Tangkapan layar Google Meet Milik Pribadi, diolah.
Terlebih saat pandemi yang mengharuskan rapat dari rumah saja. Jaringan yang stabil dan cepat sangat diperlukan. Alhamdulillah, rapat online saya selama ini selalu lancar bebas buffering.

Bicara soal jaringan yang stabil dan cepat, tahu nggak, berapa kecepatan internet di Indonesia? Saya pernah membaca disini. OpenSignal per Mei lalu mempublikasikan laporan kecepatan internet dunia. Dan rata-rata kecepatan internet Indonesia adalah 6,9 Mbps.

Sedangkan untuk kecepatan internet mobile atau seluler, menurut catatan Ookla adalah sekitar 10,5 Mbps. Ookla adalah perusahaan asal Kalispell, Montana, Amerika Serikat yang menyediakan pengujian kecepatan koneksi internet lewat situs speedtest.net sejak tahun 2006.

Hasil riset OpenSignal terhadap ketersediaan jaringan 4G. | Foto: OpenSignal Limited/ Kumparan.com, diolah.
Hasil riset OpenSignal terhadap ketersediaan jaringan 4G. | Foto: OpenSignal Limited/ Kumparan.com, diolah.
OpenSignal pada Desember 2019 lalu membuka hasil riset yang mereka lakukan selama periode 1 Agustus hingga 29 Oktober 2019, dengan hampir 2 juta unit pengguna yang diuji.

Soal ketersediaan 4G, Tri Indonesia mendapat skor 90,9%. Jumlah ini tertinggi kedua dari lima operator yang diuji. Tanpa bermaksud membandingkan dengan operator lain, my point is, bahkan kini Tri Indonesia hadir dengan jaringan baru 4.5G.

Kalau dengan jaringan 4G saja kecepatannya sudah cepat. Bayangkan dengan jaringan 4.5G? Stabil dan cepat bukanlah omong kosong semata. Namun nyata adanya.

Bagaimana tidak, detik.com mengabarkan bahwa Tri Indonesia telah membangun lebih dari 9.000 Base Transceiver Station (BTS) yang tersebar di wilayah Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan juga Sulawesi untuk memancarkan jaringan baru 4.5G. Jaringan 3 Indonesia yang baru ini sudah bisa dinikmati di 313 Kabupaten di Indonesia. Teman-teman bisa cek coverage-nya disini.

Paket Data Tri Indonesia Ramah di Kantong

Atas rekomendasi dari saya, keponakan saya yang harus school from home akhirnya juga memilih Tri Indonesia untuk menghemat biaya internet bulanannya.

Halaman muka aplikasi BIMA+ milik keponakan saya. | Tangkapan layar BIMA+, diolah
Halaman muka aplikasi BIMA+ milik keponakan saya. | Tangkapan layar BIMA+, diolah
Dan saat pertama kali mengunduh Aplikasi Bima+, keponakan saya diberi bonus internet sebanyak 6GB dengan hanya membayar 10 rupiah saja.

Ah, sebungkus permen saja tak boleh dibeli dengan harga segitu, kan?

Tak hanya itu, Tri Indonesia juga menyediakan paket internet 117 GB yang harganya Rp117.000,-. Bukankah ini artinya 1 GB hanya seribu rupiah? Iya kan? Kalau dipikir ulang, uang parkir saja sekarang tak pernah kita dapati di angka itu.

Berbagai pilihan paket ada di BIMA+. | Dokpri
Berbagai pilihan paket ada di BIMA+. | Dokpri
Lebih menyenangkannya lagi, Tri Indonesia menghadirkan pilihan produk AlwaysOn Unlimited dengan harga terjangkau.  Mungkin awalnya kalian akan bertanya, apa itu Unlimited? Apakah benar tanpa batas?

Di website resmi Tri Indonesia, sudah dijelaskan bahwa Kuota Unlimited adalah kuota data yang dapat digunakan untuk mengakses semua aplikasi antara jam 01.00 -- 17.00 (waktu lokal) dengan masa aktif 30 hari. Pada Kuota Unlimited berlaku batas pemakaian wajar 1.5 GB per hari.

Menurut saya, jumlah ini cukup banyak. Nggak percaya? Mari kita main hitung-hitungan. Saat kita beli paket internet Unlimited + 6 GB seharga 60ribu, maka sejatinya kita akan mendapat 1,5 GB x 30 hari + 6 GB. Alias 45 GB + 6 GB = 51 GB. Total 51 GB seharga 60ribu bagi saya worth it sekali. Tidak sampai 1.200 rupiah setiap 1 gigabyte. Murah bukan?

Sejatinya, ada banyak pilihan paket data yang dapat menjadi pilihan penggunanya. Dan pengguna sangat diuntungkan dengan pilihan murah ini. Pilihan harganya bisa teman-teman akses disini.

In my honest opinion, murahnya harga paket internet Tri Indonesia ini juga suatu kualitas yang tak bisa kita tampik.

Ohya, jika masih ragu, untuk bisa lebih mengenal Tri Indonesia, teman-teman bisa klik link website www.tri.co.id. Atau jika sudah punya nomor Tri Indonesia, bisa langsung akses BIMA+ juga untuk membaca infonya.

Bagi saya pribadi, kalaupun berkantor dari rumah segera usai, saya akan tetap jatuh cinta pada Tri Indonesia karena kualitasnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun