"Pagi, Eta. Besok ada undangan lanjutan untuk melanjutkan uji titik. Karena kita tidak bisa ke Jakarta, minta tolong untuk standby di Zoom ya. Terima kasih."
Pukul 10 lebih beberapa menit, pesan singkat itu saya terima melalui Whatsapp. Saya lantas membuka lampiran undangan berformat pdf yang juga dikirim kala itu. Setelah mengerti maksud undangan resminya, saya mengiyakan dengan membalas pesan itu.
Teknologi Menjadi Jawaban Saat Corona Mewabah
Selama masa pengendalian wabah virus corona ini, di rumah saja membuat saya sering menerima undangan senada. Undangan untuk rapat online. Entah itu hanya untuk diskusi atau untuk menetapkan putusan mendesak.
Misal, minggu lalu, konsinyasi sebuah kebijakan tata ruang seharusnya saya lakoni di Jakarta. Sebelum pandemi covid-19 mewabah seperti sekarang, konsinyasi dilakukan di ruang meeting hotel, karena pesertanya banyak, dari berbagai daerah.
Ada 'ruang' yang sudah dipesan oleh pihak panitia, dengan 'alamat' agar mudah dicari dan lengkap beserta 'kuncinya'. Berkat itu, saya dan peserta lainnya bisa tetap bertatap muka dan menuntaskan bahasan kami.
Saya yakin bukan hanya saya yang bertransformasi seperti ini. Hampir jutaan penduduk juga sama, memanfaatkan teknologi saat pandemi.
Fakta ini membawa kita pada kenyataan bahwa teknologi menjadi jawaban saat Covid-19 mewabah. Teknologi menjadi jembatan produktivitas saat harus bekerja dari rumah. Dan kita bisa #KalahkanJarak dengan bantuan teknologi.
Temu Daring: Ketika Produktivitas Diuji
Awal ramadan lalu, saya menulis catatan event di Google Kalender. Pada tanggal 22 Juni 2020 : project X kembali berjalan. Dengan harapan, pagi hari itu Google Assistant akan mengingatkan, dan saya kembali pada rutinitas ke coworking space.
Namun memang manusia hanya bisa berencana, sedang Tuhan tetap yang menentukan.
Hari itu, saya mengantisipasi akan ada rapat untuk kembali membahas kelanjutan pekerjaan secara langsung. Bertatap muka dalam satu ruangan.
Tapi hingga hari ini, catatan itu tinggal catatan. Kami harus melanjutkan kegiatan berdiskusi secara virtual.
Selama ini, saya tak pernah memasang wifi. Wifi di rumah sudah diputus sejak saya masih kuliah. Dan sejak bekerja, saya lebih sering berlama-lama di coworking space. Selain karena kondisi yang lebih kondusif untuk berfikir, coworking menawarkan kualitas jaringan internet yang baik.
Walau bukan bekerja di bidang IT, pekerjaan saya bergantung penuh dengan kestabilan jaringan internet. Bahkan jauh sebelum masa pandemi, saya selalu memerlukan internet untuk bertukar materi atau data pekerjaan lintas daerah.
Kualitas Jaringan Tri Indonesia Stabil dan Cepat
Saya yakin, semua pengguna internet pasti ingin jaringan internet yang stabil dan cepat. Download file selesai dalam satu kali kedip. Mengunggah materi rapat tanpa cacat. Cacat dalam artian file corrupt karena internet tidak stabil.
Saya pernah mengalami hal demikian. Sangat merepotkan. Terlebih saat sedang buru-buru menjelang tenggat. Kondisi ini menantang saya untuk mencari jaringan internet yang cepat.
Bicara soal jaringan yang stabil dan cepat, tahu nggak, berapa kecepatan internet di Indonesia? Saya pernah membaca disini. OpenSignal per Mei lalu mempublikasikan laporan kecepatan internet dunia. Dan rata-rata kecepatan internet Indonesia adalah 6,9 Mbps.
Sedangkan untuk kecepatan internet mobile atau seluler, menurut catatan Ookla adalah sekitar 10,5 Mbps. Ookla adalah perusahaan asal Kalispell, Montana, Amerika Serikat yang menyediakan pengujian kecepatan koneksi internet lewat situs speedtest.net sejak tahun 2006.
Soal ketersediaan 4G, Tri Indonesia mendapat skor 90,9%. Jumlah ini tertinggi kedua dari lima operator yang diuji. Tanpa bermaksud membandingkan dengan operator lain, my point is, bahkan kini Tri Indonesia hadir dengan jaringan baru 4.5G.
Kalau dengan jaringan 4G saja kecepatannya sudah cepat. Bayangkan dengan jaringan 4.5G? Stabil dan cepat bukanlah omong kosong semata. Namun nyata adanya.
Bagaimana tidak, detik.com mengabarkan bahwa Tri Indonesia telah membangun lebih dari 9.000 Base Transceiver Station (BTS) yang tersebar di wilayah Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan juga Sulawesi untuk memancarkan jaringan baru 4.5G. Jaringan 3 Indonesia yang baru ini sudah bisa dinikmati di 313 Kabupaten di Indonesia. Teman-teman bisa cek coverage-nya disini.
Paket Data Tri Indonesia Ramah di Kantong
Atas rekomendasi dari saya, keponakan saya yang harus school from home akhirnya juga memilih Tri Indonesia untuk menghemat biaya internet bulanannya.
Ah, sebungkus permen saja tak boleh dibeli dengan harga segitu, kan?
Tak hanya itu, Tri Indonesia juga menyediakan paket internet 117 GB yang harganya Rp117.000,-. Bukankah ini artinya 1 GB hanya seribu rupiah? Iya kan? Kalau dipikir ulang, uang parkir saja sekarang tak pernah kita dapati di angka itu.
Di website resmi Tri Indonesia, sudah dijelaskan bahwa Kuota Unlimited adalah kuota data yang dapat digunakan untuk mengakses semua aplikasi antara jam 01.00 -- 17.00 (waktu lokal) dengan masa aktif 30 hari. Pada Kuota Unlimited berlaku batas pemakaian wajar 1.5 GB per hari.
Menurut saya, jumlah ini cukup banyak. Nggak percaya? Mari kita main hitung-hitungan. Saat kita beli paket internet Unlimited + 6 GB seharga 60ribu, maka sejatinya kita akan mendapat 1,5 GB x 30 hari + 6 GB. Alias 45 GB + 6 GB = 51 GB. Total 51 GB seharga 60ribu bagi saya worth it sekali. Tidak sampai 1.200 rupiah setiap 1 gigabyte. Murah bukan?
Sejatinya, ada banyak pilihan paket data yang dapat menjadi pilihan penggunanya. Dan pengguna sangat diuntungkan dengan pilihan murah ini. Pilihan harganya bisa teman-teman akses disini.
In my honest opinion, murahnya harga paket internet Tri Indonesia ini juga suatu kualitas yang tak bisa kita tampik.
Ohya, jika masih ragu, untuk bisa lebih mengenal Tri Indonesia, teman-teman bisa klik link website www.tri.co.id. Atau jika sudah punya nomor Tri Indonesia, bisa langsung akses BIMA+ juga untuk membaca infonya.
Bagi saya pribadi, kalaupun berkantor dari rumah segera usai, saya akan tetap jatuh cinta pada Tri Indonesia karena kualitasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H