"Kupu-kupu dan ngengat (rama-rama) merupakan serangga yang tergolong ke dalam ordo Lepidoptera, atau 'serangga bersayap sisik". Kalimat itu disuarakan dengan nada luwes ala manusia, tidak kaku seperti robot. Padahal, itu bukan suara manusia. Membuat siapapun yang mendengarnya seperti mendengar dari mulut manusia. Â
Bakda salat Ashar, hampir tak ada yang perlu saya lakukan lagi. Masak untuk berbuka tuntas. Mandi lunas. Salat ashar pun sudah. Satu-satunya hal yang saya lakukan biasanya adalah membuka laptop atau bermain handphone. Saat-saat seperti ini, keponakan saya yang genap berumur 3 tahun Februari lalu, akan mendekati saya dan berkata, "tante, pinjem hp punya tante."
Belum sempat saya iyakan, tangannya sudah cekatan memencet tombol-tombol di layar ponsel saya. Lalu saya akan menggodanya, "yang nggak puasa nggak boleh pinjam." Sontak ia protes, "aku puasa tante!":D Anak laki-laki ini memang belum berpuasa. Tapi ia selalu mengaku berpuasa. Dasar! Saya tanggapi dengan tertawa kecil saja.
Sosial Distancing, Ngabuburit tetap asik!
Saat era social distancing seperti ini, kami memang hampir tidak pernah keluar rumah. Walau di desa kami tidak ada kebijakan PSBB, tapi kami sadar diri untuk tetap di rumah saja. Walau demikian, kami tetap membuat "masa-masa rawan 3L" --lemas, letih, lapar- dengan bahagia dan asik.
Apa yang kami lakukan? Saat kali pertama keponakan saya, Rasyid, memegang HP saya, ia akan bertanya, apa di HP saya ada aplikasi game? Tentu saja dia tak benar-benar paham apa itu game sungguhan. Permainannya sebatas cacing yang memakan tubuh lawannya yang sudah mati, worms zone. :D Dan pastinya, tidak ada game terinstal di HP saya.
Hari saat dia bertanya itu, saya memintanya duduk manis. Lalu saya minta ia mengatakan "Okay Google" dengan lantang. Awalnya ia masih bingung dengan apa yang saya ajarkan, namun dua tiga kali mencoba ia sudah fasih menggunakan gadget saya. Tak butuh waktu harian, iapun berkawan akrab dengan mbak Google Assistant.
Ngabuburit Bersama Google Assistant Membuat Wawasan Anak Terbuka
Kini, jika perintah Okay Google tak digubris, Rasyid sudah mahir dengan memencet tanda microphone di layar ponsel bawah. Ia telah hafal diluar kepala. Dan hampir setiap sore, ia akan duduk manis bersama HP warna gold kesukaan saya.
Seringkali, bocah yang baru sekolah PAUD itupun dengan lantang menyuarakan namanya: RASYID. Maka si asisten kenamaan Google itu akan memberikan informasi tentang Muhammad Rasyid bin Ali Ridha, seorang intelektual muslim yang mengembangkan gagasan modernisme Islam, lengkap dengan gambarnya.
Bila mendengarnya, ia akan gembira sekali. Mungkin ia bangga bagian dari nama panjangnya disebut oleh benda mati di tangannya.
Ya, Google Assistant per Januari lalu mengeluarkan fitur "Read It". Dari kompas.com, Read It adalah fitur baru yang memungkinkan pengguna mendengarkan halaman situs web menggunakan text-to-speech. Alih-alih perlu memembacanya, si Google Asistant akan membacakannya untuk pengguna. Tapi, fitur ini hanya dapat dinikmati di perangkat Android minimal OS Android 5. Text-to-speech dibuat canggih dan terdengar lebih natural, alih-alih terdengar kaku seperti suara robot.
Dan berkat fitur ini, saya bisa ngabuburit asik bersama keponakan juga dengan Google Assistant. Kegiatan ini selain fun juga menambah wawasan sang anak. Bahkan tak jarang, saya juga ikut mengangguk-angguk, baru mengerti, ketika sebuah informasi diperdengarkan.
Ubah Rumah Jadi Kebun Binatang
Selain fitur Read It. Karena pandemi Corona yang menghantam seluruh negara di dunia, Google juga mengeluarkan versi 3D beberapa binatang. Dengan fitur ini, kita bisa menghadirkan hewan secara virtual di dalam rumah. Entah sejak kapan fitur ini dikeluarkan, saya baru mengetahuinya per tanggal 2 April lalu melalui akun instagram resmi Google.
Sayangnya, saya sendiri juga belum bisa mempraktekkannya karena kapasistas handphone belum memadai. Benar, seperti fitur Read It, fitur Google3DAnimals ini juga hanya bisa dinikmati dengan handphone berteknologi augmented-reality (AR). Sayang sekali, coba bisa saya lakukan saat ramadan kali ini, Rasyid akan senang sekali.
"Mbak Eta, awas nanti keponakannya kecanduan gadget!" Well, saya sering mendengar nasehat ini. Betul, bila tanpa kontrol yang jelas, anak bisa saja kecanduan gadget. Bahkan bisa "tergelincir" melihat tayangan yang tidak pas untuk anak-anak. Namun disinilah peran orang tua atau orang dewasa untuk ikut menemaninya belajar dari gadget.
Saya percaya setiap hal punya sisi positif dan negatif, maka kita bisa memaksimalkan sisi positif gadget untuk menambah informasi yang berguna bagi sang anak. Kita juga bisa melakukannya sambil menunggu adzan maghrib, tanda waktu berbuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H