Sayapun awalnya tak menyangka. Tapi ketika tas itu sampai di tangan, saya di antara rasa kagum juga suka. Boleh dibilang, itu kali pertama saya terpesona dengan "gulma".
 --
Enceng gondok mungkin tidak populer bagi orang kota. Kecuali mereka yang tinggal di sekitaran sungai. Atau mereka yang sesekali melihat ke arah sungai.
Tanaman air dengan nama latin Eichhornia Crassipes ini cukup mudah di temukan di Indonesia. Entah itu di danau, di rawa-rawa, sungai juga kolam-kolam dangkal.
Tumbuhan yang awalnya ditemukan di Sungai Amazon Brazil ini bisa tumbuh dengan cepat. Terlebih bila habitatnya kaya akan potassium, fosfat, dan nitrogen. Mengutip ilmusiana.com, 10 tanaman enceng gondok dapat berkembang menjadi 700.000 tumbuhan dalam 7 bulan saja.
Jadi make sense kalau muka air dapat dipenuhi enceng gondok dengan cepat, selama ada satu bibit saja yang mengapung. Sampai-sampai banyak yang menganggap tumbuhan ini sebagai tanaman pengganggu alias gulma. Mungkin memang ada benarnya.
Tetapi, bila kita pelajari, tumbuhan yang ditemukan oleh Botania asal Jerman, Carl Friedrich Philipp Von Martius ini pun memiliki banyak manfaat. Atau lebih tepatnya, dapat diolah menjadi barang-barang yang bermanfaat.
Adalah witrove, bukti bahwa enceng gondok dapat bernilai ekonomis. Tas berbahan enceng gondok yang rapi, kuat juga cantik ini mampu menebarkan pesona pada siapa saja yang melihatnya.
HANDMADE: WITROVE SUDAH DIKENAL BELANDA JUGA AMERIKA SELATAN
Wiwit Manfaati yang di kenal dengan panggilan Bu Wiwit adalah satu dari banyak pengusaha enceng gondok. Pengusaha kecil menengah (UKM) yang sukses memberikan added value pada tumbuhan berakar serabut tak bercabang itu.