Well, the second one. The Lying Detective. Di film kedua ini, overall lebih muram, sedikit humor, cenderung tidak ada humor malah. John Watson lagi-lagi harus berurusan dengan therapist. Pemicunya tentu saja kematian Mary, sang istri. Banyak scene yang menjadi pengantar ke film ketiga dibanding dengan solving case. Kasus yang dikemas juga cukup simple. Fight with super terrify person in London to get John Watson attention. Dan sukses! On the other day, he got his attention. Pertanyaannya, mengapa? Setelah melihat film ini kita akan tahu ternyata pertarungan ini adalah wasiat Mary untuk mengembalikan “mental” John Watson yang sudah pasti kehilangannya. Dan lagi-lagi sukses. John kembali dekat dengan Sherlock Holmes.
Satu diksi yang saya suka di film kedua ini adalah it is what it is. Imaginasi John Watson akan istrinya, kemarahannya pada Sherlock Holmes yang telah membuat janji untuk melindungi Mary, bukan hanya dipicu dari kematian yang merenggut Mary, tetapi juga perselingkuhan kecil yang sempat ia lakukan. And, he felt like totally blamed it all to Sherlock. Dan yang cukup mengejutkan adalah scene benang merah menuju film berikutnya. Holmes junior bukan hanya Sherlock dan Mycroft. But also Eurus. Yap, mereka bukan couple brother, tetapi tiga bersodara dengan adik bungsu seorang perempuan. And, yeah, Eurus sudah tampil di film pertama season 4. And will be the queen for the third film.
Rate? 8.0 for The Lying Detective.
Terakhir, The Final Problem. Ini plot ending yang sangat tidak terduga. Mm atau entah saya saja yang merasa seperti itu. Pertama tentu saja dengan kedatangan tokoh baru yang ternyata tidak baru. Eurus. Saya tidak akan spoiler banyak di film terakhir ini. Karena film ini benar-benar menjadi ending yang ohmyGod, seriously?! ,Tak berlebihan, hanya… yeah ekspresi seperti itu akan kita tunjukkan saat menonton film ketiga ini. Ceritanya secara keseluruhan adalah mengenai adik bungsu Holmes yang bukan hanya imut saat masa kecil mereka, namun juga jenius, freak, unsociable, tak berperasaan tetapi juga sangat perasa, and so on and so on.
Saat lagu I want to break free by Queen diputar di film ini, bukan hanya musiknya yang membuat kita melayang jauh kebelakang. Tetapi juga tokoh yang turun dari heli itu membuat mata kita terbelalak. Like, ohmyGod, ohmyGod, ini serius? Dan semua kekacauan yang behubungan dengan Jim Morriaty pada London juga pada Sherlock ternyata berawal dari kepala yang sama. Five minutes conversation. Well, I give nine poin six to this film.
Oke, itu review Sherlock Holmes Season 4. Semoga makin penasaran bagi yang belum nonton.
Batam, 26 April 2017.
Ditulis dipergantian hari karena tak bisa tidur, sesambil mendengar pilihanku – Maliq and the essential.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H