Mohon tunggu...
Eta Rahayu
Eta Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Urban Planner | Pemerhati Kota | Content Writer | www.etarahayu.com

Hidup tidak membiarkan satu orangpun lolos untuk cuma jadi penonton. #dee #petir etha_tata@yahoo.com | IG: @etaaray

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sherlock Holmes Season 4 [Review]

27 April 2017   14:46 Diperbarui: 28 April 2017   03:00 2532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oke. I ever said, I’ll definitely write about Sherlock Holmes Season 4. Mean: LAST SEASON. mmm it took longer than I expect. But, whatever. I had promised. So I’ll write about it.

Kita mulai dari.. mm ending?

Yang sudah nonton pasti tahu banget seperti apa ending SH season 4 yang jaraknya cukup jauh dari season 3. Bahkan di pertengahan season 3 dan season 4 ada satu film “jeda” yang mengisi awal tahun lalu. Yap, The Abominable Bride. Film ini seperti menjadi “jembatan” antara “chaos”di akhir season 3 dengan “new life” di season 4. Jangan bingung dulu, mari kita flashback ssedikit ke season 3.

Setelah kematian Sherlock Holmes yang dipalsukan dan kembali hidup, di episode terakhir. Ia diceritakan membunuh seseorang yang cukup berpengaruh di London, Charles Augustus. Pemilik media yang tahu segala kelemahan orang lain. Untuk menukar informasi mengenai masa lalu Mery (Istri John Watson), SH “mencuri” laptop kakaknya, Mycroft, untuk diberikan kepada pengusaha tersebut. 

Ada apa dengan laptop itu? Tentu saja isi laptop itu benar-benar SEGALAnya bagi Mycroft dan Inggris. Last minute, Mycroft berhasil mengamankan laptop dan seluruh rahasia didalamnya. Tapi, pengamanan kala itu tak berlangsung mulus. SH harus mengarahkan tembakan pada sang pengusaha. Belakangan, di awal season 4, kita akan tahu bahwa bukan SH yang membunuh pengusaha itu. Tetapi, agent professional Inggris. Karena masih disangka membunuh pengusaha itu, SH akan diasingkan. Namun setelah ia take off, Inggris dibanjiri video Professor Jim Morriaty. 

Video singkat, “miss me” yang ditayangkan di berbagai media termasuk papan iklan di jalanan. Dengan alasan itulah, SH yang baru terbang kisaran 4 menit harus putar balik, landing kembali ke pangkalan pesawat. Dan memulai lagi pertarungan kisah detective untuk menghadapi tantangan bangsa Inggris, Professor Jim Morriaty.

Di season 4 ini, ada 3 film yang ditayangkan di setiap minggu Bulan Januari lalu. The Six Thatchers, The Lying Detective, dan The Final Problem. Masing-masing memiliki plot yang tidak akan kita tebak jika hanya berbekal season-season sebelumnya. Benang merah season 3 dan season 4 sebenarnya sudah tersirat dari kata-kata Mycroft saat akan mengasingkan Holmes. Mycroft said, “I’m not given to outbursts of brotherly compassion. You know to the other one.”To the other one. #noted Dan dari sana semua bermula.

The Six Thatchers. Diawali dengan “review” last scene season 3. Seperti yang sebelumnya saya tulis, disini kita akan tahu bahwa bukan SH yang membunuh si Charles, seorang pengusaha media itu. Dan petinggi pemerintahan Inggris, temasuk kakaknya, Mycroft, memberikan “tugas” pada Holmes untuk mencari tahu mengenai video populer “miss me” si Morriaty. Karena tak memiliki clue, Holmes hanya menunggu dengan tetap menjadi private detective. Disela-sela menunggu itulah, patung Margaret Thatcher, Prime Minister pertama Inggris, yang dibuat di Tbilisi, Georgia, terpecah belah dan terjadi dibeberapa tempat, 6 tempat tepatnya. 

Awalnya Holmes mengira ini ada kaitannya dengan video “miss me”, walau ia sangat sangat meyakini bahwa Morriaty telah mati. Dan video itu hanyalah rekaman sebelum sang professor mati. Selidik demi selidik dilakukan, sampai akhirnya SH berhadapan dengan si pemecah The Six Thatchers. Setelah sempat bertarung, SH mendapati fakta bahwa yang diburunya tak ada kaitannya sama sekali dengan Jim Morriaty ataupun “video miss me”. Justru, ini membawanya pada fakta bahwa masa lalu Mary sebagai seorang agent belum selesai. AGRA. Ammo. Satu akronim dan satu name code yang menjadi akhir cerita dari film ini akhirnya mengakhiri hidup Mary. Dan pada akhirnya hubungan antara  dr. Watson dengan Sherlock Holmes renggang karenanya.

Di film pertama ini, banyak adegan yang terasa segar dan cheerful. Scene yang mengundang tawa cukup banyak menghibur di sela-sela keseriusan plot secara keseluruhan. Bukan hanya cerita detective, disini ada cinta, sedikit perselingkuhan, penyesalan, lahir, mati, and the important part, life of an agent, yang ternyata menjadi ide besar dari film pertama di season 4 ini. Dalam ceritanya, kita secara tidak sadar juga dikenalkan pada “tokoh” penting yang akan dibawa hingga film ketiga. Oh satu lagi, syal warna biru navy yang dipakai SH saat datang ke rumah Charlie beneran keren. Swetter Molly di last minute juga kece. Dan kalau saat melihat film ini kita mendengar kata Sumatra, itu benar-benar kata Sumatra.

Rate? 8.5 for The Six Thatchers.

Well, the second one. The Lying Detective. Di film kedua ini, overall lebih muram, sedikit humor, cenderung tidak ada humor malah. John Watson lagi-lagi harus berurusan dengan therapist. Pemicunya tentu saja kematian Mary, sang istri. Banyak scene yang menjadi pengantar ke film ketiga dibanding dengan solving case. Kasus yang dikemas juga cukup simple. Fight with super terrify person in London to get John Watson attention. Dan sukses! On the other day, he got his attention. Pertanyaannya, mengapa? Setelah melihat film ini kita akan tahu ternyata pertarungan ini adalah wasiat Mary untuk mengembalikan “mental” John Watson yang sudah pasti kehilangannya. Dan lagi-lagi sukses. John kembali dekat dengan Sherlock Holmes.

Satu diksi yang saya suka di film kedua ini adalah it is what it is. Imaginasi John Watson akan istrinya, kemarahannya pada Sherlock Holmes yang telah membuat janji untuk melindungi Mary, bukan hanya dipicu dari kematian yang merenggut Mary, tetapi juga perselingkuhan kecil yang sempat ia lakukan. And, he felt like totally blamed it all to Sherlock. Dan yang cukup mengejutkan adalah scene benang merah menuju film berikutnya. Holmes junior bukan hanya Sherlock dan Mycroft. But also Eurus. Yap, mereka bukan couple brother, tetapi tiga bersodara dengan adik bungsu seorang perempuan. And, yeah, Eurus sudah tampil di film pertama season 4. And will be the queen for the third film.

Rate? 8.0 for The Lying Detective.

Terakhir, The Final Problem. Ini plot ending yang sangat tidak terduga. Mm atau entah saya saja yang merasa seperti itu. Pertama tentu saja dengan kedatangan tokoh baru yang ternyata tidak baru. Eurus. Saya tidak akan spoiler banyak di film terakhir ini. Karena film ini benar-benar menjadi ending yang ohmyGod, seriously?! ,Tak berlebihan, hanya… yeah ekspresi seperti itu akan kita tunjukkan saat menonton film ketiga ini. Ceritanya secara keseluruhan adalah mengenai adik bungsu Holmes yang bukan hanya imut saat masa kecil mereka, namun juga jenius, freak, unsociable, tak berperasaan tetapi juga sangat perasa, and so on and so on.

Saat lagu I want to break free by Queen diputar di film ini, bukan hanya musiknya yang membuat kita melayang jauh kebelakang. Tetapi juga tokoh yang turun dari heli itu membuat mata kita terbelalak. Like, ohmyGod, ohmyGod, ini serius? Dan semua kekacauan yang behubungan dengan Jim Morriaty pada London juga pada Sherlock ternyata berawal dari kepala yang sama. Five minutes conversation. Well, I give nine poin six to this film.

Oke, itu review Sherlock Holmes Season 4. Semoga makin penasaran bagi yang belum nonton.

Batam, 26 April 2017.

Ditulis dipergantian hari karena tak bisa tidur, sesambil mendengar pilihanku – Maliq and the essential.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun