Sayang sekali memang saya harus meninggalkan lantai 6 Kompas Gramedia sebelum acara selesai. Ah seharusnya saya bisa memprediksi kalau mulainya akan terlambat, secara yang diundang orang yang super sibuk dan pasti akan mementingkan keperluan masyarakatnya. Boleh jadi sebelum sampai di Jalan Jemursari beliau ngatur traffic dulu, hehe #justkidding. Tapi apa daya saya sudah berjanji pulang jam 4 sama kakak saya. Kecewa sih pasti, karena ada satu pertanyaan yang saya simpan dari akhir semester lalu ke bu Risma. Satu-satunya narasumber di #KompasianaModis kemarin.
Sebenernya sangat mungkin saya nitip pertanyaan ini lewat dosen saya yang sering berurusan dengan bu wali. Tapi rasanya gak sreg kalau tidak mendengar jawabannya secara langsung. Karena kesempatan kemarin sudah lewat, jadi saya beberkan disini sajalah. Saya yakin staf di dinas komunikasi di sebelah Dinas BinaMarga itu selalu update kok yaa :) #HaloadminSapaWargaKotaSurabaya :)
Bu wali kapan RTRW Surabayanya disahkan? Memang sih tanpa RTRW saya mengakui Kota Surabaya sudah apik pake banget. Tanpa saya akuipun dunia juga sudah mengakui. Tapi sebagai dasar hukum dalam perencanaan kota, jika tanpa RTRW rasanya pengembangannya akan terasa gambling kan? Sudah mau masuk tahun kelima nih bu, harusnya sudah mulai masuk tahun revisi pencapaian yang pertama. Semoga segera disahkan ya bu!
Kedua, masih tentang RTRW. Rasanya sudah jadi rahasia umum mengapa RTRW tidak juga segera disahkan. Teman-teman kompasianer, kawan-kawan E100 comunity, dan warga Surabaya pasti sudah mengerti dilema pengesahan terus terulur hingga sekarang. Ya benar, wacana tol tengah kota. Saya rasa sudah terlalu banyak masukan dan kritikan yang dilontarkan terkait ini. Lalu apakah hingga sekarang belum juga terlihat titik temunya? Sekali lagi, sudah mau masuk tahun ke lima lhoo bu!
Ketiga, Ini pertanyaan saya sebenarnya, yang juga berkaitan dengan Rencana Tata Ruang Kota Surabaya. Untuk yang berkunjung ke kota Surabaya pasti tau dong Surabaya gimana? Bukan bukan, yang saya maksud bukan banyaknya taman dan indahnya Kota Surabaya. Tapi pusat perdagangan di Kota Surabaya yang semakin menjamur. Dari selatan, Barat, Utara hingga Timur, tak ketinggalan Surabaya pusat, semua punya mall.
[caption id="attachment_300189" align="aligncenter" width="550" caption="image http://www.surabaya-tourism.com"][/caption]
Beurutan dari Selatan yaa, saya sebut yang berkategori besar menurut saya, Ada City of Tomorrow atau Cito yang menyambut di ujung selatan, lalu bergerak ke tengah ada Royal Plaza, ada DTC alias Darmo Trade Centre, ada Sutos, Ada Ciputra World, PTC yang terbesar di Surabaya barat, konon juga disebut sebut sebagai pemecah CBD (Centre Business District) nya Kota Surabaya. Yang tergolong pengembangan cukup baru tepat diseberang PTC ada Lenmarc, Golden City Mall (atau disebutnya apa yaa saya lupa, Gucci apa ya, itu lhoo didekat taman makam pahlawan di Mayjend Sungkono). Bergerak ke tengah Surabaya punya Tunjungan Plaza kebetulan dekat dengan tempat tinggal saya (eh gak penting yaa :D) Tunjungan Plaza ini ada Tunjungan Plaza 1 hingga 4 dulu saya sempat bingung cari exitnya yang langsung bisa tembus ke Sogo. Lantas masih diselingkupan Surabaya pusat, ada BJ Junction di depan pasar Blauran persis. Lalu melintas jalan Praban kita akan ketemu Tunjungan Elektronik Centre, Delta dan WTC di sekitaran balai kota eh ada Grand City Mall sih dibelakang Delta, ada kenangan juga disitu #lah. Lalu punya Hi Tech Mall, PGS, JMP, Galaxy Mall, East Cost Centre dan masih buanyak lagi yang belum kesebut. Untuk wilayah Surabaya yang seluas 326,81 km2 atau setengahnya Provinsi DKI Jakarta bisa dibilang Mall ini kebanyakan.
Memang Surabaya tidak ada matinya soal investasi, dan saya rasa sangat terbuka sekali dengan pengembangan ekonominya. Karena sudah tertuang di RPJMD alias Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2010-2015 bahwa visi Kota Surabaya adalah Menuju Surabaya Lebih Baik Sebagai Kota Jasa dan Perdagangan yang Cerdas, Manusiawi, Bermartabat, dan Berwawasan Lingkungan. Selengkapnya lihat disini http://www.surabaya.go.id/dinamis/?id=3721. Dan memang sebagai pelajar di bidang ini, saya insyaallah paham bahwa tingkat pelayanan mall mall tersebut berbeda beda, ada yang skala kota, ada yang skala lebih besar. Seperti Grand City yang tingkat pelayanannya dikategorikan pada pelayanan skala Provinsi bahkan mungkin lebih dari itu, skala Indonesia Bagian Timur.
Nah pertanyaannya, sampai batas apa Kota Surabaya akan terus membangun mall?
Akhir semester lalu kebetulan saya sedikit mempelajari tentang pembangunan mall baru, sebut saja 'mall tanpa nama' di sebelah UIN (dulu, IAIN Sunan Ampel), Pengembangan Tunjungan Plaza 5 dan 6 (semoga penyebutannya benar, itu lhoo yang dibelokan di samping hotel Tunjungan dan Sogo), lalu di jalan Merr (Ah untuk yang ini rasanya biasa saja, karena jalan baru aktivitas perdagangan jasa pasti mengikuti), Ada pengembangan Intiland tower alias Praxis di sekitaran toko bunga di Kayoon. Plus gosipnya akan segera dikembangkan 'rahasia' Mall Tahap 2 di sekitaran RCTI lawas. Ketiga yang terakhir memang secara prinsip lebih ditekankan pada pembangunan apartemen, tapi tetap saja dalam konsepnya mengusung konsep retail yang dikemas dengan sentuhan Pusat Perbelanjaan.
Saya sangat terkesan dengan perkataan Bu Risma saat presentasi kemarin. Kira-kira saya mengartikannya begini, "membangun itu mudah, bahkan saya bisa membawa Surabaya jauh lebih bagus dari ini. Tapi warga kota Surabaya itu kan tidak semuanya berada dilevel atas, tetapi juga berada pada level menengah kebawah. Kalau saya hanya memperhatikan yang level atas, mereka yang menengah kebawah akan tertinggal dan jauh tertinggal." Kira-kira begitu, hehe saya gak ngerekam sih soalnya. Pikun juga :D