Mohon tunggu...
Tata Tambi
Tata Tambi Mohon Tunggu... Guru - mengajar, menulis, mengharap rida Ilahi

Belajar menulis. Semoga bermanfaat dunia dan akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sebelum Paceklik Tiba (Petani 2 Negeri #33 dari 60)

24 Januari 2025   05:15 Diperbarui: 22 Januari 2025   10:14 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.tagar.id/Asset/uploads2019/1606499550510-menanam-pohon.jpg

Suatu masa di sebuah negeri, "Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat mena'birkan mimpi' " (QS Yusuf: 43).

Para penasihat cerdik pandai yang mengelilingi raja hanya bisa menjawab, "(Itu) adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu menta'birkan mimpi itu" (QS Yusuf: 44). Lalu, diutarakanlah kepada seorang narapidana rupawan yang lantas berkata, "Supaya kamu bertanam tujuh tahun (lamanya) sebagaimana biasa; maka apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan di bulirnya kecuali sedikit untuk kamu makan" (QS Yusuf: 47). Ia melanjutkan, "Kemudian sesudah itu akan datang tujuh tahun yang amat sulit, yang menghabiskan apa yang kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari (bibit gandum) yang kamu simpan" (QS Yusuf: 48).

Pemuda tampan yang masuk penjara akibat konspirasi ini diangkat menjadi menteri pertanian karena terobosan dan usahanya menyelamatkan Mesir dari bencana kelaparan sukses besar. Ketika dimi'rajkan, Nabi Muhammad pernah bersua dengan mantan narapidana ini di langit ketiga. Kesan beliau, pria ini diberi ketampanan separuh penduduk bumi (HR Muslim, 162). Dialah Al-Karim putra Al-Karim putra Al-Karim putra Al-Karim. Dialah Nabi Yusuf bin Nabi Ya'qub bin Nabi Ishaq bin Nabi Ibrahim.

Jangan dikira bahwa Mesir, salah satu negeri di benua Afrika ini, semua tanahnya tandus. Selama ribuan tahun beberapa daerah yang dilewati sungai Nil mereguk keberkahan sungai terpanjang di dunia ini. Sepanjang bantarannya adalah gugusan hijau dengan beberapa satwa yang menghuninya. Tak terkecuali negeri dengan salah satu peradaban terkuno ini. Namun demikian, kesuburan dan kemegahan agraria negeri tersebut tidak luput dari paceklik nasional. Dan, tidak mustahil tujuh tahun berturut-turut itu akan membinasakan semua atau sebagian besar penduduknya bila saja Allah tidak mewahyukan sebuah ilham melalui takwil mimpi yang disampaikan kepada Nabi Yusuf.

Jangan heran bila ada dialog pertanian di negeri Piramida ini. Kalau Anda berkesempatan jalan-jalan ke benua hitam ini, pada beberapa daerahnya bahkan penduduknya bermata pencaharian di bidang agraria.

Di negeri kita nan ijo royo-royo, gemah ripah loh jinawi, toto tentrem kerto raharjo ini, tersebutlah adat sebuah daerah, manakala selesai masa tanam, para petaninya hanya tidur-tiduran, bersantai-santai, bahkan berhura-hura di kedai-kedai. Kesuburan tanah telah membuat mereka ternyenyak. Dibuai oleh lirik "Tongkat kayu dan batu jadi tanaman," mereka pun berpangku tangan. Bertanam secara asal. Hingga suatu ketika mereka harus terenyak selepas tidur panjang mereka yang nyenyak.

Negeri kita memang subur, tapi juga dikelilingi beberapa gunung merapi yang aktif. Negeri kita juga luas menghijau, tapi juga berada di atas lempeng bumi yang bila bergeser akan menyebabkan gempa tsunami dan tektonik. Siapa di antara kita yang bisa meramal masa depan? Lebih baik bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk. Kalau pun terjadi, persiapan dini telah diupayakan sehingga dampaknya tidak terlalu parah. Kalau pun tidak terjadi, syukurlah. Ia tidak sia-sia, karena yang telah kita upayakan akan menjadi tabungan, atau cadangan generasi berikutnya. Lagi pula, kucuran keringat kita dipahalai dan benih-benih yang kita sebar juga diganjari.

Bila dimaknai sebagai qanaah, benarlah adanya. Namun, bila kebutuhan di masa depan yang akan dihadapi lebih besar, berdiam diri berpangku tangan adalah ketidakbijaksanaan. Bila pun potensi kita masih besar, membiarkannya mendekam juga wujud penyia-nyiaan nikmat. Memiliki cadangan dan tabungan membuat hati lebih tenang. Di samping itu, tangan kita lebih sering terulur dan banyak jiwa yang karena itu mengucap syukur. Teruslah bekerja. Orang tua yang masih bisa menyantuni anak cucunya lebih hebat daripada orang tua yang berhenti bekerja lantas ditanggung keturunannya.

Menganggur atau berpangku tangan adalah hal yang dibenci oleh Islam. Ibnu Al-Jauzi menukil perkataan Abdullah yang mengatakan, "Aku sungguh benci kepada seseorang yang tidak melakukan pekerjaan dunia, tidak pula melakukan pekerjaan akhirat" (Hifzh Al-Umr, 1/35).

Maka, selagi  tanah-tanah sekitar kita masih menumbuhkan benih dan buah, semailah. Ingatlah suatu masa kita tidak lagi berkesempatan menebar benih karena sudah terlambat. Tanah sudah tidak menumbuhkan, atau kita sendiri sudah tidak berkesempatan. Andai kemungkinan ini kita pahami dengan baik, tentu akan lebih sering menyingsingkan lengan baju dan celana daripada mengencangkan selimut.

Kalau manusia tahu apa yang akan terjadi esok hari dan kehidupan kelak di mahsyar yang menghampar, pastilah dia tidak akan puas dengan apa yang telah ia usahakan. Tentulah ia akan banyak bersegera dan mencari tanaman lain yang mungkin bisa ia semai sedini mungkin, sebanyak yang ia bisa. Nabi bersabda, "Andai seorang mukmin mengetahui hukuman yang ada di sisi Allah, niscaya tak seorang pun mengidamkan surga-Nya. Dan, andai seorang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya tak seorang pun berputus asa dari surga-Nya" (HR Al-Bukhari, 6.469 dan Muslim, 2.755).

Beliau juga bersabda, "Demi Allah, andai kalian mengetahui apa yang kuketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. Kalian tidak akan bersenang-senang dengan wanita di atas ranjang, dan kalian akan keluar ke jalan-jalan memohon kepada Allah, 'Sungguh, aku ingin andai aku adalah sebatang pohon yang terpotong" (HR At-Tirmidzi, 2.312. Dihukumi hasan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, 3.380).

Terutama bagi yang telah melakukan dosa. Allah berfirman, "Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)."

"Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,"

"supaya jangan ada orang yang mengatakan: "Amat besar penyesalanku atas kelalaianku dalam (menunaikan kewajiban) terhadap Allah, sedang aku sesungguhnya termasuk orang-orang yang memperolok-olokkan (agama Allah)" (QS Az-Zumar: 54-56). 

Tak cukup dengan hanya melakukan, tapi seolah Allah berseru, "Bersegeralah, kejarlah!"

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa" (QS Ali Imran: 133).

"Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar" (QS Al-Hadid: 21).

"Laknya adalah kesturi; dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba" (QS Al-Muthaffifin: 26).

Ya, itulah, "Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan" (QS Al-Baqarah: 148).

Para sahabat Nabi adalah insan-insan pilihan yang tak lantas puas dengan amaliah wajib yang telah mereka tunaikan. Mereka yang fakir harta bahkan meminta amalan tambahan yang melejitkan mereka mengungguli kawan-kawan mereka yang mengorbit melalui kelebihan harta mereka. Dalam sebuah hadis, tersebutlah kaum papa dari kalangan Muhajirin yang mendatangi Rasulullah.

"Orang-orang kaya membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan abadi," adu mereka.

"Maksud kalian?" tanya beliau.

"Mereka salat sebagaimana kami salat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Mereka bisa bersedekah, tapi kami tidak sanggup bersedekah. Mereka bisa membebaskan budak, sedangkan kami tidak mampu membebaskan budak."

"Maukah kalian kuajari sesuatu yang dengannya kalian bisa menyusul orang yang telah mendahului kalian dan kalian pun bisa mengungguli orang yang akan datang setelah kalian? Tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada kalian, kecuali orang yang melakukan seperti yang kalian lakukan?"

"Tentu, wahai Rasulullah,"sahut mereka.

"Bertasbih, bertahmid, dan bertakbirlah di akhir setiap salat (masing-masing) 33 kali."

Ternyata hal itu pun didengar oleh kalangan hartawan saleh yang menyebabkan rasa iri dari kaum fakir tadi. Mereka juga melakukan amalan lisan tadi dan tidak mau berpangku dengan amalan harta mereka. Melihat hal ini, kaum fakir kembali mengadukan hal ini kepada Nabi, "Saudara-saudara kami dari kalangan hartawan mendengar apa yang kami lakukan lalu mereka melakukan seperti yang kami lakukan" ( HR Muslim, 595).

Telah ada teladan baik dari mereka. Dan, mereka adalah sebaik-baik generasi setelah para nabi. Mereka bersegera, berkejaran. Lalu, kenapa kita selalu ketinggalan? Singkap selimut, singsingkan lengan baju dan celana. Bangun, sebentar lagi subuh! Bangkitlah, fajar hampir merekah! (Serial Petani 2 Negeri, Karya Hayik El Bahja, #33 dari 60)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun