"Orang-orang kaya membawa derajat yang tinggi dan kenikmatan abadi," adu mereka.
"Maksud kalian?" tanya beliau.
"Mereka salat sebagaimana kami salat, mereka berpuasa sebagaimana kami berpuasa. Mereka bisa bersedekah, tapi kami tidak sanggup bersedekah. Mereka bisa membebaskan budak, sedangkan kami tidak mampu membebaskan budak."
"Maukah kalian kuajari sesuatu yang dengannya kalian bisa menyusul orang yang telah mendahului kalian dan kalian pun bisa mengungguli orang yang akan datang setelah kalian? Tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada kalian, kecuali orang yang melakukan seperti yang kalian lakukan?"
"Tentu, wahai Rasulullah,"sahut mereka.
"Bertasbih, bertahmid, dan bertakbirlah di akhir setiap salat (masing-masing) 33 kali."
Ternyata hal itu pun didengar oleh kalangan hartawan saleh yang menyebabkan rasa iri dari kaum fakir tadi. Mereka juga melakukan amalan lisan tadi dan tidak mau berpangku dengan amalan harta mereka. Melihat hal ini, kaum fakir kembali mengadukan hal ini kepada Nabi, "Saudara-saudara kami dari kalangan hartawan mendengar apa yang kami lakukan lalu mereka melakukan seperti yang kami lakukan" ( HR Muslim, 595).
Telah ada teladan baik dari mereka. Dan, mereka adalah sebaik-baik generasi setelah para nabi. Mereka bersegera, berkejaran. Lalu, kenapa kita selalu ketinggalan? Singkap selimut, singsingkan lengan baju dan celana. Bangun, sebentar lagi subuh! Bangkitlah, fajar hampir merekah! (Serial Petani 2 Negeri, Karya Hayik El Bahja, #33 dari 60)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H