Tim Kelompok Kesehatan Reproduksi Pendidikan Khusus UPI -- Kelompok Kesehatan Reproduksi 4B Pendidikan Khusus  Universitas Pendidikan Indonesia yang terdiri dari mahasiswa Pendidikan Khusus (angkatan 2020) yaitu , Amirul Muttaqin, Julvoni Yulita Sani, Shafa Shalihah , Tasyha Ramadhanty Arifah dan Tiara Nida Maharani mengadakan Kegiatan pembelajaran mengenai Pentingya Kesehatan reproduksi  yang diselenggarakan di SLB Negeri Cicendo kota Bandung
Kesehatan reproduksi merupakan aspek vital yang harus dipahami sejak dini, terutama di kalangan remaja. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009, kesehatan reproduksi mencakup kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang terkait dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi.Â
Pendidikan kesehatan reproduksi sangat penting karena usia remaja adalah masa transisi dengan berbagai perubahan emosi, psikis, dan fisik. Pengetahuan yang tepat tentang kesehatan reproduksi membantu remaja dalam menjaga kesehatan seksual dan mencegah masalah kesehatan terkait.Â
Ada beberapa alasan mengapa kesehatan reproduksi harus dipelajari. Menjaga kesehatan reproduksi berkontribusi terhadap keberlangsungan hidup manusia dan kualitas generasi mendatang. Pengetahuan mengenai organ reproduksi, cara merawatnya, serta memahami masalah kesehatan terkait dapat mencegah infeksi, kanker, dan masalah reproduksi lainnya. Selain itu, pendidikan kesehatan reproduksi dapat meminimalkan risiko kehamilan di usia muda dan penyakit menular seksual.
Tantangan Pendidikan Kesehatan Reproduksi bagi Remaja Tunarungu
Remaja tunarungu menghadapi tantangan dalam memahami informasi kesehatan reproduksi. Mereka mengalami keterbatasan dalam mengakses informasi melalui bahasa lisan atau tulisan. Materi tentang kesehatan reproduksi sering kali tidak disajikan dalam bentuk yang dapat diakses oleh mereka, seperti teks dengan terjemahan bahasa isyarat atau video yang dilengkapi dengan subtitle. Anak dengan hambatan pendengaran memerlukan suatu pembelajaran yang dapat; (1) Melibatkan anak secara langsung dan juga interaktif, (2) Menerapkan suatu metode yang bisa menghubungkan struktural bahasa dengan konteks kejadian, (3) Kebutuhan anak dalam mengoptimalkan indra visualnya harus terpenuhi. (4) Keterarahan wajah dan keterarahan suara harus selalu diperhatikan bagi anak tunarungu. Terdapat suatu metode yang mampu menggabungkan hal tersebut di antaranya ialah metode MMR.
Implementasi Metode Maternal Reflektif
Metode Maternal Reflektif (MMR) adalah metode pembelajaran yang menggunakan sifat alamiah seorang ibu mengajarkan bahasa pada anaknya atau sering disebut sebagai bahasa ibu. Metode ini merupakan metode yang mengutamakan komunikasi verbal dalam tahapannya. Hal ini dapat terlihat dari kegiatan menulis, membaca, berbicara, dan mendengarkan selama kegiatan pembelajaran karena keempat aspek ini adalah jenis-jenis komunikasi verbal.Â
Pelaksanaan Metode Maternal Reflektif (MMR) ini membutuhkan kerja sama antara guru, orang tua, dan sekolah karena Metode Maternal Reflektif (MMR) membutuhkan pengulangan baik di sekolah maupun di rumah agar anak mampu menguasai bahasa dan bicara. Anak tunarungu yang identik dengan penggunaan indra visual.Â
Penggunaan metode MMR juga di tunjang dengan media-media pendukung seperti salindia, gambar, dan video. Media tersebut digunakan dalam penelitian ini sehingga lebih dapat mengoptimalkan pemahaman peserta didik tentang nama organ reproduksi dan juga cara merawat organ reproduksi ketika mengalami masa pubertas awal. Melalui metode ini, siswa dapat lebih memahami nama-nama organ reproduksi, fungsinya, dan cara merawatnya.
Hasil Observasi di SLB Negeri Cicendo, Bandung, menunjukkan bahwa siswa tunarungu usia pubertas belum memahami sepenuhnya tentang kesehatan reproduksi. Materi tentang kesehatan reproduksi tidak diajarkan secara khusus dan mendetail. Guru hanya menjelaskan secara singkat tanpa metode atau media pendukung yang memadai. Hal ini menunjukkan perlunya pendekatan yang lebih efektif dalam pendidikan kesehatan reproduksi bagi siswa tunarungu.
Pendidikan kesehatan reproduksi adalah bagian penting dari pembelajaran bagi remaja, termasuk bagi mereka dengan hambatan pendengaran. Implementasi metode Maternal Reflektif dengan dukungan media yang tepat dapat meningkatkan pemahaman siswa tunarungu tentang kesehatan reproduksi. Langkah ini tidak hanya membantu mereka menjaga kesehatan tetapi juga memberikan mereka pengetahuan yang diperlukan untuk membuat keputusan yang bertanggung jawab dalam kehidupan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H