Memasuki penghujung tahun 2022, bulan Desember tentu akan didominasi agenda liburan dari perayaan Natal dan Tahun Baru, apalagi jika mengingat bahwa sebagian dari kita ikut serta dalam menikmati perayaan tersebut. Meskipun terdengar menyenangkan, ada juga alasan-alasan yang justru bisa menyebabkan beberapa dari kita merasakan hal yang sebaliknya, seperti gundah, gelisah, dan bahkan anxiety.
Periode Natal dan Tahun Baru seringkali penuh dengan harapan, ekspektasi, dan resolusi Tahun Baru yang tinggi. Kombinasi ketiganya dapat memengaruhi keadaan mental dan fisik seseorang yang kemudian dikenal dengan istilah holiday blues, yaitu keadaan di mana seseorang merasa lebih emosional di sepanjang liburan.
Menurut survei yang dilansir dalam situs McLean Hospital, sekitar 38% orang menyatakan bahwa kadar stres mereka meningkat selama musim libur akhir tahun karena merasa memiliki tekanan finansial, tekanan akan memberikan seseorang 'hadiah', dan juga pertemuan keluarga. Survei lain yang bersumber dari Wakefield Research juga mengatakan bahwa 82% orang Indonesia mengalami susah tidur karena beban pikiran yang berlebihan ketika liburan.
 Kenali Gejala Holiday Blues
Sebelum mulai mengantisipasi, penderita harus mengidentifikasi dahulu gejala-gejala yang sedang dirasakan. Gejala yang paling umum terjadi adalah munculnya perasaan sedih yang terus-menerus. Tetapi, karena adanya perbedaan intensitas pada tiap penderita, perasaan sedih yang muncul bisa saja terjadi hanya dalam waktu yang singkat. Gejala lainnya yang perlu dikenali dan diwaspadai diantaranya adalah:
- Perubahan pola tidur
- Perubahan berat badan dan nafsu makan
- Merasa lebih lelah dari biasanya
- Merasa tidak berharga
- Kehilangan minat atas kegiatan yang disukai
- Sensitif dan mudah tersinggung
- Sulit berkonsentrasi
- Merasa cemas atau gelisah
Holiday blues sendri bukanlah kondisi kejiwaan yang diakui dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), salah satu sistem yang paling banyak digunakan untuk mendiagnosis gangguan mental. Tetapi, tentu hal seperti ini harus tetap dikonsultasikan pada dokter atau tenaga profesional terkait.
Lantas, bagaimana cara menghadapi holiday blues? Berikut merupakan 5 cara yang bisa dilakukan!Â
Cara Menghadapi Holiday Blues
Meskipun holiday blues biasanya terjadi dalam jangka pendek, mengonsultasikannya pada ahli kesehatan mental akan sangat membantu dalam mengidentifikasi gejala yang dialami. Selain berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental, ada juga beberapa hal yang bisa dilakukan sendiri untuk mengantisipasi holiday blues agar libur akhir tahun bisa lebih dinikmati, antara lain:
- Jangan mengisolasi diri
Masalah yang acapkali dijumpai ketika sedang mengalami holiday blues adalah kesepian. Rasa kesepian juga seringkali mendorong kita untuk mengisolasi diri di rumah, terlebih lagi jika jauh dari keluarga. Sebagai solusinya, carilah cara yang paling kamu nikmati dalam berhubungan sosial. Cobalah untuk tetap terhubung dengan orang-orang yang kamu sayangi, seperti sahabat dan keluarga. Jika terasa sulit, kamu bisa mulai dari menghubungi yang terdekat dahulu sebelum mulai terhubung dengan yang lainnya.
- Atur pola tidur yang baik
Beberapa orang mengalami overthinking sebelum mereka beranjak tidur. Pada holiday blues, kegiatan overthinking seringkali diikuti rasa gelisah tak menentu. Overthinking tidak disadari dapat menguras tenaga dan membuat tidur jadi tidak berkualitas.Â
Belum lagi jika memiliki jadwal liburan yang melelahkan. Maka, mengatur jadwal tidur dan tetap menjaganya agar tetap teratur merupakan salah satu solusinya. Mengalihkan pikiran negatif yang bersemayam di dalam kepalamu dengan hal-hal yang lebih positif dan menyenangkan bisa menjadi distraksi yang bagus. Memiliki tidur yang berkualitas dapat membuat tubuh terasa lebih fit dan juga baik untuk menjaga fungsi otak agar lebih berkonsentrasi.
- Buat resolusi tahun baru yang realistis
Holiday blues biasanya diliputi perasaan cemas akan tahun yang akan datang. Bisa jadi hal itu karena terpikir akan target yang harus segera dicapai atau tuntutan lainnya, seperti tuntutan pekerjaan dan finansial. Maka dari itu, membuat resolusi tahun baru yang realistis itu penting.Â
Resolusi tahun baru baiknya dibuat sesuai kapasitas diri masing-masing. Buatlah resolusi tahun baru dari hal yang sederhana dan lebih mudah dicapai terlebih dahulu; misalnya seperti menjalani pola hidup yang lebih sehat dari tahun sebelumnya, atau menghabiskan waktu lebih banyak bersama orang tersayang. Kuncinya adalah tetap fokus untuk menikmati pengalaman daripada mencapa hasil akhir yang sempurna.
- Rutin berolahraga
Ketika sedang merasakan holiday blues, sulit rasanya untuk sekadar beraktivitas dan berolahraga. Sebuah studi pada tahun 2018 mengungkapkan bahwa olahraga dapat mengurangi gejala depresi dan meningkatkan kualitas tidur. Bahkan, aktivitas santai seperti berjalan-jalan di sekitar lingkungan dapat membantu memaksimalkan suasana liburan. Maka dari itu, jangan biarkan rasa malas dan sedih menguasai dirimu.
- Lakukan me time sebagai relaksasi
Pastikan kamu menyisakan sedikit waktu untuk bersantai di rumah. Gunakan waktu tersebut untuk me time dan menikmati kesendirian, bisa dengan membaca buku, mendengarkan music, menonton film favorit, atau melakukan hal yang kamu sukai. Studi yang dipublikasikan Psychosomatic Medicine menyatakan bahwa jika kita melakukan sesuatu yang kita sukai, hati akan gembira. Maka, dengan melakukan hal yang kita sukai di waktu liburan ini dapat berpotensi menurunkan kadar stres yang sedang dialami.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H