Perkembangan zaman saat ini yang serba digital, hampir dirasakan oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan dunia. Hal ini menyebabkan masyarakat lebih memilih menggunakan jasa layanan online untuk kebutuhan sehari-hari. Karena hampir seluruh masyarakat telah memiliki gadget sebagai salah satu alat komuikasi yang efektif dan praktis. Ditambah semua yang diinginkannya dapat terpenuhi secara cepat dan mudah hanya dengan melalui gadget saja.
Sejak munculnya pandemi Covid-19 pada tahun 2020 di Indonesia, terjadi perubahan berskala besar yang dialami oleh seluruh masyarakat. Seperti halnya sekolah yang dialihkan menjadi online, berbagai toko ditutup kemudian beralih ke online, dan lainnya. Hal ini dilakukan untuk tetap bertahan hidup dan mencegah adanya peningkatan kasus pasien positif Covid-19.
Tak terkecuali dalam hal pelayanan moda transportasi online yang sejak awal pandemi hingga kini semakin marak di tengah masyarakat. Persaingannya pun terjadi semakin besar antar para pekerja moda transportasi online. Seperti halnya masyarakat yang terkena dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) akibat pandemi beralih profesi menjadi pekerja transportasi online. Lalu, bagaimana nasib para pekerja transportasi tradisional dalam menghadapi situasi saat ini?
Salah satunya adalah transportasi tradisional becak. Becak merupakan salah satu alat transportasi tradisional yang keberadaanya masih ada hingga saat ini. Walaupun sudah banyak becak yang beralih menjadi becak motor (bemo), tetapi masih ada beberapa becak yang tradisional. Seperti halnya becak milik Marsudi (57) yang masih membutuhkan tenaga manusia untuk menggerakannya.
Marsudi (57) merupakan seorang pekerja becak tradisional yang merasakan dampak besar pada kemajuan teknologi saat ini. Ia mengatakan bahwa untuk mencari penumpang sudah sulit dan jarang ada penumpang yang mau naik becak lagi. Bahkan terkadang sehari pun tidak ada penumpangnya sama sekali. Kini keberadaan becak tradisional hampir punah dan mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Padahal becak tradisional merupakan alat transportasi umum yang ramah lingkungan.
Meskipun becak tradisional masih menggunakan tenaga manusia sebagai penggeraknya, namun hal tersebut tidak membuat para pekerja mengeluhkannya. Para pekerja becak tetap memilih untuk bertahan dikarenakan adanya keterbatasan usia jika mencari pekerjaan lain.
"Karena saya sudah tua mau usaha juga gak punya modal, paling kalau gak bisa apa-apa ya pulang kampung usaha di sana," ujar Marsudi (57) ketika diwawancarai di Pangkalan Becak Gintung pada Rabu (07/12/2022).
Selain menjadi tukang becak, Marsudi (57) mengatakan bahwa ia bersama pekerja becak lainnya sering diajak untuk membantu bekerja membangun rumah atau biasa disebut dengan pekerja kuli bangunan. Ia juga menambahkan terkadang ia membantu bawa barang ke berbagai tempat. Menurutnya dari pekerjaan tersebutlah yang membuat penghasilannya bertambah dibandingkan hanya menarik becak saja.
Kini keberadaan becak memang sudah terbatas, hanya di wilayah tertentu saja yang masih dapat beroperasi. Marsudi (57) mengatakan bahwa ia dahulu menarik becak di daerah Depok dan sekitarnya. Namun karena sudah tidak diberlakukan lagi becak di Depok, maka ia memilih pindah ke daerah yang masih diizinkan becak beroperasi. Terlebih becak tersebut merupakan milik pribadi sehingga harus dimanfaatkan untuk mencari nafkah sehari-hari.
Sebelum adanya Covid-19, becak masih menjadi salah satu transportasi alternatif pilihan masyarakat. Menurut pengguna jasa becak, Sadiyah (71) mengatakan bahwa ia sebelum adanya Covid-19 sering menggunakan becak sebagai alat transportasi sehari-hari. Alasannya adalah karena ia sudah terbiasa dan merasa mudah untuk menjangkau becak yang ada.