Izaz mahasiswa tingkat 1 di salah satu Universitas Trisakti, tergerak hatinya untuk membantu.
“iya kak, fokusnya ngebantu atau membeli dagangan para pedagang yang sepi pembeli atau ekonomi nya yg sedang menurun karena disebabkan oleh adanya pandemi virus covid-19 ini, yang kemudian hasil pembelian dagangan nya kita bagikan kembali kepada yg lebih membutuhkan” kata Izaz saat itu. (10/4)
Ia bersama keempat temannya berinisiatif melakukan sebuah gerakan dengan membeli dagangan penjual makanan kemudian diberikan kepada tunawisma.
Uluran tangan bukan hanya ditujukan kepada mereka yang mengalami hilangnya pendapatan saat covid - 19, Para pejuang medis sebagai barikade terdepan dalam penangan covid-19 juga menjadi sorotan sejak mula covid- 19 merebak di Idonesia.
Terbatasnya perlengkapan seperti APD hingga masker medis menjadi salah satu penghambat optimalisasi kinerja tenaga medis.
Sama halnya dengan Izaz, Management Transportation Trisaktti English Club (MATTREC) mengadakan kegiatan serupa dengan mengumpulkan dana untuk membantu tenaga medis yang kekurangan APD. Dwiki sebagai koordinator menyadari bahwa APD diibaratkan sebagai senjata perang dalam situasi sekarang.
“Apalagi kita sadar kalo APD itu sendiri ibaratnya sebagai modal utama atau alat perangnya di lapangan bagi tenaga medis.” kata nya.
Berbeda dengan yang lain, Dwiki lebih mempercayakan yayasan sebagai wadah donasinya.
“Kita milih rumah zakat karena sebagai kemudahan ajasih, jadi mereka bertindak sebagai platform nya. Mattrec ini sebagai penghimpun dana dari lingkungannya” sambung pemuda itu.
Keberadaan covid-19 memang sangat merugikan namun seperti potongan lirik Satu Cara, bila kita saling mencintai dan berhenti menyakiti tentu kita mampu melewati masa sulit. Solidaritas masyarakat sangat dibutuhkan untuk saling membantu dalam situasi sekarang.
Tidak semua dari kita mampu melakukan hal-hal besar, tetapi kita dapat melakukan hal - hal kecil denga penuh cinta -Bunda Teresa.