KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) merupakan kantor perwakilan pemerintah Indonesia yang bertempat di luar negeri. KBRI telah tersebar di banyak negara di seluruh dunia. KBRI memiliki tugas yaitu menjalin hubungan baik dengan negara lain, melindungi para WNI di luar negeri, dan menegakkan kepentingan Indonesia lainnya di berbagai sektor meliputi ekonomi, sosial budaya, pendidikan, dan politik. Pada tulisan ini, penulis akan memfokuskan pada diplomasi budaya dan pendidikan.
Dalam upaya mempererat kerjasama dan hubungan baik antar dua negara, KBRI biasanya menjalankan acara-acara atau program-program sebagai bentuk diplomasi dengan meningkatkan interaksi dengan masyarakat lokal suatu negara. Contohnya saat diplomasi budaya dilakukan oleh KBRI. Diplomasi budaya dapat dipahami sebagai upaya mencapai kepentingan nasional Indonesia melalui mempromosikan dan memperkenalkan budaya Indonesia di luar negeri melalui berbagai aktor, salah satunya yang berperan penting yaitu KBRI.Â
Tujuan diadakan diplomasi budaya yaitu supaya budaya Indonesia lebih dikenal dan diakui oleh publik atau negara sasaran dengan mempromosikannya secara terbuka dan melibatkan banyak aktor seperti individu dan kelompok masyarakat. Tidak hanya untuk lebih dikenal dan diakui, tetapi juga untuk menarik pariwisata datang ke Indonesia sehingga dapat merasakan langsung budaya Indonesa.
Potensi yang dimiliki Indonesia dalam hal kebudayaan sudah sepantasnya mampu dimanfaatkan dengan baik. Beberapa budaya Indonesia telah diakui secara internasional dalam UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Culture Organizations). Budaya-budaya tersebut meliputi batik, keris, wayang kulit, pencak silat, gamelan, angklung, dan lain-lain. Keanekaragaman budaya yang Indonesia miliki kemudian dimanfaatkan sebagai sarana diplomasi budaya dengan negara sahabat.Â
Dapat kita lihat dari kegiatan yang dilakukan oleh KBRI Seoul dalam mempromosikan batik kepada masyarakat Korea Selatan. Pada tahun 2020, KBRI Seoul mengusung tema Buy Batik, Wear The Art, Respect The Artist dengan menggelar tiga acara yang dilakukan secara daring  yaitu Batik Fashion and Talk Show, Batik Hunting, dan Batik Business Matchmaking. Acara tersebut berhasil menarik peminat dengan jumlah 6.500.  Langkah yang dilakukan oleh KBRI Seoul merupakan langkah tepat dalam mempromosikan batik Indonesia di Korea Selatan. Tak hanya itu, dampaknya pun meluas hingga ke sektor ekonomi, karena acara yang dilakukan sekaligus sebagai ajang penjualan batik.
Kemudian upaya KBRI dalam memperkenalkan citra Indonesia di luar negeri juga diadakan oleh KBRI Bratislava. KBRI Bratislava mengadakan kegiatan berupa bazar dan pameran dengan mempromosikan berbagai macam budaya dan produk Indonesia meliputi, pencak silat, kopi, tarian dan lagu-lagu daerah, bahan makanan, bakso, sate ayam, nasi goreng, dan suvenir yang berciri khas Indonesia. Adapun pameran yang diadakan yaitu Pameran Foto Magnificient Indonesia. Melalui pameran tersebut, Indonesia memperlihatkan dan memperkenalkan keberagaman potret kehidupan sosial dan budaya Indonesia. Pengunjung yang hadir dalam kegiatan tersebut menunjukkan antusias yang luar biasa, tercatat 300 pengunjung hadir dari berbagai latar belakang dan tidak hanya dari masyarakat Indonesia tetapi juga telah masyarakat Slowakia.Â
Selain di bidang budaya, diplomasi Indonesia juga sangat gencar dilakukan di bidang pendidikan. Diplomasi budaya dan pendidikan merupakan hal yang saling berkaitan. Hal ini dikarenakan pada setiap kegiatan baik promosi maupun pertukaran budaya pasti terdapat ilmu yang bertukar pula antar peserta dari budaya yang berbeda. Â
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dan hak bagi seluruh manusia untuk mendapatkan kemudahan akses. Melalui pendidikan manusia dapat berkembang menjadi pribadi yang lebih baik sesuai apa yang dicita-citakan. Selain itu, melalui pendidikan, suatu bangsa dan negara dapat menjadi maju akibat sumber daya manusia yang unggul. Indonesia juga menginginkan sumber daya manusia yang unggul melalui pendidikan untuk mengejar ketertinggalan sehingga mampu mengadakan aktivitas pendidikan dan riset yang setara dengan pendidikan di luar negeri. Bahkan tujuan pendidikan Indonesia telah tertera dalam RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) tahun 2005-2025 dan RPJM (Rancangan Pembangunan Jangka Menengah) tahun 2015-2019. Dengan memanfaatkan KBRI terutama pada Atase Pendidikan sebagai "jembatan" bagi WNI mencapai kesempatan  pendidikan di luar negeri.
Masing-masing KBRI memiliki Atase Pendidikan yang bertugas dan berfungsi meningkatkan kerjasama, mengikuti pertemuan, menyampaikan saran dan rekomendasi kebijakan, serta menyelenggarakan program kerjasama di bidang pendidikan, kebudayaan, riset dan teknologi, membina para pelajar dan mahasiswa. Salah satu contohnya terdapat program MBKM (Merdeka Belajar-Kampus Merdeka) yang mana salah satu implementasinya yaitu menyediakan beasiswa mobilitas internasional dikenal dengan sebutan IISMA (Indonesia International Mobility Award).Â
Program IISMA mendorong mahasiswa Indonesia untuk mengenyam pendidikan di luar negeri selama satu semester atau enam bulan. Beasiswa tersebut diselenggarakan oleh Kemdikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) dan tentunya bekerjasama dengan Atase Pendidikan RI sebagai kantor perwakilan Pemerintah Indonesia  di luar negeri guna mendukung kelancaran program tersebut.Â
Melalui beasiswa IISMA, mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang berkesempatan mengenyam pendidikan di luar negeri tidak menutup kemungkinan mampu mempromosikan budaya Indonesia melalui interaksi dengan masyarakat lokal maupun mahasiswa lain dari berbagai negara. Dilansir dari laman instagaram @iisma.ku, akun instagram para penerima beasiswa yang mendokumentasikan kegiatannya selama berada di Korea Selatan khususnya selama menempuh pendidikan di Korea University, mereka menginformasikan bahwa mereka sedang menggelar kegiatan yang disebut dengan International Student Festival.Â
Melalui kegiatan tersebut, para mahasiswa asal Indonesia dapat mempromosikan beberapa hal yang berkaitan dengan Indonesia dengan menggunakan booth dalam lingkungan kampus, Korea University. Para mahasiswa asal Indonesia memperkenalkan makanan dan minuman Indonesia kepada mahasiswa lain dari negara yang berbeda, juga para mahasiswa menggunakan pakaian adat seperti kebaya, selendang, batik, blangkon dan kamben dalam kegiatan tersebut. Mereka juga terlihat menarikan beberapa tarian tradisional Indonesia di depan mahasiswa lainnya. Sehingga dalam hal ini mahasiswa dapat menunjukkan peran aktif dalam mendukung proses diplomasi Indonesia
Program lain yang mendukung diplomasi Indonesia di bidang pendidikan yaitu adanya program BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing). BIPA dikenal sebagai program Kemdikbud dan Atdikbud RI di seluruh kantor perwakilan. Melalui program ini, Pemerintah Indonesia menekankan pada memperkenalkan Bahasa Indonesia di kancah internasional. Sehingga dapat menumbuhkan pemahaman bagi masyarakat internasional mengenai Bahasa Indoneisa. Upaya tersebut tidak hanya bergerak di sektor pendidikan, secara tidak langsung memperkenalkan dan menyebarluaskan Bahasa Indonesia juga termasuk ke dalam memperkenalkan budaya Indonesia.Â
Dapat dilihat peran KBRI yang terletak di beberapa negara  dalam menjalankan program BIPA, salah satunya KBRI Paris. KBRI Paris secara aktif  melaksanakan program BIPA melalui BIPA goes to campus dan BIPA for French. Adapun kegiatan untuk mendukung implementasi program tersebut yaitu dengan diadakannya lomba-lomba seperti pidato, bercerita,  pemutaran film, dan pelatihan-pelatihan.Â
Selama pandemi Covid-19, kegiatan pembelajaran Bahasa Indonesia dilakukan secara daring. Namun demikian, tidak menyurutkan minat para peserta asing untuk tetap mendaftar dan mengikuti kegiatan tersebut. Bahkan pada semester satu tahun 2021 di KBRI Paris, para pendaftar mencapai lebih dari kapasitas kelas yang tersedia yaitu mencapai 250 warga Perancis dengan maksimal jumlah 6 kelas. Peserta yang mendaftar dan mengikuti BIPA tidak hanya berasal dari kalangan pelajar atau mahasiswa, tetapi juga berasal dari latar belakang beragam seperti pilot, teknisi, direktur, pensiunan, seniman, Â dan lain-lain.Â
Adapun para peserta yang mengikuti kelas  BIPA, dapat melanjutkan ke tingkatan kelas yang lebih tinggi terutama jika telah mengikuti pembelajaran pada semester satu. Kelas BIPA memiliki  tiga tingkatan kelas yaitu tingkat pemula, menengah, dan mahir. Berkaitan dengan waktu pelaksanaan, kelas BIPA rutin diselenggarakan dalam dua kali pertemuan setiap menggu, dari hari Senin hingga Kamis, dengan pembagian hari Senin dan Rabu khusus kelas pemula dan menengah, sedangkan hari Selasa dan Kamis khusus kelas pemula hingga mahir.Â
Selain itu, terdapat upaya KBRI dalam menjembatani dua instansi pendidikan Indonesia dan suatu negara untuk menjalin kerjasama pendidikan. Misalnya yang dilakukan oleh KBRI Tokyo saat mengadakan pertemuan antara ITB (Institut Teknologi Bandung) dengan JUAD (Joshibi University of Arts and Design). Dalam kesempatan tersebut, KBRI Tokyo mendorong adanya peluang kerjasama pendidikan di bidang seni rupa dan desain. Melalui kerjasama tersebut, harapannya pertukaran budaya dan ilmu mengenai seni rupa dan desain dapat terjadi serta meninggalkan manfaat bagi pihak-pihak yang terlibat.Â
Demikian peran KBRI di berbagai negara dalam menjalankan diplomasi Indonesia. Dengan memperkenalkan budaya dan bahasa Indonesia, baik melalui kegiatan-kegiatan rutin maupun melalui pendidikan atau pertukaran pelajar merupakan sesuatu yang perlu dipertahankan bahkan dikembangkan supaya segala tujuan awal dapat dicapai dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H