Kemajuan yang pesat dalam teknologi dan media informasi membuat kehidupan semua orang menjadi lebih mudah. Terutama dalam penyebaran informasi di segala aspek, termasuk masalah politik.
Media sosial adalah cara utama sekaligus terbesar dalam menyebarkan informasi politik kepada masyarakat, khususnya generasi muda atau biasa disebut “Geng Millenials”.
Dalam pemerintahan, sosial media adalah salah satu wadah untuk generasi muda menyampaikan aspirasinya. Tak bisa ditampik, bahwa ada banyak kebijakan yang dibentuk pemerintah adalah andil dari peran sosial media ini. Hal ini disebabkan karena banyak sekali pengguna sosial media di Indonesia.
Fakta ini dikutip dari laporan Essential Insight Into Internet, Social Media, Mobile, and E-Commerce Use Around The World yang diterbitkan 30 Januari 2018, mencatat bahwa jumlah populasi Indonesia mencapai 265,4 juta jiwa, pengguna media sosial sebanyak 130 juta dengan penetrasi 49 persen.
Sebanyak 120 juta orang Indonesia menggunakan perangkat mobile, seperti smartphone atau tablet untuk mengakses media sosial. Maka dari itu, berkampanye melalui sosial media adalah salah satu pilihan terbaik untuk saat ini.
Media sosial yang banyak digunakan adalah Instagram, Youtube, Facebook, Twitter dan masih banyak lagi. Media sosial yang bisaa berisi gambar, video serta tulisan di dalamnya itu dapat membangun sebuah komunikasi yang baik dimana pun kita berada.
Hal ini disebabkan karena pengguna sosial media mayoritas adalah anak muda yang senang bergaul dengan banyak orang. Selain itu, sosmed juga sangat populer di penjuru dunia yang pastinya efektif untuk menyebarkan informasi politik. Tak hayal, itu menjadi salah satu cara para politikus untuk berkampanye.
Kita semua tahu bahwa tahun lalu adalah tahun politik yang menegangkan sekaligus ramai diperbincangkan. Dimana dua kandidat maju untuk pemilihan presiden. Tak hanya pemilihan presiden, juga ada pemilihan kepala daerah, pemilihan anggota DPR dan DPRD.
Semua pihak yang ada di dalam Pemilu itu berjuang mencari suara dari segala kalangan usia yang sudah memiliki kesempatan sebagai pemilih. Karena di Indonesia sendiri lebih banyak generasi muda yang aktif di media sosial, maka para politikus itu berkampanye melalui beberapa aplikasi sosial media.
Pertama melalui platform Instagram. Mulai dari gambar-gambar yang menunjukkan kualifikasi dari calon pilihan, video-video yang menunjukkan bagaimana kinerja calon pilihan, yang semuanya memiliki satu tujuan, yaitu ketertarikan Geng Millenials untuk memilihnya. Meski hanya berupa gambar atau video, kampanye Instagram sangat efektif menarik masa.
Persis seperti kalimat, “One picture speaks a thousand word”. Penyebaran informasi melalui Instagram lebih dapat menggambarkan kandidat secara jujur.
Tidak terlalu banyak kebohongan di dalamnya. Karena jika sampai ada sedikit saja kebohongan yang terungkap, maka efeknya akan luar biasa. Karena dalam pemikiran Geng Millenials ini, gambar dan video adalah suatu hal yang emosional dan dapat mempengaruhi fikirannya. Jika sampai apa yang ia saksikan adalah suatu kebohongan, maka ia akan memberikan penilaian yang kejam sekalipun.
Kedua melalui Twitter. Di dalam platform sosial media ini banyak sekali berisi tulisan-tulisan yang ceritanya dapat menyentuh hati penggunanya. Biasanya para tim sukses kampanye menuliskan pengalaman serunya bersama sang kandidat, tak jarang juga menceritakan bagaimana kebaikan si calon pilihan.
Alhasil, kisah tersebut dapat menarik masa untuk memilihnya. Selain tulisan, ada juga kisah dalam bentuk gambar maupun video. Tak hanya itu, ada juga fitur untuk mengirimkan pesan.
Sama halnya seperti Twitter, Facebook pun memiliki fitur yang sama. Mulai dari tulisan, gambar, maupun video juga ada di dalam aplikasi Facebook ini. Sedikit perbedaannya, mayoritas pengguna Facebook berusia sekitar 35 tahun ke atas. Sedangkan Twitter lebih banyak usia di bawah 35 tahun.
Lalu ada Youtube. Platform ini cukup berpengaruh untuk kampanye politik. Di dalam Youtube, banyak berisi video yang memiliki konten-konten menarik untuk ditonton.
Melalui Youtube, para politikus bisa menggandeng Youtuber untuk membuat konten politik yang unik dan inspiratif. Setelah video ditayangkan, maka Youtuber tersebut akan menarik para pengikutnya untuk memilih pilihan yang sama. Karena itu kampanye melalui Youtube adalah cara yang sangat efektif.
Namun, dibalik kemudahan menyampaikan informasi politik melalui sosial media, ada juga dampat negatif di dalamnya. Penyebaran berita bohong atau yang akrab disebut “Hoax” seringkali menimbulkan masalah. Hoax ini kerap membuat kampanye berjalan ricuh.
Banyak masalah yang timbul dari berita Hoax tersebut sebelum kebenarannya terungkap. Kejadian ini merupakan kesempatan bagi para oknum yang hanya mementingkan tujuan pribadi.
Ada juga persaingan yang membuat tim sukses dari calon kandidat saling serang dengan cara mengujar kebencian untuk saling menjatuhkan. Hal ini bisa memicu pertikaian yang sengit, bahkan bisa sampai ke meja hijau.
Tak jarang juga menyebabkan permusuhan antar teman, saudara, bahkan keluarga inti. Karena terkadang, dengan menyampaikan pendapat tentang pilihannya, seseorang yang tidak sesuai dengan pemikiran yang lainnya, akan dicap tidak baik. Dan akhrinya merusak hubungan mereka.
Lalu dari segi bahasa yang digunakan di dalam sosial media ini dapat juga menimbulkan masalah. Tidak adanya penyaring terkait penggunaan bahasa yang baik dan benar, membuat konten-konten di dalamnya berisi kalimat yang tidak pantas sehingga bisa memicu pertikaian karena tersinggung. Penyalah gunaan data pribadi seseorang juga kerap terjadi.
Semisal terjadi penipuan mengatasnamakan politik yang dilakukan oleh oknum tidak bertanggung jawab. Ini bisa berdampak kepada sang calon kandidat nantinya. Akan bisa mencoreng nama baiknya di mata masyarakat.
Akan tetapi, jika dilihat dari sisi positifnya, kampanye melalui sosial media ini adalah cara yang praktis. Tidak membutuhkan tenaga yang besar, tidak menguras waktu, tidak membutuhkan dana yang besar sehingga pengeluaran negara atau daerah tidak makin membengkak.
Lalu juga penyebaran informasinya sangat cepat. Tidak membutuhkan waktu yang lama hingga berhari-hari. Cukup beberapa detik, informasi sudah dapat diakses oleh seluruh orang dimanapun mereka berada.
Ditambah lagi dengan aktifnya para pemimpin daerah bahkan presiden Indonesia aktif dalam sosial media. Mereka kerap kali berinteraksi dengan masyarakat tanpa perlu bertemu secara langsung. Ini membuat hubungan antara pemimpin dengan masyarakat semakin harmonis dan menumbuhkan rasa percaya terhadap pemerintah.
Para politikus menitikberatkan kampanye kepada Geng Millenials karena mereka memiliki relasi dibanyak tempat, dan ini adalah sebuah fakta yang tidak bisa dipungkiri. Ada teman sekolah, teman kerja, teman rumah, teman nongkrong, dan masih banyak lainnya. Dan itu dapat mempengaruhi pilihan mereka nantinya.
Selain itu, Geng Millenials ini memiliki pemikiran yang krtitis. Dalam membuat suatu keputusan, ia seringkali melakukan research agar tak salah pilih nantinya. Sebab itu banyak orang yang lebih menaruh percaya kepada Millenials karena dianggap agen revolusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H