Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Memutus Tradisi Mewariskan Dosa Ekologis

29 Januari 2024   09:51 Diperbarui: 29 Januari 2024   09:53 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah kertas dan plastik yang masih memiliki nilai jual dapat di sedekahkan kepada pemulung secara berkala. Selain menjaga lingkungan, dengan konsep sedekah mengolah sampah juga bernilai ekonomi dan ibadah.

Kedua, memilah sampah organik seperti kulit pisang, potongan sayur, kulit telur dan disimpan dalam tong khusus. Kegiatan ini menghasilkan pupuk cair yang bisa dimanfaatkan untuk perawatan tanaman.

Ketiga, masih terkait sampah, mendaur ulang sisa makan dengan memasukannya dalam lubang biopori dan membuat eco-enzym. Beruntung bagi yang dilingkungannya ada peternak magot, sampah sisa makanan bisa dimanfaatkan sebagai bahan makanan magot.

Tempat penampungan sampah adalah salah satu sumber gas metana (CH4) yang merusak ozon. Mengutip Kompas.id, gas metana yang dihasilkan oleh 12 juta ton sampah makanan di Indonesia setara dengan emisi gas karbondioksida CO2 yang dihasilkan 5,45 juta mobil dalam setahun.

Keempat, beralih menggunakan angkutan umum. Saat ini pilihan angkutan umum bagi warga Jabodetabek semakin berfariasi.


Mempertimbangkan akses dan biaya terbaik, sekitar 6 bulan ini kami beralih menggunakan Commuter Line yang berbasis listrik. Sebelumnya kami setiap hari mengendarai mobil ke kantor yang jaraknya 56 Km pulang-pergi.

Jika rata-rata konsumsi BBM 15 Km/ liter, dalam 1 hari berarti dihabiskan 3.7 liter BBM. Jika ditotal selama satu bulan BBM yang dikonsumsi sebanyak 75 liter.

Sebagai gambaran, emisi karbon 1 liter BBM adalah 2.4 kg, berarti sudah 6 bulan ini kami mengurangi emisi karbon sebanyak 1.080 kilogram.

Kelima, beralih ke kendaraan zero emision atau kendaraan listrik. Apalagi saat ini pemerintah masih menggulirkan program subsidi untuk kendaraan listrik.

Berdasarkan pengalaman selama 6 bulan menggunakan motor listrik dengan sistem swap baterai, biaya yang dikeluarkan untuk top up sebesar Rp70.000 untuk total jarak 400km.

Jika dibandingkan dengan motor konvensional dengan asumsi konsumsi BBM-nya 60 km/ liter, maka untuk menempuh jarak 400 km dibutuhkan BBM sebanyak +7 liter. Karena kami biasa menggunakan BBM RON 92 dengan harga rata-rata Rp14.000, potensi pengeluaran sebesar Rp98.000.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun