Menurut Grandin, hewan dan orang dengan autisme memiliki sebuah kesamaan, yaitu mengandalkan penglihatan untuk berhubungan dengan dunianya.
Setelah menuntaskan pendidikan sarjana dalam bidang psikologi, Grandin melanjutkan pendidikan S2-nya dalam bidang animal science. Objek penelitiannya adalah perilaku sapi di rumah pemotongan hewan.
Dari hasil pengamatannya, perlakuan para cowboy ketika menggiring hewan, konstruksi jalur lintasan sapi ketika memasuki ruang pemotongan, dan proses penghilangan nyawa sapi, dinilainya tidak layak. Hal ini membuat sapi banyak yang stres. Akibatnya tak jarang ada sapi meninggal ketika melalui area kolam pencucian dan sterilisasi.
Meski awalnya diremehkan, rancangan Grandin terbukti efektif. Tanpa dipaksa (dipukul) sapi berjalan dengan sendirinya menuju area pemotongan. Selain itu tak ada sapi yang mati ketika melewati kolam pencucian akibat stres.Â
***
Melalui tulisan ini, saya tidak sedang mengajak untuk menjadikan apa yang diajarkan Gardin sebagai pedoman utama dalam memperlakukan hewan kurban. Film tersebut hendaknya dijadikan sebagai khazanah pengetahuan dalam memperlakukan hewan kurban dengan baik.
Teladan utama dalam memperlakukan hewan kurban tentunya adalah Nabi Muhammad SAW. Dalam hal ini Rosulullah SAW memerintahkan untuk memperlakukan hewan sembelian dengan baik, mempertajam alat untuk menyembelih, tidak mengasah pisau di depan hewan sembelihan, merebahkan hewan sembelihan, dan memutus Al-Wajdan (dua urat dekat tenggorokan) dan Al-mar’iy (kerongkongan). (Muslim.or.id).
Semoga bermanfaat dan tabik. (tasbul)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H