Berbagai aplikasi digital sektor pertanian kini telah hadir dan bisa dimanfaatkan petani. Ada aplikasi yang bisa memprediksi cuaca yang bisa dimanfaatkan petani untuk memprediksi masa tanam. Tersedia juga aplikasi yang dapat memantau kebutuhan air dan pupuk serta melakukan penyiraman secara otomatis.
Efektifitas dan efisiensi yang ditawarkan pertanian digital diharapkan mampu meminimalisir risiko gagal panen dan meningkatkan hasil panen. Pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Baik pemilik lahan maupun petani penggarap atau buruh tani.
Pesatnya perkembangan teknologi pertanian digital diharapkan menjadi stimulan bagi generasi milenial untuk terjun dalam dunia pertanian. Pada gilirannya ekosistem pertanian digital mampu mendorong lahirnya petani muda bertalenta.
Disrupsi Pertanian
Penerapan teknologi digital dalam berbagai bidang industri, termasuk pertanian, memang tak dapat dihindari. Orang menyebutnya era Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0).
Penerapan sistem pertanian digital membuat proses perencanaan, perawatan tanaman, produktifitas hasil pertanian, dan pemasaran menjadi lebih efektif dan efisien. Tapi di sisi lain kehadiran teknologi juga menimbulkan disrupsi dimana tenaga manusia menjadi tersubstitusi oleh perangkat teknologi pertanian.
Terkikisnya profesi tengkulak akibat hadirnya aplikasi pertanian digital tentu disyukuri petani. Tapi ketika penerapan teknologi pertanian digital justru juga melindas petani, tentunya hal tersebut tak pernah mereka harapkan.
Contoh paling kasat mata adalah penggunaan teknologi nir awak untuk pemupukkan atau penyemprot hama dan penggunaan mesin pemanen padi. Penggunaan kedua alat tersebut jelas bisa menggantikan tenaga petani dalam jumlah yang tidak sedikit.
Di Indonesia, disrupsi di sektor pertanian sebagai efek RI 4.0 saat ini mungkin masih belum terasa. Banyak petani di daerah yang belum tersentuh internet dan masih menggunakan teknik pertanian tradisional.