Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Cara Beda Menikmati Pesona Budaya Jogja

13 Mei 2019   18:41 Diperbarui: 13 Mei 2019   19:26 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama Kompleks Candi Plaosan Lor dari Jl. Purwodadi (Foto: Google.com/maps)

Tak berkesempatan menyaksikan prosesi upacara? Tak usah bersedih. Kraton Jogja juga memiliki Tata Rakiting Wewangunan atau tata ruang dan arsitektur bangunan berusia ratusan tahun yang masih terjaga yang bisa dikunjungi dan dinikmati.

Tata Rakiting Wewangunan (Foto: minumkopi.com)
Tata Rakiting Wewangunan (Foto: minumkopi.com)
Tepas Keprajuritan dan Tepas Pariwisata adalah sarana yang tepat untuk menikmat benda-benda bersejarah koleksi kraton, keseharian abdi dalem, arsitektur gedung dan tata ruang kraton. Pengunjung niscaya terbuai dengan narasi bisu benda-benda bersejarah, bangunan, dan tata ruang yang ada di sana. Pesona Jogja masa silam akan menyergap dan mengukirkan kenangan akan keagungan budaya bangsa.

Apapun momen yang mengantarkan seseorang menginjakkan kaki di Jogja, sepertinya tak pantas pulang sebelum menikmati pesona budayanya. Begitu pula halnya dengan peserta lomba Mandiri Jogja Marathon. Rugi rasanya jika datang hanya untuk sekedar berlomba tanpa meluangkan waktu menyusuri sudut-sudut kota seraya menikmati eksotisme budaya yang ada.

Prambanan Nan Agung

Tak terbatas pada tradisi Kraton Jogja yang bercorakkan Islam, Daerah Istimewa Yogyakarta juga memiliki warisan budaya bercorakkan Hindu yakni Candi Prambanan. Candi Hindu terbesar di Nusantara ini dibangun sekitar pertengahan abad ke-9 oleh raja dari Wangsa Sanjaya, yaitu Raja Balitung Maha Sambu (candi.perpusnas.go.id).

Candi Prambanan (Foto: Wikipedia)
Candi Prambanan (Foto: Wikipedia)
Siapapun yang menyaksikan Candi Prambanan dari dekat akan terpesona dengan aura keagungannya. Wajar saja jika demikan. Candi ini dibangun sebagai persembahan untuk tiga dewa utama Hindu (Trimurti) yakni Brahma (Pencipta), Wishnu (Pemelihara), dan Siwa (Penghancur). 

Candi Prambanan dan Candi Borobudur adalah bukti tingginya peradaban Nusantara masa silam. Nenek moyang bangsa Indonesia sudah memiliki Kemampuan teknik rancang bangun yang mengagumkan yang diakui dunia.

UNESCO memasukkan Candi Prambanan dan Candi Borobudur sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO dengan kriteria I dan IV. Kretria I melambangkan mahakarya kreativitas dan kecerdasan manusia serta nilai yang berpengaruh secara signifikan terhadap budaya. Sedangkan kriteria IV merupakan wujud mengagumkan pada sebuah bangunan, arsitektur atau teknologi yang memiliki penggambaran tentang tahapan penting dalam sejarah peradaban manusia (Wikipedia).

Mandiri Jogja Marathon 2019 (Foto: 2.bp.blogspot.com)
Mandiri Jogja Marathon 2019 (Foto: 2.bp.blogspot.com)
Mengambil tempat Start-Finish di pelataran Candi Prambanan, Mandiri Jogja Marathon nampak tidak sedang menggelar lomba lari semata. Peserta seolah diajak untuk menikmati pesona budaya dan menjalarkan spirit keagungan peradaban nenek moyang dalam membangun Candi Prambanan. 

Rute Lomba yang Tak Biasa

Mandiri Jogja Marathon adalah lomba marathon yang tak biasa. Peserta tidak hanya difasilitasi untuk memacu langkah memperebutkan hadiah (people's race), tapi juga diajak untuk menikmati keindahan alam, situs-situs bersejarah, seni pertunjukan, keramah tamahan penduduk dan suasana pedesaan yang bersahaja (sport tourism).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun