Mohon tunggu...
Taruli Basa
Taruli Basa Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Berharga di Mata Tuhan

11 Juli 2018   08:26 Diperbarui: 11 Juli 2018   08:20 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita menolak semuanya itu ada dalam hidup kita. Kita harus yakin kepada diri kita sendiri bahwa Roh yang ada di dalam jiwa kita jauh lebih kuat mengalahkan fikiran yang negative. Karena itu kedekatan kita kepada sang Pencipta sangat penting. Kita wajib beribadah dan berdoa menurut agama dan kepercayaan kita masing-masing agar dalam menghadapi berbagai cobaan dan tantangan hidup kita semakin dikuatkan.

Berbagai pencobaan yang mungkin kita tidak kuat menghadapinya, atau bahkan kita salah melangkah. Melakukan berbagai macam dosa. Yang mengakibatkan kita dikucilkan oleh masyarakat, dihina, difitnah, bahkan dilecehkan karena perbuatan dosa-dosa yang kita sengaja maupun tidak. Tetapi mari kita ingat, semua kita dibumi ini telah berdosa, tidak satupun kita dibumi ini sempurna. 

Dari mulai fikiran-fikiran negative kita, perbuatan dan perkataan kita sudah berdosa. Jadi siapakah diantara kita yang layak menjadi hakim atas dosa-dosa yang kita perbuat? Bagi orang yang telah melakukan kejahatan ada hukum duni yang mengatur dan jikalau terbukti bersalah maka tempat mereka untuk menyesali perbuatan dosa mereka adalah jeruji besi. Tetapi jikalau kita ada pertobatan, dosa-dosa kita akan diampuni oleh Tuhan, walaupun sulit bahkan dikucilkan atau dicibirkan oleh masyarakat.

Jeruji besi tempat bagi penajahat, tetapi bisa juga tempat bagi orang yang benar-benar tidak melakukan kejahatan tetapi karena fitnah sehingga seseorang tersebut harus masuk jeruji besi. Kiranya hal ini tidak menimpa kita.

Terkadang saya heran melihat kita sesama manusia yang terkadang merasa hidupnya suci, dan selalu menjadi hakim atas orang berdosa yang sudah bertobat. Orang yang bertobat tersebut sudah sungguh-sungguh menjalani hidup yang benar, tetapi kita yang merasa diri tidak sejahat dia, mengguncingkannya, menyudutkannya, menghinanya, bukannya membantu agar dia keluar dari dosanya dan bersikap empati, tetapi malah kita menginginkan dia untuk melakukan dosanya kembali. 

Dan yang mirisnya lagi kita sebagai manusia berdosa tidak mau menerima kehadiran mereka yang sudah bertobat, padahal semua manusia sudah berdosa. Terkadang kita lupa bahwa kita seorang yang berdosa, bahkan kadang kita sudah menanam dosa dan tidak mau menuai hasil dari perbuatan dosa kita. Betapa egoisnya kita sebagai manusia. 

Padahal ada dikatakan, apapun yang hendak diperbuat oleh orang lain kepadamu perbuat jugalah demikian kepada mereka. Jikalau kita masih mau memfitnah, mengguncingkan orang, menzoliminya, bukankah secara otomatis kita memang menginginkan hal itu terjadi kepada kita? Karena apa yang kita inginkan agar orang lain perbuat kepada kita, kita perbuat juga demikian kepada mereka. 

Jikalau kita ingin disayang, bukankah kita terlebih dahulu menyayangi diri kita sendiri dan orang lain? Bukankah ada yang disebut hukum tabur tuai. Saat kita menabur, kita pasti akan menuai. Tidak secara otomatis hari dan detik itu kita menuai, mungkin bulan depan, tahun depan, atau beberapa tahun kemudian.

Karena itulah kita sesama manusia seharusnya saling membantu, saling mendukung, berempati bukan malah saling bermusuhan, menyudutkan atau menghina. Karena setiap dosa dan pelanggaran kita sudah diampuni oleh Tuhan karena Dia berkata sekalipun dosa kita merah seperti kerimizi akan putih seperti bulu domba. 

Artinya segala dosa dan pelanggaran kita sudah diampuni oleh Tuhan sang Pencipta, dan kita sebagai manusia yang lemah secara daging harus tahu diri bahwa kita adalah ciptaan Tuhan, perpanjangan tangan Tuhan dibumi untuk berkarya. Sehingga segala dosa dan pelanggaran kita sudah diampuni olehNya karena kita berharga dimataNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun