Mohon tunggu...
Sutarno
Sutarno Mohon Tunggu... Pendidik -

Sedang belajar mencerdaskan anak bangsa | SMK Negeri 1 Miri Sragen | Alamat Sekolah : Jeruk, Miri, Sragen | Alamat Rumah : Harjosari RT. 02, Majenang, Sukodono, Sragen Jateng | E-mail : tarn2007@yahoo.com | Blog : tarn2007.blogspot.com | Facebook : Soetarno Prawiro | Twitter : @sutarno_rahmat.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Petani Garam yang Semakin Terpinggirkan

2 Juli 2012   12:49 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:20 941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SUTARNO. Pernahkah kita memikirkan, bagaimana jika makanan / sajian yang kita santap tidak diberi garam ? Jawabannya pasti hanya satu, yaitu hambar. Tetapi pernahkah kita berfikir bagaimana proses pembuatan secercah garam yang kita jadikan penyedap makanan tersebut ?Jika kita membahas masalah garam, pikiran kita pasti akan menuju ke Pulau Madura sebagai Pulau Garam, atau mungkin kita akan berfikir bahwa garam didapatkan dari air laut. Semuanya benar, tetapi tidak tepat. Karena di Indonesia proses pembuatan garam tidak selamanya dibuat dari air laut.Di Jawa Tengah khususnya di Kabupaten Grobogan yang notabene jauh dari laut terdapat sentra produksi garam yang mampu menyuplai kebutuhan garam masyarakat. Air garam tersebut diperoleh dari lelehan lahar yang keluar setiap saat dari Bledug Kuwu (Suatu area seperti gunung berapi yang meletus setiap saat dan mengeluarkan lahar). Dari lelehan lahar yang keluar dari kawah Bledug Kuwu inilah petani garam setiap hari memperoleh air garam untuk dijemur. Seperti halnya gunung berapi, lahar yang keluar dari kawah Bledug Kuwu ini berupa lumpur panas. Dari lumpur inilah petani mengalirkan air dari sekitar kawah. Proses mengalirkan air lumpur inipun membutuhkan suatu perjuangan yang tidak ringan. Karena berhulu dari kawah, jika salah sedikit saja bisa jadi yang bersangkutan akan tenggelam ke dalam kawah panas tersebut. [caption id="attachment_198315" align="aligncenter" width="544" caption="Kawah Bledug Kuwu yang Selalu Menyemburkan Lahar Panas | dok. Pribadi"] [/caption] Dari pusat semburan inilah lahar panas tersebut meleleh hingga melebar. Karena lahar panas tersebut berupa lumpur, maka masyarakat sekitar mengalirkan air lumpur tersebut untuk bahan pembuatan garam. [caption id="attachment_198322" align="aligncenter" width="544" caption="Lahar Dingin (Airnya dialirkan untuk dibuat menjadi garam oleh petani) | dok. Pribadi"]

13411910191432759755
13411910191432759755
[/caption] Jika kita lihat dari posisi yang lebih dekat, lelehan lahar panas tersebut seperti pada gambar di atas. Setelah lahar mengendap, maka air garam akan dialirkan oleh petani garam. [caption id="attachment_198330" align="aligncenter" width="544" caption="Jembatan di atas Parit Kecil untuk Mengalirkan Air Garam yang Berasal dari Lahar Dingin | dok. Pribadi"]
1341191722170336599
1341191722170336599
[/caption] Untuk proses mengalirkan air dari pusat semburan, maka petani garam membuat parit-parit untuk aliran air garam tersebut. Dari gambar di atas, tanah sekitar parit kelihatan memutih, hal itu terjadi karena air garam yang telah mengkristal. [caption id="attachment_198325" align="aligncenter" width="544" caption="Parit Kecil Tempat Aliran Air Garam Menuju Tempat Jemuran Garam Petani | dok. Pribadi"]
13411911651385008052
13411911651385008052
[/caption] Proses pembuatan  parit-paritpun membutuhkan keahlian khusus. Tidak hanya sebatas membuat parit, tetapi harus mengikuti kontur tanah yang telah dilalui air sebelumnya pada saat musim hujan. Jika petani tersebut membuat parit baru, maka air garam tersebut akan meresap ke dalam tanah, sehingga akan habis disepanjang parit tersebut. Oleh sebab itulah petani harus mengikuti bekas aliran air hujan. Hal ini dianggap bekas aliran air hujan tersebut telah padat. Oleh sebab itulah parit-parit yang ada selalu berkelak-kelok. [caption id="attachment_198331" align="aligncenter" width="544" caption="Bak Penampungan Air Garam yang Dialirkan Petani dari Pusat Semburan Lahar | dok. Pribadi"]
134119175759905012
134119175759905012
[/caption] Setelah dialirkan melalui parit-parit, maka selanjutnya ditampung dalam bak penampungan sementara. Bak penampungan ini selalu ditempatkan pada area terbuka, agar tingkat kepekatan air semakin tinggi sehingga mempercepat proses pengeringannya. [caption id="attachment_198419" align="aligncenter" width="544" caption="Bekas Kolam Penampungan Air Garam | dok. Pribadi"]
1341224528657081621
1341224528657081621
[/caption] Setiap petani tidak hanya memiliki 1 bak penampungan saja. Karena posisi bak penampungan harus menyesuaikan posisi  muara dari parit-parit yang ada. [caption id="attachment_198420" align="aligncenter" width="544" caption="Sumur Penampungan Utama Air Garam | dok. Pribadi"]
1341224538649483428
1341224538649483428
[/caption] Jika air garam telah di tampung dalam bak sementara sekitar 1 - 2 hari, maka langkah selanjutnya air garam tersebut dikumpulkan dalam  sumur penampungan. Posisi sumur penampungan biasanya berada di antara bilah-bilah jemuran air garam untuk mempermudah pengambilan dan pengisian bilah bambu. [caption id="attachment_198422" align="aligncenter" width="544" caption="Pengisian Bilah-bilah Bambu dengan Air Garam | dok. Pribadi"]
1341224563578311192
1341224563578311192
[/caption] Pengisian bilah-bilah bambu jemuran air garam ini dilakukukan dengan cara digepyok yaitu menggunakan jerami yang diikat. Mereka cukup mencelupkan ikatan jerami ke dalam air garam kemudian digepyokkan (Maaf kesulitan mencari bahasa yang  pas). Hal ini dilakukan minimal 2 kali untuk sekali proses pengeringan. Bila pada musim panas, pengisian bilah dilakukan pada hari pertama dan hari kedua. Mengapa demikian ? Karena dari hasil pengisian hari pertama tersebut sebagian akan mengkristal dan sebagian akan menguap, oleh sebab itulah agar bilah tersebut tetap penuh harus diisi kembali tanpa merusak bagian-bagian kristal air garam yang telah jadi. [caption id="attachment_198421" align="aligncenter" width="544" caption="Bilah Bambu yang Telah Terisi Air Garam | dok. Pribadi"]
13412245601211188139
13412245601211188139
[/caption] Ini adalah salah satu contoh bilah-bilah bambu yang telah diisi dengan air garam. Bilah-bilah bambu ini baru selesai dikerjakan sehingga belum kelihatan kristal-kristal garamnya. [caption id="attachment_198423" align="aligncenter" width="544" caption="Kolam di Bawah Bilah Bambu untuk Menampung Sisa Air yang Tercecer | dok. Pribadi"]
13412245721329293097
13412245721329293097
[/caption] Sampai sebegitu berharganya air garam tersebut, maka di bagian bawah di beri bak penampungan juga. Selain untuk menampung air garam dari bak sementara, juga untuk [caption id="attachment_198424" align="aligncenter" width="544" caption="Proses Pengeringan Air Garam | dok. Pribadi"]
1341224582168005086
1341224582168005086
[/caption] Proses pengeringan air garam memerlukan waktu kurang lebih sekitar 3-4 hari jika musim kemarau. Tetapi jika musim penghujan akan memakan waktu lebih lama, bisa mencapai sekitar 1 minggu. [caption id="attachment_198427" align="aligncenter" width="544" caption="Air Garam yang Sudah Mengkristal dan yang Masih Berupa Air Garam | dok. Pribadi"]
13412246081850613587
13412246081850613587
[/caption] Inilah perbedaan air garam yang belum mengkristal dan air garam yang telah mulai membentuk butiran-butiran garam setengah jadi. [caption id="attachment_198426" align="aligncenter" width="544" caption="Air Garam yang Telah Menjadi Kristal Garam | dok. Pribadi"]
1341224606558661442
1341224606558661442
[/caption] Jika semua air garam telah mengkristal membentuk garam, maka garam tersebut siap dipanen. Walaupun air garam ini telah menjadi garam, tetapi kandungan air pada garam tersebut masih sangat tinggi. [caption id="attachment_198428" align="aligncenter" width="544" caption="Proses Pengambilan Garam yang Sudah Kering / Jadi Garam | dok. Pribadi"]
13412246182044065638
13412246182044065638
[/caption] Inilah proses pengerukan garam yang dilakukan petani garam. Dari hasil inilah yang nantinya akan diperoleh petani garam untuk dijual. [caption id="attachment_198430" align="aligncenter" width="544" caption="Seorang Anak Melihat Proses Panen Garam | dok. Pribadi"]
13412250502094741788
13412250502094741788
[/caption] Hasil panen garam ditempatkan pada tembilah-tembilah yang telah disiapkan. [caption id="attachment_198431" align="aligncenter" width="544" caption="Hasil Panen Garam yang masih diendapkan | dok. Pribadi"]
13412250831843471243
13412250831843471243
[/caption] Garam diendapkan sementara waktu sebelum ditiriskan. [caption id="attachment_198432" align="aligncenter" width="544" caption="Garam yang telah ditiriskan (Siap dikonsumsi) | dok. Pribadi"]
13412251091683808713
13412251091683808713
[/caption] Garam yang dikumpulkan di tembilah-tembilah tersebut, kemudian ditiriskan pada tempat kerucut agar kandungan air lebih cepat merembes.  Dari hasil garam ini bisanya dijual petani garam seharga Rp. 1.500,- per Kilo. Jika pengunjung berminat biasanya pengunjung dapat membeli langsung dari petani garam ini. Kelebihan garam ini adalah mempunyai kandungan yodium yang bagus dengan tekstur warna yang sangat putih serta halus. [caption id="attachment_198433" align="aligncenter" width="544" caption="Gubug Petani Garam | dok. Pribadi"]
13412251201828301944
13412251201828301944
[/caption] Di tempat inilah biasanya petani garam beristirahat disela-sela kesibukannya mengolah air garam menjadi garam. Selain tempat beristirahat pemiliknya, para pengunjung bisanya dipersilahkan untuk beristirahat oleh pemiliknya. [caption id="attachment_198434" align="aligncenter" width="544" caption="Rumput di Area Bleduk Kuwu yang Mempunyai Jenis Berbeda dengan Rumput Daerah Lain | dok. Pribadi"]
13412251331629007223
13412251331629007223
[/caption] Karena struktur tanah yang mengandung unsur garam, rumput yang tumbuh disekitar Bledug Kuwu sangat berbeda dengan tempat lain. Rumput-rumput yang tumbuh tidak mempunyai daun yang jelas, tetapi seperti halnya kaktus, rumput tersebut hanya memiliki semacam ranting yang hijau. [caption id="attachment_198435" align="aligncenter" width="544" caption="Setelah Jalan-jalan melihat Erupsi dan Proses Pembuatan Garam Istirahat Sejenak dengan Suguhan Kelapa Muda | dok. Pribadi"]
13412251471159760806
13412251471159760806
[/caption] Biasanya setelah puas berjalan-jalan melihat proses pembuatan garam, pengunjung dapat menikmati sajian kelapa muda yang banyak dijual diarea Bledug Kuwu. Selain sebagai wahana rekreasi, Bledug Kuwu khususnya proses pembuatan garam ini banyak dikunjungi oleh anak-anak sekolah di musim liburan sebagai wahana pendidikan. Apakah saudara tertarik untuk mengunjunginya ? [caption id="attachment_198443" align="aligncenter" width="544" caption="Kompasiana-Opera Travel Blog Competition | Opera.com"]
13412259981528543960
13412259981528543960
[/caption] ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Salam | Blog Pribadi | Facebook | Twitter -----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun