Mohon tunggu...
Tarjum Sahmad
Tarjum Sahmad Mohon Tunggu... Administrasi - Sambil bekerja, menekuni dunia marketing dan jalani hoby menulis.

Suka sekali menulis di blog dan media online. Blog pribadi: Curhatkita.com Blog Kesehatan: Sentradetox.com. Akun Facebook: Tarjum Sahmad. WA: 0896-3661-3462 - Call/SMS: 0823-2066-8173. Menulis buku psikologi, bisnis & novel.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kenangan Indah di Tangkuban Perahu dengan Teman, Kekasih, dan Anak Istri

5 Maret 2012   09:22 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:29 836
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhirnya kami berempat sampai juga di lokasi kawah. Benar saja kawah tersebut masih aktif, tampak letupan-letupan magma di beberapa titik. Bau belerang terasa menyengat. Pemandangannya indah sekali. Tak ada pengunjung lain selain kami berempat di lokasi kawah tersebut.

Kami turun mendekati kolam-kolam air panas yang tampak mendidih. Setelah puas menikmati pemandangan di sekitar kawah yang tampak sunyi tersebut, kami berempat memutuskan segera kembali ke lokasi parkir bis.

Di tengah perjalanan, saya melihat sebuah akar pohon yang tampak unik, seperti ular yang melilit batang pohon. Saya berhenti dan coba menarik akar tersebut. Ternyata tak bisa, akar itu harus dipotong dulu. Saya dibantu teman-teman mencari-cari pisau atau golok di sebuah gubuk kosong di pinggir jalan. Eh, ternyata saya menemukan sebuah golok. Mungkin bekas orang yang jualan di gubug itu.

Mulailah saya memotong akar pohon yang unik itu. Butuh waktu sekitar 15 menit untuk memotong dan mangambil akar pohon itu. Setelah saya berhasil memotong akar pohon tersebut, kami berempat bergegas menuju tempat parkir bis.

Langit tampak mendung, sepertinya tak lama lagi akan turun hujan. Kami setengah berlari mendaki jalan setepak yang menanjak dan berkelok-kelok. Tak lama kemudian, hujan turun. Makin lama hujan makin lebat. Kami terus berlari agar segera sampai di lokasi.

Sesampainya di area parkir, dengan napas yang masih tersengal, kami berempat kaget bukan kepalang, bis yang tadi parkir di sana, sudah tak ada. Kami coba mencari-cari di area perkir lain, juga tak kami temukan. Kami berempat mengambil kesimpulan, bahwa bis yang membawa kami ke GTP sudah pulang dan kami ketinggalan.

Yang kami tak habis pikir, mengapa panitia study tour tidak mengabsen dulu dan memastikan semua siswa sudah masuk ke bis sebelum pulang?

Tapi kami berempat berpikir positif tentang kejadian unik ini. Kami anggap perjalanan pulang kami akan menjadi petualangan yang seru dan asyik.

Gimana nih, kita pulang?” tanya Wawan.

"Ya. udah kita pulang cari tumpangan aja”, kata Sunara.

Dua orang teman saya itu tergolong anak yang periang, cuek kadang nyeleneh. Beda dengan saya dan Epul yang serius dan pendiam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun