Kemudian, bagaimana kecemasan dari perspektif agama Islam?
Pada umumnya, kecemasan diartikan sebagai keadaan khawatir pada hal yang belum pasti akan terjadi. Di dalam al-Qur'an sendiri, kecemasan dipaparkan dengan kata khauf, yaitu keadaan dimana hati merasa tidak tenang karena sesuatu hal di masa datang. Hal tersebut dikarenakan adanya keraguan didalam hati yang disebut daiq, sehingga menimbulkan perasaan gelisah yaitu halu'a, yang pada akhirnya membuat seseorang selalu merasa susah atau hazu (Nasrudin, 2018).
Sedangkan, menurut pandangan dari psikologi di agama islam, pada kitab suci al-Qur'an menjelaskan kecemasan sebagai emosi takut. Dijelaskan bahwa kata khassyah disebutkan sebanyak 39 kali didalam al-Qur'an. Akan tetapi, arti takut ini lebih mengarah pada perasaan takut pada Allah, takut akan siksaan-Nya, dan perasaan takut jika tidak akan diridhai oleh Allah (Nugraha, 2020). Didalam surah Al-Baqarah ayat 155 juga menjelaskan mengenai setiap individu yang akan mengalami ujian berkaitan dengan ketakutan. Dengan memiliki terjemahan sebagai berikut:
"Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah:155).
Bagaimana cara menyikapi kecemasan agar dapat mencapai tidur yang berkualitas?
Seperti yang sudah disebutkan diatas, kecemasan juga dapat menimbulkan berbagai masalah baru pada individu salah satunya adalah kecemasan dapat menyebabkan kualitas tidur yang buruk. Jika individu memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, semakin buruk juga kualitas tidurnya (Asyiah, dalam Laia, 2019). Sedangkan, bagi mahasiswa baru yang merupakan dewasa awal, kualitas tidur merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan penurunan produktivitas, penyakit medis dan psikis, menurunnya kinerja memori, gangguan mood, dan berbagai risiko lainnya. Untuk itu, diperlukan berbagai cara untuk menyikapinya agar dapat meningkatkan kualitas tidur yang baik sehingga dapat mengurangi risiko yang akan terjadi.
Menurut pengalaman pribadi penulis, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan diantaranya:
- Komunikasi dengan orang terdekat juga berpengaruh dalam mengurangi tekanan yang dirasakan oleh mahasiswa baru, paling tidak dukungan yang diberikan oleh orang terdekat dapat sedikit menenangkan mahasiswa baru ditengah kecemasannya.
- Membentuk ruang belajar yang nyaman, sebisa mungkin ruang belajar dapat ditata dengan senyamannya, misalnya dengan menambahkan lilin aromatherapy disekitar meja belajar agar dapat memberikan kesan ketenangan.
- Sebisa mungkin untuk tidak memaksakan diri ketika tubuh sudah lelah karena mengerjakan tugas, akan lebih baik untuk beristirahat dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan ataupun melatih relaksasi diri.
- Hadapi rasa malas agar pekerjaan tidak menumpuk, serta hindari mengerjakan tugas didekat waktu pengumpulan agar tidak merasa tertekan.
Setiap individu memiliki caranya sendiri dalam menghadapi kecemasan, pilihlah cara yang dirasa paling cocok untuk mengatasi kecemasan pada diri sendiri. Apabila kecemasan sudah dapat diatasi, maka kualitas tidur pun juga dapat meningkat dengan baik.
Daftar Pustaka
Bishop, S. J. (2007). Neurocognitive Mechanisms of Anxiety: An Integrative Account. Trends in Cognitive Sciences, 11(7). 307-316. https://doi.org/10.1016/j.tics.2007.05.008
Chafsoh, A. M. (2020). Munculnya Culture Shock Pada Mahasiswa Baru dalam Perkuliahan Daring Selama Pandemi COVID-19. Retrieved from https://psyarxiv.com/tmpn6/download.