Mohon tunggu...
Tarisha Ainunafiqa Wibowo
Tarisha Ainunafiqa Wibowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang

Hello there!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menyikapi Kecemasan Mahasiswa Baru Selama Pembelajaran Daring untuk Mencapai Tidur yang Berkualitas

30 Juni 2021   18:18 Diperbarui: 30 Juni 2021   18:34 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Dimasa pandemi ini, memaksa mahasiswa untuk melakukan pembelajaran jarak jauh melalui via daring guna untuk meminimalisir terjadinya interaksi fisik demi menanggulangi penyebaran virus covid-19. Semenjak kasus pertama covid-19 masuk di Indonesia, pemerintah membuat kebijakan untuk melakukan kegiatan belajar mengajar dari rumah yang merupakan usaha untuk mencegah penularan virus.  

Umumnya dosen akan menggunakan berbagai platform daring untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Namun, hal tersebut membuat komunikasi antar mahasiswa dan dosen menjadi terbatas. Tak hanya itu, kegiatan pembelajaran daring ini juga menimbulkan berbagai kendala, misalnya jaringan internet yang tidak memadai, gangguan terhadap perangkat elektronik, kekurangan kouta internet, dan berbagai kendala lainnya.

Kebijakan yang diterapkan dengan tiba-tiba ini  tentunya menimbulkan berbagai polemik yang berdampak langsung khususnya pada mahasiswa baru. Kebijakan ini merupakan pengalaman baru yang dirasakan oleh mahasiswa baru yang menempuh semester-semester pertama dalam dunia perkuliahan. Masa peralihan dari Sekolah Menengah Atas hingga memasuki dunia perkuliahan merupakan hal yang normal dialami oleh mahasiswa baru, akan tetapi masa peralihan tersebut bisa menimbulkan stress dan kecemasan pada mahasiswa karena diiringi dengan perubahan lain (Chafsoh, 2020). 

Jika mahasiswa baru mengalami kesulitan dalam beradaptasi, maka dapat menyebabkan culture shock. Sedangkan, dalam penerapan kebijakan pembelajaran jarak jauh yang tiba-tiba ini mengharuskan mahasiswa untuk dapat beradaptasi walaupun ditengah keadaan culture shock. Hal inilah yang membuat mahasiswa baru ini menjadi tertekan dan cemas mengingat pengalaman pertama perkuliahan mereka dilakukan dengan berbagai kekurangan. Maka dari itu, sistem pembelajaran daring ini dinilai tidak efektif karena maraknya keluhan dari mahasiswa baru yang masih bingung dengan sistem pembelajaran di perkuliahan.

Dengan keterbatasan komunikasi yang dikarenakan perubahan sistem belajar inilah yang membuat mahasiswa baru sulit untuk beradaptasi dengan materi perkuliahan, kehidupan sosial, dan berbagai hal lainnya didalam dunia perkuliahan, sehingga hal tersebut dapat memunculkan berbagai kecemasan pada mahasiswa baru. 

Kecemasan-kecemasan tersebut biasanya dipicu oleh deadline penugasan, menumpuknya tugas, kesulitan materi, perasaan takut tidak memahami materi, kekhawatiran akan berbaur dengan teman sekelas, perasaan tidak nyaman dan terancam saat mengharuskan untuk menyalakan kamera dalam proses pembelajaran, serta kecemasan pada hasil akademik nantinya.

Parekh (2017) mengungkapkan kecemasan merupakan respon normal terhadap stress dan dalam keadaan tertentu dapat bermanfaat karena dapat mengingatkan kita akan bahaya dan membantu kita dalam mempersiapkannya nanti. Akan tetapi, kecemasan juga dapat menyebabkan berbagai penyakit jika tidak diatasi dengan baik.

Lalu, mengapa kecemasan ini bisa terjadi?

Kecemasan merupakan dimana keadaan suasana hati individu ditandai dengan ketegangan jasmaniah, sehingga membuat individu mengantisipasi kemungkinan terjadinya keadaan bahaya dikemudian waktu yang disertai dengan perasaan khawatir (Durand, dalam Prawoto, 2010). Kecemasan sendiri dapat melibatkan perasaan, perilaku, dan juga respon fisiologis.

Bishop (2007) sebuah penelitian mengungkapkan proses kecemasan bermula saat terdapat aktivitas pada sebuah sirkuit amigdala-prefrontal yang secara umum mendasari perhatian selektif terhadap ancaman, interpretasi rangsangan emosional, dan perolehan dan pemusnahan ketakutan yang terkondisi. Aktivitas amigdala yang meningkat disertai dengan pengurangan perekrutan prefrontal, membuat tampak membiaskan sistem terhadap tanggapan terkait ancaman. Pada tingkat kognitif ini, dapat dianggap mencerminkan terjadinya peningkatan aktivasi representasi yang terkait pada ancaman dan kegagalan untuk menggunakan pemrosesan yang terkontrol untuk mendukung adanya aktivasi representasi alternatif yang tidak terkait dengan ancaman. 

Pada tingkat saraf, efek ini bisa dibilang beroperasi melalui pengaruh modulasi yang bersaing pada aktivitas di daerah otak lainnya, bersama dengan pengaruh langsung yang berlawanan dengan downregulation prefrontal dari output amigdala dan modulasi aktivitas prefrontal yang digerakkan oleh amigdala. Bukti awal menunjukkan bahwa bias terhadap amigdala menjadi hiper-responsif, sehingga prefrontal yang kekurangan rekrutmen bisa menjadi karakteristik kecemasan. Bentuk dari ancaman yang dihadapi mahasiswa baru ini merupakan perubahan belajar, keterbatasan interaksi sosial, tugas-tugas perkuliahan, dan target prestasi akademik.

Kemudian, bagaimana kecemasan dari perspektif agama Islam?

Pada umumnya, kecemasan diartikan sebagai keadaan khawatir pada hal yang belum pasti akan terjadi. Di dalam al-Qur'an sendiri, kecemasan dipaparkan dengan kata khauf, yaitu keadaan dimana hati merasa tidak tenang karena sesuatu hal di masa datang. Hal tersebut dikarenakan adanya keraguan didalam hati yang disebut daiq, sehingga menimbulkan perasaan gelisah yaitu halu'a, yang pada akhirnya membuat seseorang selalu merasa susah atau hazu (Nasrudin, 2018).

Sedangkan, menurut pandangan dari psikologi di agama islam, pada kitab suci al-Qur'an menjelaskan kecemasan sebagai emosi takut. Dijelaskan bahwa kata khassyah disebutkan sebanyak 39 kali didalam al-Qur'an. Akan tetapi, arti takut ini lebih mengarah pada perasaan takut pada Allah, takut akan siksaan-Nya, dan perasaan takut jika tidak akan diridhai oleh Allah (Nugraha, 2020). Didalam surah Al-Baqarah ayat 155 juga menjelaskan mengenai setiap individu yang akan mengalami ujian berkaitan dengan ketakutan. Dengan memiliki terjemahan sebagai berikut:

"Dan kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS. Al-Baqarah:155).

Bagaimana cara menyikapi kecemasan agar dapat mencapai tidur yang berkualitas?

Seperti yang sudah disebutkan diatas, kecemasan juga dapat menimbulkan berbagai masalah baru pada individu salah satunya adalah kecemasan dapat menyebabkan kualitas tidur yang buruk. Jika individu memiliki tingkat kecemasan yang tinggi, semakin buruk juga kualitas tidurnya (Asyiah, dalam Laia, 2019). Sedangkan, bagi mahasiswa baru yang merupakan dewasa awal, kualitas tidur merupakan suatu hal yang sangat penting, karena dengan kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan penurunan produktivitas, penyakit medis dan psikis, menurunnya kinerja memori, gangguan mood, dan berbagai risiko lainnya. Untuk itu, diperlukan berbagai cara untuk menyikapinya agar dapat meningkatkan kualitas tidur yang baik sehingga dapat mengurangi risiko yang akan terjadi.

Menurut pengalaman pribadi penulis, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecemasan diantaranya:

  • Komunikasi dengan orang terdekat juga berpengaruh dalam mengurangi tekanan yang dirasakan oleh mahasiswa baru, paling tidak dukungan yang diberikan oleh orang terdekat dapat sedikit menenangkan mahasiswa baru ditengah kecemasannya.
  • Membentuk ruang belajar yang nyaman, sebisa mungkin ruang belajar dapat ditata dengan senyamannya, misalnya dengan menambahkan lilin aromatherapy disekitar meja belajar agar dapat memberikan kesan ketenangan.
  • Sebisa mungkin untuk tidak memaksakan diri ketika tubuh sudah lelah karena mengerjakan tugas, akan lebih baik untuk beristirahat dengan melakukan kegiatan yang menyenangkan ataupun melatih relaksasi diri.
  • Hadapi rasa malas agar pekerjaan tidak menumpuk, serta hindari mengerjakan tugas didekat waktu pengumpulan agar tidak merasa tertekan.

Setiap individu memiliki caranya sendiri dalam menghadapi kecemasan, pilihlah cara yang dirasa paling cocok untuk mengatasi kecemasan pada diri sendiri. Apabila kecemasan sudah dapat diatasi, maka kualitas tidur pun juga dapat meningkat dengan baik.

Daftar Pustaka

Bishop, S. J. (2007). Neurocognitive Mechanisms of Anxiety: An Integrative Account. Trends in Cognitive Sciences, 11(7). 307-316. https://doi.org/10.1016/j.tics.2007.05.008

Chafsoh, A. M. (2020). Munculnya Culture Shock Pada Mahasiswa Baru dalam Perkuliahan Daring Selama Pandemi COVID-19. Retrieved from https://psyarxiv.com/tmpn6/download.

Laia, J. (2019). Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Stikes Wijaya Husada Bogor. Jurnal Ilmiah Wijaya, 11(1), 55-65. https://doi.org/10.46508/jiw.v11i1.38

Nasrudin, M. W. (2018). Gangguan Kecemasan Dalam Perspektif Al-Qur'an (Pendekatan Psikologi). Skripsi Surabaya, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel. Retrieved from http://digilib.uinsby.ac.id/22541/1/M.%20Wahid%20Nasrudin_E93214094.pdf

Nugraha, A. D. (2020). Memahami Kecemasan: Perspektif Psikologi Islam. Indonesian Journal of Islamic Psychology, 2(1). https://doi.org/10.18326/ijip.v2i1.1-22

Parekh, R. (2017). What Are Anxiety Disorders?, Retrieved from https://www.psychiatry.org/patients-families/anxiety-disorders/what-are-anxiety-disorders

Prawoto, Y. B. (2010). Hubungan Antara Konsep Diri Dengan Kecemasan Sosial Pada Remaja Kelas IX SMA Kristen 2 Surakarta. Skripsi, Universitas Sebelas Maret. Retrieved from https://eprints.uns.ac.id/5696/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun