Mohon tunggu...
Tarisa almas
Tarisa almas Mohon Tunggu... Penulis - Sekolah menengah pertama

Saya seorang pelajar menengah pertama yang suka menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Arti Persahabatan

22 November 2022   22:56 Diperbarui: 22 November 2022   23:17 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku Tasya, seorang gadis cantik yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Aku memiliki banyak teman di sekolah, mereka menyebut ku friendly atau orang yang mudah berteman, bahasa lainnya sih ekstrovert. 

Suatu hari aku sedang mendengarkan temanku bercerita, Ririn namanya. Ia bercerita tentang temannya yang berbohong kepada dia. Aku dengan senang hati menyimak apa yang ia ucapkan.

"Aku sangat membenci orang yang suka berbohong" ucap Ririn dibalas anggukan oleh ku, kemudian temanku yang berada di sebelah Ririn berkata

"Bagaimana kalau persahabatan itu bisa terjalin dengan baik dan bertahan lama jika ada satu di antara mereka ada yang berbohong" ucapnya, kemudian aku terdiam sambil memikirkan sesuatu.

"Kalau mau persahabatan itu terjalin dengan baik dan lama harus saling jujur dan menghargai perbedaan dari masing masing orang. Kalau suka berbohong seperti itu yang ada nantinya persahabatan itu akan rusak" jawabku, Ririn hanya mengangguk tanda mengerti.

Kini mereka semua, Ririn, Dina, Karla, Dela saling melihat satu sama lain, begitupun aku. Entah apa yang kami pikirkan tapi kami terdiam cukup lama menyelami larutan pikiran yang mengalir di kepala.

Saat pulang sekolah, aku mendengar suara keributan dari kelas sebelah. Karena aku harus menuruni tangga dan tangga itu berposisi di samping kelas sebelah, otomatis aku mendengar perbincangan yang sedang mereka ributkan.

Terdengar mereka sedang meributkan soal temannya yang iri terhadap temannya yang satu. Menurutku jika mendengar pembicaraan seseorang itu tidak sopan tapi seseorang tiba tiba keluar dari kelas itu saat aku sedang berjalan menuju tangga. Terlihat orang itu nampak sedih, apakah dia di bully?

Aku mencoba untuk acuh terhadap kejadian yang terjadi di depan mata ku ini, meski aku ingin tau juga tapi tetap saja tidak boleh terlalu mencampuri urusan orang lain.

"Hey kamu, itu gantungan tas nya jatuh" teriak ku begitu melihat gantungan tas miliknya terjatuh di tangga, aku tidak tau orang itu siapa sebab ia belum melihat kebelakang, atau ke arahku sedari tadi.

"Iya? oh makasih ya" dia kemudian berbalik lalu mengambil gantungan doraemon yang terjatuh.

"Iya sama sama" ucapku, setelahnya ia pamit.

"Aku duluan ya" pamitnya, tapi sebelum itu kok aku seperti tidak asing melihat wajahnya dan cara bicaranya.

"Tunggu!" teriakku kemudian ia berhenti di tangga terakhir.

"Kamu Asha kan?" tanya ku, dia tersenyum singkat

"Iya Tasya" jawabnya membuatku tersenyum, akhirnya aku bertemu dia lagi.  

"Maaf sebelumnya, tapi tadi kamu kenapa ya? Aku dengar dengar ada keributan dikelasmu" ucapku berhati hati padanya, Asha orangnya cukup sensitif. 

"Kita omongin di taman deket rumah kamu aja yuk" ajaknya sambil menarik tanganku, aku hanya mengangguk. Kemudian kami pun pergi ke taman.

"Tasya, sebenernya aku iri sama Lia karena dia paling pintar di kelas, dia juga orang mampu" ucapnya sambil tertunduk, aku pun mengusap punggungnya, memberikan dukungan.

"Kami temenan, tapi ya seperti itu. Terkadang dia menggunakan kekuasaan didalam pertemanan, dia suka egois" lanjutnya

"Aku juga sering di pojokan dengan kata kata nya yang membuatku sakit hati, aku di ledeki habis habisan. Aku cuma bisa tertawa mendengarnya" Asha mulai menangis, aku bisa mendengarnya bahwa ia juga tertawa. Bukan tawa bahagia tapi tawa menyedihkan.

"Aku capek jadi bahan bully mereka, aku diam aja juga salah, aku melakukan ini itu juga salah. Aku harus apa sya?" ucapnya frustasi.

"Kamu tau sendiri kalau Lia itu orangnya gimana, kenapa kamu masih dekat dengan dia? Kamu jangan mau di pojokkan terus dengannya, ini termasuk bullying. Aku harap kamu bisa berani untuk angkat bicara ke Lia" ucapku sambil mengusap punggungnya agar Asha lebih tenang.

"Iya sya, tapi aku juga ga di terima dimana mana. Aku harus main sama siapa lagi, sendiri lagi ya seperti dulu"

"Kamu harus pandai pandai memilih teman, ada saatnya dimana kamu yang harus bersosialisasi dan mendekatkan diri, jangan hanya orang lain saja yang harus mendekat ke kamu duluan" ucapku 

"Di Zaman sekarang memang susah mencari seorang yang benar-benar bisa kita jadikan seorang sahabat yang dapat kita percaya, yakin jika kita berbuat baik pada seseorang maka orang tersebut juga akan memberikan hal yang sama" ucapku lagi

"Arti sahabat buat kamu itu apa sih?" tanya ku

"Sahabat itu orang yang selalu ada ketika kita ingin berbagi cerita serta memberi perhatian ketika kita membutuhkan" jawabnya masih dengan kepala yang menunduk

"Kamu harus cari sahabat yang sifatnya, sikapnya itu sama seperti jawaban yang kamu kasih tau ke aku soal arti sahabat" ucapku sambil tersenyum

"Aku paham kalau aku harus gimana, makasih ya sya. Kamu memang sahabat aku dari dulu sampai nanti" ucapnya sambil tersenyum lalu memelukku 

Selesai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun