senyumku mengembang melihat perubahan mimik gadis kecil itu dan pengungkapan perasaannya yang terkesan lucu khas anak kecil.
      "iya sayang sama-sama, jadi anak yang pinter ya, dan maafin kakak udah ngebeli mainan yang udah pengen kamu beli" ucapku
      "ndak papa kok kak, adel udah ceneng cekarang" jawabnya sambal memelukku
      "iya kak makasih ya udah baik banget sama kita, padahal kita baru pertama ketemu. Dan uang ini akan aku tabung buat menyekolahkan adel tahun depan kak" jelas sang kakak
      " lah kamu sendiri tidak beli buku ?" tanyaku penasaran
      " aku udah gak sekolah kak, semenjak nenekku meninggal aku berhenti sekolah karena aku yakin tidak akan bisa membiayainya sendiri, lagipula kasian adel juga pasti gak aka nada yang jaga kak" jawabnya terlihat tegar
      " lantas dimana kedu orang tuamu ?" tanyaku sekali lagi
      " ibuku meninggal sewaktu melahirkan adel, dan ayahku entah aku tak tau " ucapnya sendu
      " jadi terimakasih kak, setidaknya suatu saat nanti adel harus bisa bersekolah bagaimanapun caranya" tuturnya semangat
Entah mengapa miris rasanya ku mendengar tutur katanya, rasanya hatiku teriris karena masih banyak yang tidak lebih beruntung dari ku. Dan anak sesusia tersebut dituntut mencari uang demi menghidupi kehidupan nya dengan adiknya, dan mau tidak mau ia dituntut berfikir lebih dewasa dari umurnys. Â
Dan sebab seperempat jam tadi aku tersadar dan menyesal sempat berfikir untuk tidak melanjutkan pendidikanku. Jika minat belajar dari pemuda -- pemudi yang ditakdirkan mampu mengenyam bangku Pendidikan rendah, lantas siapa yang akan diharapkan di masa mendatang kelak.