Mohon tunggu...
HMJ Tadris Matematika UINMLG
HMJ Tadris Matematika UINMLG Mohon Tunggu... Guru - HMJ Tadris Matematika UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

https://tadrismatematika-uinmalang.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

TM-NEC | Mesin Waktu

30 September 2019   12:47 Diperbarui: 30 September 2019   12:57 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kau lihat Dara, semua makhluk dan hutan ini kini telah hampir semuanya meninggal disini, bersama lenyapnya pepohonan mereka juga akan ikut memunah dan musnah. Mereka menghembuskan nafas mereka disini." Kekesalannya Arga terlihat mulai meninggi.

"Arga, ibu itu, dan anak-anaknya" aku menunjuk pada seorang ibu dan seorang anak yang berusia sekitar 8 tahun, ia menangis dan mereka dibantu dengan oksigen, alat bantu pernafasan, agar mereka tetap sehat. Aku mulai menangis, dan membayangkan bagaiamana dunia saat ini, kemajuan yang baik justru menimbulkan masalah yang serius bagi masyarakat yang ada di daerah sekitarnya.

"Iya, mereka terkena asma Dara, bahkan lebih parah. Itu akibat kebakaran hutan  yang ada disini. Itulah salah satu dampaknya dan yang sekarang terjadi masa kini Dara."

Belum selesai Arga menjelaskan semuanya tibalah sebuah benda yang sama di sampingku. Benda yang entah dari mana asalnya, namun benda itu ada ketika aku menghadap ke samping kanan. Aku terkejut. Benda itu adalah benda yang sama persis dengan benda yang aku tekan-tekan ketika aku hendak memasuki arena ini, sebelum aku lupa dimana aku sekarang. Aku menatap kebelakang dan melihat Arga. Arga menatapku dan melambaikan tangannya. Aku menjadi mengerti dengan semua ini, aku berada di depan mesin waktu yang akan membawaku ke masa lalu yang masih belum banyak teknologi, dunia yang masih segar alami yang masih banyak ditumbuhi dengan pepohonan yang rindang. Duniaku yang sebenarnya.

Aku melambaikan tangan pada Arga juga, sebagai tanda perpisahan bahwa waktuku untuk menjelajahi masa depan telah berakhir, meski masih banyak pertanyaan yang ingin aku ketahui darinya, namun hal itu harus sekali lagi aku urungkan, atau aku takkan pernah kembali ke masa sebelumnya.  Kami tersenyum sebentar, saling mengucapkan kata terimakasih dalam hati atas pertemuan singkat yang sangat membuatku haru dan kagum seperti saat ini. Terimakasih kawan, telah menyempatkan waktumu membantu ku memahami masa milenialmu, masa penuh dengan gadget dalam otak dan pikiran manusia, masa dimana manusia tak lagi diperlukan dalam tenaag kerjanya karena telah tergusur oleh robot-robot milenial, masa perkembangan sains dan teknologi berkembang pesat dan mempengaruhi keadaan alam sekitar.

Aku kembali menatap mesin besar dihadapanku. Aku meletakkan jari telunjuk tanganku di atas tombol merah. Aku memejamkan mataku dan menekannya kuat-kuat. Aku menghilang meninggalkan Arga sendirian yang di sana ia melihatku menghilang terbawa oleh mesin waktu. Sampai  jumpa kawan.

Ketika aku tersadar aku sudah dikelillingi di sekitar pepohonan rimbun. Banyak orang yang masih memetik teh dan bercengkrama sambal tertawa ria. Tidak ada gedung pencakar langit. Hanya rumah sederhana yang penuh kenyamanan dan kesejukan alam.

Karya : Iffa Abdillah Kinasih

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun