Karyawati yang telah bekerja sejak 2006 ini selalu membuka hari dengan prioritas dan rencana. Apa yang akan dikerjakan hari ini telah dilist terlebih dahulu. Sehingga lebih gampang memanage pekerjaan-pekerjaan mana yang masuk prioritas satu dua dan seterusnya.
Bagi Mbak Ike jam kantor adalah tempat untuk menyelesaikan pekerjaan kantor. Lembur tetap boleh tapi hanya sesekali. Termasuk untuk urusan jam istirahat, beliau memberikan contoh nyata kepada saya. Beberapa kali kami pernah makan siang bareng dan selalu mengingatkan untuk memanfaatkan waktu istirahat sebaik mungkin. Sejam waktu yang disediakan. Sejam pula waktu yang harus digunakan menyelesaikan sholat dan makan.
Selain soal waktu, sosok Ike juga disiplin masalah seragam dan pemakaian ID Card. Masih banyak pegawai yang jarang menggunakan ID Card, termasuk saya. Seringnya kelupaan, si ID Card suka nyelip di dalam tas. Memakai ID Card setiap hari memang kesannya “biasa” tapi berbeda dengan Ike.
“Bagi saya memakai ID Card itu kebanggaan. Bangga menjadi bagian dari perusahaan. Ini juga bentuk usaha kecil saya untuk ikut menjaga nilai korporasi perusahaan,” tuturnya lembut seperti biasa.
Aaaahhh, betapa dalamnya kalimat itu bagi saya. Rasanya seperti ditampar bolak-balik kanan kiri. Saya kembali bertanya pada diri sendiri. Tidak banggakah saya menjadi bagian dari perusahaan ini? Jika tidak bangga kenapa saya bisa bertahan hingga bertahun-tahun?
Apa gunanya ID Card yang selalu diperbaharui setiap tahun jika tidak dipakai? Hanya untuk sebuah pengakuan? Hanya dipakai jika “perlu”? Ataukah hanya untuk pajangan di laci? Rasanya saya malu luar biasa. Saya kembali lagi kalah telak. Saya harus kembali belajar tentang kedisiplinan lebih banyak pada wanita berjilbab ini.
“Tidak ada hasil yang pernah mengkhianati usaha”
Kalimat ini pernah dibisikkan teman saat kami mengikuti event. Kalimat inilah yang menjadi senjata ampuh di kala malas mulai menyerang. Kalimat ini pula yang cocok untuk Mbak Ike Aprilyanti. Dedikasinya menerapkan kedisiplinan pada diri sendiri membuahkan hasil. Tahun 2008 Mbak Ike menjadi salah satu peserta English Olympiade dan menyabet juara 2 tingkat nasional. English Olympiade merupakan ajang bergengsi di perusahaan saya. Event ini hanya digelar sekali dalam setahun.
Berkat prestasinya hingga tingkat nasional, Mbak Ike dan tim berhak mendapatkan reward dari perusahaan. Peluang liburan ke Inggris di depan mata. Hanya saja karena beberapa hal reward ini dialihkan ke Australia. April 2008 menjadi bulan istimewa, Mbak Ike merayakan ulang tahun di negeri kanguru.
Tidak hanya sampai di sini, tahun 2015 Mbak Ike kembali menorehkan prestasi. Beliau menyabet gelar pegawai teladan Se-Distribusi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta hingga berhak menjadi wakil hingga Kantor Pusat. Bukan hal mudah menyabet gelar tersebut. Ada seleksi ketat yang harus dilalui. Memang ada beban berat yang harus dipikul karena membawa nama baik DJTY. Tetapi ada kebanggaan tersendiri. Setidaknya Mbak Ike telah membuktikan bahwa beliau memang pantas dan mampu menyandang gelar pegawai teladan.